16. Another Day

134 15 11
                                    

Vote sebelum membacaHappy reading♡ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote sebelum membaca
Happy reading♡
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

《● You for Me ●》
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Jaemin mendudukkan tubuhnya di ranjang tidurnya pelan-pelan, helaan napasnya terdengar panjang. Kepalanya menunduk, serta kedua tangannya terangkat untuk membuka kancing seragamnya satu per satu hingga terlepas semua, lalu selanjutnya menarik kaos putihnya ke atas secara perlahan.

Lagi-lagi Jaemin menghembuskan napasnya panjang. Di bagian perutnya ada beberapa luka memar berwarna merah, dia yakin besok pasti akan terasa sangat nyeri dan warnanya berubah menjadi ungu ke hitaman.

Anak itu meringis memijat lengan atasnya pelan, tangannya juga terasa sakit. Pandangannya kosong ke depan, beruntung tadi saat dia pulang melewati toko bibi Taeyeon, tidak ada seorang pun yang tengah berada diluar atau melihatnya, jadi luka-luka ini tidak sampai di ketahui oleh mereka.

Dia hanya tidak ingin mereka khawatir lagi dan lagi.

"Bunda ...."

"Jaemin pengin liat bunda lagi ...."

Napasnya tercekat, terasa sangat sulit untuk berbicara. Tangannya terangkat lagi untuk mengusap ujung matanya yang mulai berair.

"Semua orang tau, Bun ... Semua orang tau ayah pembunuh."

"Semua ... Benci sama Jaemin ...."

"Bun, nggak bener, 'kan? Ayah bukan pembunuh, 'kan?"

"Bunda jawab Jaemin ... hiks."

Kepalanya kembali menunduk dan membiarkan air mata itu mengalir membasahi kedua pipinya. Rasanya terlalu sesak untuk dia tahan selama ini.

Jaemin ingin mengeluarkan semuanya, dia ingin mengeluarkan semuanya di pelukan bundanya. Keluarganya yang dulu harmonis, yang dulu penuh canda dan tawa, canda yang di berikan sang ayah, dan tawa yang akan terdengar dari suara dirinya dan sang bunda.

Kenapa ... Kenapa semua itu terasa hanya sebentar? Kenapa semua itu terasa sangat singkat bagi keluarganya?

Setelah ayahnya menjadi tersangka pembunuhan kala itu, keluarganya hancur. Semuanya pergi meninggalkannya, semua orang-orang di sekitar membenci keluarganya. Hanya bersama neneknya, Jaemin mendapatkan perlindungan hanya dari neneknya. Yang bahkan tak jarang, rumah mereka juga mendapat lemparan batu dari tetangga-tetangga di daerah rumahnya.

Di sekolah Jaemin di bully, tidak ada yang mau berteman dengannya. Mungkin yang dia dapatkan di sekolah dulu, sama dengan yang lelaki itu dapatkan juga saat ini. Tidak jauh beda.

"Ahs ...."

Jaemin memejamkan matanya, kedua tangannya terangkat dan memegang kepalanya yang mulai berdenyut. Semakin berdenyut, semakin kuat juga remasan pada rambutnya. Dia menjambaknya dengan kuat, terasa sakit sekali untuknya.

[4] YOU FOR ME ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang