68| Saranghae Adeul

162 22 4
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Happy Reading Carat Hyungdeul! ^^

*****

Bandara Incheon tampak dipenuhi orang-orang. Baik yang berpergian maupun pulang ke negara asal setelah selesai dengan segala urusan di luar.

Di antara beribu orang-orang yang hilir mudik dengan kesibukan masing-masing itu, Seohyun berdiri sambil membawa koper besar di tangannya. Menunggu dua anak manusia yang kepada mereka ia banyak menyimpan kesalahan.

"Oh! Di sini, di sini!"

Seohyun mengangkat tangan ke udara, dengan bibir menyungging senyum, saat melihat seseorang yang ditunggunya memunculkan keberadaan.

Seokmin dan Jisoo, dua orang yang Seohyun tunggu, berhenti di hadapan Seohyun setelah berlarian. Mengakibatkan mereka sedikit tersenggal kehabisan napas.

"Kenapa lari?"

"Kami tidak mau telat mengantarmu, Hoejang-nim."

"Eomma."

"Ye?"

"Kau calon menantuku, Soo-ya. Seseorang yang putraku cintai. Jadi jangan panggil aku Hoejang-nim lagi."

"A-ah.. nde, Eomma-nim."

Seohyun tersenyum.

"Hoejang-nim yakin akan pergi?"

Seokmin menyela, membuat tatapan Seohyun kini beralih padanya dibarengi satu helaan napas.

"Sudah kubilang panggil aku Eomma, Seokmin-ah."

Semenjak Seohyun bertemu Donghae di rumah sakit waktu itu, sikapnya banyak berubah. Baik pada Seokmin maupun Jisoo. Dia jadi pribadi yang lebih halus dan lembut.

Seohyun ekstra bekerja keras demi diberi maaf oleh Jisoo, terlebih Seokmin putranya. Sampai akhirnya karena ia gigih, Jisoo dan Seokmin mau memaafkan juga.

Namun meski sudah dimaafkan, Seokmin masih belum mau memanggilnya Eomma. Tapi dia mengerti. Seokmin pasti canggung karena selama bertahun-tahun mereka hidup tak selayaknya ibu-anak, sekarang harus memanggilnya Eomma di saat mereka baru berbaikan sebentar.

"Aku sudah memikirkan ini cukup lama. Keputusanku sudah bulat, aku akan pergi ke Jepang utuk menenangkan diri. Lagipula ini cita-citaku sejak dulu, berpergian ke luar negeri. Dan Jepang adalah negara yang disarankan Appa mu."

"Bagaimana dengan perusahaan? Aku ingat betul, Hoejang-nim sangat mencintai Pleasure Entertainment."

"Tentu saja aku mencintainya. Pleasure Entertainment sudah aku besarkan selayaknya anak sendiri, sampai aku rela menyakiti anak sungguhan ku demi membuatnya sesukses sekarang."

"Kalau begitu kenapa dilepaskan?"

"Aku tidak melepaskannya Seokmin-ah. Saham ku masih yang terbanyak di sana. Hanya saja untuk saat ini, aku titipkan pada Junhui. Biarkan dia yang mengurusnya. Karena aku yakin, Pleasure Entertainment akan lebih baik jika orang sejujur Junhui yang memimpin."

"... baiklah."

Seohyun memegang tangan Seokmin. Membuat Seokmin tersentak beberapa saat.

"Aku minta maaf, atas 29 tahun hidupmu yang kurang kasih sayang Eomma dan Appa."

"Aku minta maaf membuatmu menderita selama ini. Membuat mu mengidap depresi persisten karena Eomma mu sendiri."

"Aku pikir.. dengan mengatur hidupmu, kau akan sukses dan bahagia. Tidak seperti aku dulu. Tapi tanpa ku sadari, tujuan baikku malah berbalik obsesi, menjadikanmu pendongkrak kesusksesan perusahaan."

"Maafkan Eomma Seokmin-ah.. maafkan Eomma.."

Seohyun akhirnya menangis tersedu di hadapan Seokmin, membuat Jisoo pun ikut menitikkan air mata. Terharu sekaligus sedih menyaksikan adegan di depannya.

"Hoejang-nim sudah mengatakan itu berulang kali. Dan aku juga sudah bilang berapa kali, semua yang kau lakukan padaku sudah aku maafkan."

"Terimakasih Hoejang-nim mau berubah. Terimakasih mau berusaha menjadi sosok Eomma untukku."

Seohyun mengusap pipi Seokmin dengan tangan gemetar, ia tatap putra tampannya selama beberapa detik.

"Terimakasih karena mau memaafkanku. Terimakasih juga sudah tumbuh dengan baik meski tanpa kasih sayang orangtua."

Seokmin mengangguk, dengan sudut bibir sedikit terangkat.

Seohyun mengalihkan tatapannya pada Jisoo yang masih menitikkan air mata. Ia peluk tubuh kurus itu.

"Maafkan aku Jisoo-ya.. atas segalanya. Menghinamu, menghina Eomma mu, merusak ladang Halmeoni mu. Sungguh jahat sekali aku.."

"A-aniyo.." Jisoo menggelengkan kepalanya, "Eomma-nim jangan bilang begitu. Aku sudah memaafkanmu.."

"Terimakasih Jisoo-ya.. terimakasih banyak.."

Seohyun melepaskan pelukan. Ia pegang tangan Seokmin dan Jisoo.

"Berbahagialah.. Hananim memberkati kalian."

"Eomma-nim juga berbahagialah.. semoga selamat sampai tujuan."

Seohyun mengangguk, "Kalau begitu aku pergi. Sampai jumpa.." setelah mengatakan itu Seohyun tersenyum, lalu berbalik meninggalkan Jisoo dan Seokmin yang menatapnya dengan mata sendu.

"EOMMA!"

Jisoo terkejut. Seohyun mematung. Mendengar panggilan yang selama ini diharapkan ia dengar. Perlahan Seohyun berbalik, melihat seseorang yang berlari ke arahnya untuk kemudian menabrakkan tubuh mereka; memeluknya dengan erat.

"S-seokmin..?"

"..jaga kesehatanmu di sana. Kalau aku dan Jisoo menikah, aku ingin Eomma menghadirinya."

Air mata Seohyun kembali menetes, "Tentu. Aku akan menghadiri pernikahan kalian," tangannya balas memeluk Seokmin erat.

"Saranghae.. Adeul."

©Dede Ihot

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Dede Ihot

Annajwo | SeokSoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang