44| Pertengkaran Kedua

97 19 2
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Happy Reading Carat Hyungdeul! ^^

*****

Hansol menggantungkan barang belanjaannya di pengait motor begitu ia keluar dari Minimarket. Karena Jisoo terus mengingatkan untuk tidak makan mie instan, akhirnya ia pun menuruti sahabatnya dengan mulai belajar memasak. Malam ini ia berniat masak ayam goreng kesukaannya.

Hansol baru akan menghidupkan mesin motor kalau saja ia tak mendengar obrolan-obrolan dua pejalan kaki yang melewati. Dengan jelas ia bisa menangkap sesuatu seperti ini,

"Kasihan ya dia. Lehernya sampai berdarah gara-gara ditusuk beling oleh Appa sendiri."

"Iya. Amit-amit punya Appa seperti itu."

"Merinding aku. Sumpah!"

Mendengar itu Hansol merasakan firasat buruk. Tanpa berpikir lama ia lajukkan motornya untuk melihat seseorang yang para pejalan kaki bicarakan.

Semoga orang itu bukan Jisoo, Hananim.

Sekitar 7 menit dari Minimarket, Hansol menghentikan laju motornya begitu melihat kerumunan orang-orang. Ia turun dari motor dan berjalan mendekati kerumunan. Repleks matanya membulat sempurna, melihat seseorang yang sangat ia cintai kini berada dalam bahaya. Bahkan dengan jelas ia bisa melihat banyak memar dan darah di leher putih itu.

"Jisoo."

"Cepat lepaskan dia Ajeossi, saya benar-benar akan melapor Polisi!"

"Coba saja! Kalau kau-hik-berani melapor, aku benar-benar akan menusukkan beling ini di lehernya!"

Hansol tahu siapa pria paruh baya yang sedang mengancam itu. Dia Appa Jisoo. Seseorang yang sangat Jisoo benci dan takuti. Mencegah tidak terjadi hal lebih mengerikan lagi pada Jisoo, Hansol berjalan ke belakang Wonshik. Ia menatap para pejalan kaki yang melihatnya, mengirimkan kode pada mereka supaya terus mengalihkan perhatian Wonshik. Begitu pria itu lengah karena sibuk mengancam para pejalan kaki yang akan melaporkannya pada polisi, Hansol menyatukan kedua tangan dan memukulkannya pada tengkuk Wonshik.

Duak!

Wonshik merasakan sakit di kepala saat satu pukulan mengenai tengkuknya. Seberapa keras pun ia mencoba tetap sadar, tapi karena pukulan begitu kuat membuat matanya terasa berat. Tanpa bisa ia cegah tubuhnya ambruk dan kesadaran pun menghilang.

"Ohh! Akhirnya!"

"Apa yang terjadi?"

"Siapa dia?"

"Ayo cepat lapor Polisi, mumpung pria jahat itu pingsan."

"Iya-iya. Aku lapor sekarang."

Di tengah kegaduhan Jisoo merasakan lemas di kakinya begitu melihat Wonshik tersungkur. Dalam hati berucap syukur pada siapapun yang memukul sang ayah dan membuatnya terlepas dari bahaya pria paruh baya itu. Tubuhnya hampir ambruk karena takut yang mendera, kalau saja seseorang tidak segera menahannya. Jisoo menoleh, melihat pria yang sangat ia kenali kini merengkuhnya, menahan dirinya supaya tidak jatuh.

Annajwo | SeokSoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang