Pagi ini Kaylin disibukkan dengan memasak gudeg untuk Jonathan. Kaylin sebenarnya sangat suka memasak namun, karena kesibukannya di rumah sakit membuat ia jarang memasak.
"Non Kay masak apa Non? Mau Bibi bantu?" Tanya Bi ijah seorang yang telah mengasuh Kay dari umur lima tahun. Bi ijah bisa dibilang ibu kedua bagi Kay, Kaylin sangat menyanyai perempuan paruh baya itu.
"Masak gudeg Bi, ga usah Bi. Ini udah mau selesai. Coba cicipin udah pas belum? Ada yang kurang ga?" Tanya Kaylin sambil menyuapkan sesendok gudeg ke Bi Ijah.
"Mmm, udah enak Non. Masakan Non Kay kan selalu enak. Tapi tumben masak gudeg Non? Lagi pengin atau buat Baba?"
"Hehe iya Bi, bukan, ini buat Mas Jo."
"Mas Jo? Calon Non Kay yang kemarin itu?"
"Iya betul Bi. Kay tinggal dulu ya. Mau siap-siap pergi ke rumah Mas Jo. Gudegnya tolong masukkin ke wadah ya Bi, bagi dua sama buat Baba. Makasih Bi," ucap Kaylin berlalu menuju kamarnya.
"Siap Non."
------------
Kaylin sampai di apartemen Jonathan. Sudah ia duga apartemennya merupakan kawasan elit kota Jakarta. Biaya sewa di sini bisa terbilang mahal namun fasilitasnya tidak main-main.
Ketika sampai di lantai 11 no 2 seperti yang Jonathan katakan, Kaylin segera memencet bel. Tak lama kemudian pintu terbuka.
"Dokter Kaylin? Silahkan masuk Dok," ucap Jack.
"Makasih Jack, Mas Jo dimana?" Tanya Kaylin.
"Tuan masih tidur Dokter Kaylin, biasanya Tuan keluar kamar jam 7, sebentar lagi pasti keluar."
"Oke deh kalau gitu, oiya panggil Kay aja kan aku lagi ga di rumah sakit."
"Kalau panggil nama saja kurang sopan Dok, nanti bisa di marahin Tuan. Mungkin kalau Nona Kay bagaimana?"
"Bolehh."
Kaylin masuk ke dalam apartemen Jonathan atau lebih tepatnya disebut penthouse. Isi rumah Jonathan terasa hambar, tidak begitu banyak perabotan. Hitam dan warna kayu begitu mendominasi seperti menggambarkan kepribadian Jonathan, tenang dan penuh misteri.
"Ini mah penthouse bukan apartemen. Emang ya apartemennya orang kaya beda." ucap Kaylin di dalam hati.
"Silahkan duduk Nona Kay. Nona Kay mau dibuatkan minum apa?" Tanya Jack.
"Ga usah Jack. Kamu belum masak buat Mas Jo kan? Ini aku bawa gudeg. Katanya Mas Jo suka gudeg."
"Belum Nona Kay, Tuan biasanya sarapan dengan kentang rebus, susu atau sereal. Jadi saya hanya memasak untuk makan malam."
"Untuk makan malam sama siang gimana? Mas Jo makan selain kentang rebus, susu atau sereal kan?"
"Iya Nona, tapi seperti yang Nona tahu tidak lebih dari lima sendok. Kalau untuk makan siang Tuan malah jarang makan Nona, alasannya selalu sibuk, tidak sempat, tidak nafsu makan. Jadi bisa dibilang makan nasi satu kali sehari. Padahal sudah sering dimarahi oleh Nyonya Besar tapi tetap susah dibilangin." Adu Jack.
"Udah keliatan si orangnya susah dibilangin."
"Siapa yang susah dibilangin Kay?" Tanya Jonathan dengan suara parau.
Jonathan keluar kamar dengan menggunakan kaos hitam polos dan celana training. Untuk pertama kalinya setelah sebulan belakangan Jonathan bisa tertidur pulas. Jonathan kemudian menghampiri Kaylin.
"Kamulah, siapa lagi. Ini aku udah bawa gudegnya. Harus dimakan!"
"Makasih."
"Sini duduk, mau aku siapin gudegnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Jo
ChickLit"Kamu satu-satunya alasan aku bisa bertahan dari trauma yang amat menyiksa ini." - Jonathan Zafran Louis ___________________ "Heh kok tiba- tiba ngelamar! Kamu siapa , mengapa, bagaimana, kenapa bisa?" - Kaylin Bestari N. Sidiq