Setelah selesai bekerja dan mengganti pakaian. Aku berjalan keluar kantor. Berjalan menyusuri trotoar khusus penjalan kaki seperti ku. Aku berhenti sebentar untuk mengambil dompet pada saku belakang celanaku. Kulihat hanya ada beberapa lembar uang, itupun akan ku pakai untuk mencicil utangku. Aku membatalkan niatku untuk sekedar menaiki bus ataupun kereta.
Rumahku dari tempat kerja lumayan jauh. Jika berjalan kaki bisa memakan waktu 48 menit, sedangkan menggunakan kendaraan pribadi hanya sekitar 15-20 menit. Aku memasukkan kembali dompetku lalu sebuah mobil berhenti didepanku. Jake hyung keluar dan segera menyuruhku menaiki mobilnya.
"Tidak hyung." Ucapku padanya.
"Tapi Yoonwon ada didalam."
"Bukankah kau sudah mengantarnya pulang?"
"Kami pergi makan dulu."
"Kau terlalu memanjakan nya hyung." Ucapku tak senang. Aku dengan terpaksa memasuki mobilnya dan duduk dikursi sebelahnya. Terlihat Yoonwon yang sedang tertidur di kursi belakang.
"Lain kali aku tidak akan merepotkanmu hyung." Ucapku padanya. Jake hyung mengabaikan nya seperti biasa. Tak ada percakapan apapun lagi sampai mobilnya berhenti pada gedung beberapa lantai yang merupakan tempat tinggalku. Jake hyung ikut keluar dengan menggendong Yoonwon dipelukannya. Entah perasaanku atau memang aku sedang diikuti? Aku menoleh dengan cepat namun yang kulihat hanya sebuah mobil yang melintas cepat. Mungkin hanya perasaanku saja.
"Kau akan pulang jam berapa nanti malam?" Tanya nya setelah meletakkan Yoonwon di tempat tidur.
"Tidak tau." Jawabku seadanya. Aku menuju dapur untuk meminum segelas air dan dia mengikutiku.
"Aku akan menjemputmu." Tawarnya, aku menggeleng.
"Tidak bisakah kau hanya menerima nya Jungwon?" Ucapnya terdengar kecewa dan marah. Aku menatap Jake hyung tepat dimanik matanya.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan hyung?" Tanyaku langsung. Dia mendekat ke arahku hingga punggungku menubruk pintu kulkas dibelakang tubuhku.
"Aku hanya menginginkanmu, dari awal kau sudah tau itu." Jawabnya. Kini tangannya mengelus pipiku membuatku benar- benar tidak nyaman dibuatnya.
"Kau tidak hyung. Dari pertama kau itu tidak sepertiku. Aku gay dan kau pria normal." Jelasku padanya.
"Aku hanya meninginkanmu, apa kau bisa memahami itu?"
"Setelah keinginanmu tercapai, apa kau akan mencampakkan ku?"
"Tidak begitu Jungwon. Aku sangat menginginkanmu." Balasnya. Aku hanya diam dan mencoba mendorong tubuhnya namun aku gagal.
"Kau boleh pulang. Aku ingin memasak untuk Yoonwon." Usirku padanya. Jake hyung segera pergi meninggalkan aku sendirian.
Aku memasak sesuatu untuk Yoonwon, untuk nanti malam ketika aku bekerja. Aku bekerja sebagai pelayan di salah satu kafe. Aku beruntung Yoonwon mengerti dan tidak rewel, dia anak yang mandiri.
"Papa sudah mau berangkat kerja?" Tanya Yoonwon yang baru saja selesai mandi. Aku hanya mengangguk dan menepuk kepala nya pelan. Terlihat Yoonwon cemberut dan aku segera mengecup pipi tembam miliknya.
"Ingat apa yang selalu Papa sampaikan?"
"Jika Yoonwon merasakan sakit sedikitpun hubungi Papa, tekan angka 1 dan itu akan segera terhubung dengan ponsel milik Papa." Jelas Yoonwon padaku. Aku tersenyum hangat karena dia mengingatnya.
"Yoonwon jangan tidur malam-malam ya. Good night sayang." Ucapku pada Yoonwon. Bukannya aku tidak cemas saat meninggalkan Yoonwon, aku sangat amat cemas tentu saja. Tapi semua ini kulakukan juga demi menghidupi Yoonwon, mencukupi kebutuhan kita berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
XOXO (Hugs & Kisses) | JAYWON [END]
Fanfiction'SST.. My Boss, My EX-Boyfriend' versi Jaywon