Paginya, dokter memeriksa kondisi Jonathan. Walaupun belum sepenuhnya pulih namun, Jonathan bisa dirawat di rumah. Sehingga siang ini Jonathan dijadwalkan bisa pulang. Akan tetapi, Kaylin menyuruh Jonathan agar menginap selama sehari di rumah Mbah Kung sebelum terbang ke Jakarta. Hal ini dilakukan agar kondisi Jonathan lebih prima ketika melakukan perjalanan jauh.
Kaylin dibantu Anton dan Jack membereskan barang-barang Jonathan. Jonathan ingin membantu namun, ditentang keras oleh Kaylin. Ia diharuskan duduk manis di ranjang sampai semuanya beres. Setelah semuanya selesai, Kaylin membantu Jonathan berpakaian, ia memakaikan jaket yang tebal dengan syal kemudian tutup kepala. Karena di luar sedang hujan lebat agar Mas Jo tidak kedinginan.
Kaylin ingin Jonathan duduk di kursi roda saja karena takut terjadi apa-apa dengan Jonathan. Namun, Jonathan menolak dengan tegas ia ingin berjalan sendiri sampai parkiran mobil. Kaylin tidak bisa memaksa kehendak Jonathan. Ia hanya bisa membantunya dengan memapahnya berjalan. Kaylin dengan hati-hati membantu Jonathan jalan menuju lift untuk turun dari lantai 5 menuju pintu keluar rumah sakit. Kaylin meminta Jack untuk turun duluan menyiapkan mobil dan meminta Anton untuk menemaninya jika terjadi sesuatu pada Jonathan.
Jonathan bukannya tidak bisa berjalan melainkan ia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk berjalan, badannya masih terasa lemas. Namun, ia adalah orang dengan gengsi yang tinggi jika harus memakai kursi roda dilihat banyak orang. Ia memaksakan dirinya untuk bisa berjalan. Kaylin berjalan menyesuaikan langkah kaki Jonathan yang lambat. Sepanjang perjalanan mereka menjadi pusat perhatian karena paras mereka yang sangat tampan dan cantik. Mencerminkan pasangan yang serasi, walaupun ada pandangan yang tidak suka ataupun mengejek karena mereka mengira sang wanita hanya memanfaatkan laki-laki penyakitan untuk diperas hartanya. Mereka berpikir seperti itu karena pakaian yang Kaylin dan Jonathan pakai adalah pakaian yang sangat bermerek walaupun itu seperti terlihat pakaian biasa namun, sangat berkelas.
Kaylin sebenarnya menyadari tatapan-tatapan busuk itu tetapi ia memilih mengabaikannya karena yang sekarang fokusnya adalah Jonathan. Biarlah orang berkata apa, mereka tidak tahu cerita aslinya.
"Hati-hati jalannya, jangan terlalu dipaksakan kalau tidak kuat," titah Kaylin.
"Iya Kaylin," jawab Jonathan lembut.
Beberapa langkah lagi menuju pintu lift tiba-tiba tubuh Jonathan terhuyung dan mengenai tembok. Untung saja Kaylin dengan sigap memegang tubuh Jonathan. Keringat bercucuran mulai terlihat dari wajah Jonathan. Kaylin sudah mengira hal ini akan terjadi, Mas Jo sangat keras kepala kalau dibilangin.
"Sudah ya, Mas Jo pakai kursi roda aja " ucap Kaylin khawatir.
Jonathan menjawab dengan gelengan kepala. Dengan sisa tenaga ia berjalan dengan tertatih menuju lift. Namun, ketika sudah di dalam lift tubuh Jonathan hampir ambruk jika tidak ada Anton di belakangnya. Dengan cepat Anton memindahkan Jonathan ke kursi roda. Tidak ada penolakan kali ini dari Jonathan karena ia pun sudah menyerah karena kepalanya terasa sangat pusing. Kaylin tentu saja panik. Ia segera memeriksa Jonathan untung saja saturasi oksigen Jonathan normal. Hal yang menjadi barang wajib jika pergi bersama Jonathan adalah membawa alat kesehatan lengkap dan tidak melupakan oxymeter.
"Kan sudah Kay bilang, kalau nanti masih ngotot minta jalan sendiri mending sekarang ga usah pulang sekalian kalau nantinya malah Mas Jo jadi drop," cerca Kaylin.
"Maaf," hanya itu yang bisa Jonathan katakan ia tidak punya tenaga lagi untuk membantah ucapan Kaylin.
Kaylin kemudian mengelapi keringat Jonathan dan membenarkan pakaian serta posisi duduk Jonathan. Pintu lift terbuka kini Jonathan lebih menuruti ucapan Kaylin untuk duduk di kursi roda. Kaylin yang mendorong sendiri kursi rodanya dan Anton yang berada di belakang mereka. Tentu saja dilantai ini lebih banyak orang lagi sehingga mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian. Setelah sampai di pintu keluar mobil yang Jack siapkan sudah berada di depan pintu keluar. Dengan perlahan Kaylin membantu Jonathan naik ke mobil.
Di mobil Jonathan menyenderkan kepalanya ke pundak Kaylin. Kepala Jonathan masih terasa pusing dan lemas. Kaylin menyuruh Jonathan untuk tidur. Jonathan perlahan masuk ke alam mimpi. Kaylin mengusap wajah dan kepala Jonathan. Laki-laki keras kepala yang sering membuat Kaylin khawatir.
Setelah 30 menit di perjalanan, mereka sampai di rumah Mbah Kung. Dengan tidak tega Kaylin menepuk dengan lembut pundak Jonathan untuk segera bangun. Namun, kali ini Jonathan ingin berjalan saja karena jarak ke kamar tidak terlalu jauh. Kaylin ingin menolaknya tetapi Jonathan adalah orang yang keras kepala daripada berdebat lebih baik ia membantu di samping Jonathan agar bisa selamat sampai di kamar. Walaupun sudah lebih baik dibanding tadi tubuh Jonathan masih lemas namun, ia merasa masih ada tenaga untuk berjalan.
Dengan langkah pelan Jonathan masuk ke rumah, mereka disambut oleh Mbah Kung dan Yang Ti. Yang Ti langsung menyuruh Jonathan untuk segera beristirahat di kamar. Sebelum ke kamar Jonathan minta diantarkan ke toilet terlebih dahulu. Kaylin membantu Jonathan untuk ke toilet dan segera menuju kamar. Sebelum dibaringkan Kaylin membantu Jonathan untuk melepaskan jaket, syal, sepatu dan tutup kepala. Kaylin menyelimuti Jonathan dengan selimut yang tebal karena cuaca masih dingin dan hujan deras. Mata Jonathan perlahan tertutup sepertinya ia terlalu lelah. Kaylin mengusap kepala Jonathan dengan lembut, "tidur yang nyenyak lelaki tangguhku, semoga semua beban dan trauma yang kamu miliki perlahan dapat teratasi dan Kay akan selalu berusaha membuat Mas Jo bahagia dan tersenyum."
**
Bulan menampilkan dirinya setelah hujan yang cukup deras hingga sore tadi. Jonathan terbangun, ia melihat sekeliling dan menyadari tidak ada Kaylin di sini. Ia kemudian bangkit dari tempat tidur dan berjalan dengan berpegangan pada tembok menuju keluar. Ketika akan menuju kamar Mas Jo, Kaylin melihat Jonathan tengah berjalan dengan bertumpu pada tembok. Pemandangan yang menyayat hati bagi Kaylin. Dengan langkah cepat Kaylin menghampiri Jonathan kemudian menuntunnya berjalan menuju meja makan.
"Sini Kay bantu ya."
Hanya dijawab anggukan oleh Jonathan.
Di meja makan sudah ada Mbah Kung dan Yang Ti.
"Tadi Kay mau ke kamar Mas Jo, malahan Mas Jo jalan sendiri. Nanti kalau jatuh gimana. Udah tahu masih belum sembuh sukanya dipaksain nanti malah tambah drop bukan malah jadi sembuh," omel Kaylin dengan nada khawatir dan marah.
"Tidak apa-apa. Saya sudah lebih baik," jawab Jonathan dengan senyum langkanya.
"Lagi-lagi jawabnya gitu, Mamih kan kemarin bilang kalau Mas Jo sakit bilang sakit jangan ga papa terus. Itu malah buat Kay tambah khawatir. Kalau Mas Jo kaya gitu terus mending kita sekarang balik aja ke rumah sakit sampai dokter sendiri yang bilang Mas Jo udah ga papa!"
"Maaf. Iya saya sekarang akan menuruti semua ucapan kamu Kaylin. Sudah ya jangan marah. Nanti cantiknya hilang," goda Jonathan dengan muka datar.
Bukannya tersipu Kaylin malah merasa aneh. Seorang Jonathan bisa juga menggodanya tapi sangat tidak cocok antara mimik muka dengan kalimat yang ia ucapkan bukannya tersipu malu Kaylin malah ingin mencubit Jonathan saking gemasnya dengan tingkah aneh lelaki itu.
Untuk mendinginkan suasana Yang Ti segera meminta mereka berdua untuk makan. Kaylin hendak menyuapi Jonathan namun, Jonathan menolak dan lebih memilih makan sendiri. Kaylin kalah lagi, ia hanya bisa menuruti perintah calon suaminya ini. Menu makan kali ini ada gudeg yang dibuat khusus oleh Yang Ti sehingga Jonathan dengan lahap memakannya.
---------
- Semarang, 3 Juni 2022 -
I hope you enjoy read this story. Thanks for your support and vote.
With love R A I N 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Jo
ChickLit"Kamu satu-satunya alasan aku bisa bertahan dari trauma yang amat menyiksa ini." - Jonathan Zafran Louis ___________________ "Heh kok tiba- tiba ngelamar! Kamu siapa , mengapa, bagaimana, kenapa bisa?" - Kaylin Bestari N. Sidiq