24. I Should Be

126 11 13
                                    

Vote sebelum membacaHappy reading♡ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote sebelum membaca
Happy reading♡
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

《● You for Me ●》
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Pagi hari di kediaman keluarga Lee masih terlihat sepi, hanya ada bibi yang sejak tadi sudah berjalan kesana-kemari sambil membuat sarapan untuk keluarga tersebut.

Jaehyun baru turun dari tangga lalu matanya mengendar, baru dirinya yang bangun? Hari ini adalah weekend, lelaki itu tidak ada kegiatan kuliah dan seharian ini dia free di rumah. Dia berjalan ke arah meja makan, meneguk sedikit air putih yang berada di atas meja itu dan mulai membuka buku yang tadi di bawanya dari kamarnya.

Baru beberapa kalimat yang dia baca dalam hatinya, pandangannya teralihkan kepada sang adik yang mulai menuruni anak tangga. Langkahnya terlihat lemas, wajahnya sedikit pucat.

Jaehyun tahu, dia tahu adiknya baru saja di pukuli oleh ayahnya lagi kemarin. Dia melihat sendiri dari atas bagaimana adiknya di pukuli beberapa kali dengan tongkat baseball besi.

Namun dia hanya terdiam. Terdiam mengabaikannya dan kembali ke kamarnya lagi.

Jeno mengangkat kepalanya dan menatap sang kakak datar, lalu melangkah pelan menuju dapur. Ingin meminta di buatkan teh hangat, karena kepalanya kini terasa sangat pusing.

"Loh, lagi ngapain, Kak?" tanya Jeno sesampainya dia di dapur.

Melihat Jia yang sudah ada di dapur lebih dulu dan terlihat sedang membuka kulkas, membuatnya bertanya seperti itu tadi.

Jia menoleh, lalu tatapannya sedih menatap tubuh Jeno, apalagi lelaki itu yang sejak tadi memegangi lengannya di tempat bekas pukulan kemarin.

Sementara sang empu yang mengerti lalu tersenyum hangat, dia mendekatkan dirinya ke arah kembarannya, "Jeno nggak papa ... Kakak jangan sedih."

"Beneran ...?" tanyanya dengan mata sendunya.

Lelaki itu terkekeh kecil lalu menganggukkan kepalanya, "beneran ... Lagi ngapain?" tanyanya lagi yang melihat kakaknya belum juga menutup kulkas itu.

"Cari susu ... Habis ..." lirihnya sedih.

"Jeno beliin dulu, ya?"

"Tapi ...."

"Jeno nggak papa. Jeno beli dulu, ya?"

Jia akhirnya mengangguk dan membiarkan sang adik pergi untuk membeli susu.

Lelaki itu sepertinya kembali ke kamar terlebih dahulu mengambil jaket, dan tidak lama kemudian turun lagi sambil membawa kunci motornya.

"Bibi, Jia aja."

Wanita yang di panggil itu menoleh ketika nona mudanya menghentikan jalannya. Tangan gadis itu terulur, meminta dua piring yang tengah di bawa bibi. Sementara bibi hanya tersenyum, lalu menyerahkan dua piring berisi lauk sarapan keluarga ini yang tadinya akan dia antarkan ke meja makan.

[4] YOU FOR ME ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang