Aku menarik Yoonwon menjauh, ini kali pertama aku membentak Yoonwon. Suara ringisan kesakitan menghentikan langkah ku. Aku melepaskan tangan kecil Yoonwon, lalu berjongkok dihadapan nya. Kutatap Yoonwon dalam-dalam membuat rasa takut itu kian membesar. Aku takut jika Jay hyung merebut Yoonwon dari ku. Aku tak-
"Papa maafin Yoonwon." Suara Yoonwon membuatku mengelus rambutnya. Kucium aroma Yoonwon yang khas, lalu mengecup pipi tembam nya berulang kali.
"Maafin Papa ya, harusnya Papa gak bentak Yoonwon kayak tadi." Sesalku pada Yoonwon. Yoonwon memeluk leherku erat lalu mengelusnya perlahan.
Rasa hangat yang menjalar dihatiku mengikis ketakutan yang kurasakan tadi. Aku tidak peduli orang-orang melihat drama kami. Yang aku pedulikan sekarang hanya Yoonwon. Yoonwon menghentikan elusan kepalaku lalu melepaskan pelukan nya. Dia tersenyum lebar lalu mengecup bibirku singkat.
"Yoonwon sayang Papa." Katanya membuat satu tetes air mata berhasil lolos dari genangan nya. Aku menghapus air mataku lalu menatap Yoonwon lembut. Aku bersyukur bisa memiliki anak seperti Yoonwon. Berbagai hinaan dulu yang ku dapat tak sebanding dengan keindahan yang ku dapat sekarang. Yoonwon-ku benar-benar seperti langit yang menyelimuti dunia ku. Tanpa Yoonwon mungkin aku benar-benar sudah mati. Aku tidak akan membiarkan Jay hyung merebutnya dariku.
"Papa lebih sayang Yoonwon." Balasku.
Kami kembali berjalan beriringan dengan tangan Yoonwon yang menggenggam kelingking ku. Keyakinanku untuk pindah semakin mantap. Aku akan membawa Yoonwon bersamaku dan tak akan kubiarkan Jay hyung bisa melihatnya lagi.
Sesampainya ditempat tinggalku, aku segera membuka lemari dan mengambil koper. Aku merapikan pakaian Yoonwon dan juga pakaianku sendiri.
"Papa kita mau pindah?" Tanya Yoonwon padaku.
"Iya sayang." Jawabku sambil terus merapikan baju ku. Aku tidak akan pergi sekarang, besok pagi-pagi sekali aku akan pindah. Aku tidak memiliki tujuan, tapi pergi dari Jay hyung itu segalanya.
"Bukannya Papa harus kerja?" Tanya Yoonwon. Aku meraih Yoonwon lalu tersenyum lembut padanya.
"Sekarang Yoonwon mandi, pakaian nya nanti Papa siapin." Jawabku mengalihkan pembicaraan. Aku menghentikan aktifitasku. Nanti setelah pulang kerja saja aku membereskan nya kembali.
Yoonwon langsung pergi ke kamar mandi. Sementara aku mengambil sepasang baju yang akan Yoonwon pakai. Setelah meletakkan nya di atas kasur, aku segera ke dapur untuk memasakkan Yoonwon sesuatu. Ini hari terakhir ku bekerja, dan aku harus bisa membelikan Yoonwon mainan baru seperti janjiku tempo hari padanya.
Aku terdiam cukup lama sampai akhirnya aku mencium bau gosong dipenggorengan. Ah harusnya aku tidak teledor begini. Aku membuang-buang makanan dengan percuma. Aku bukan orang yang berkecukupan dan dengan kecerobohanku, aku membuang makanan yang susah aku dapatkan.
Aku mengambil bahan makanan lain lalu kembali memasak. Kini aku lebih berhati-hati dan berhenti melamun. Setelah selesai, aku membuat segelas susu cokelat hangat untuk Yoonwon. Setelah menyajikan nya diatas meja, aku melepaskan apron ku dan mengelap keringat yang membanjiri dahi ku. Yoonwon keluar dengan pakaian yang aku siapkan tadi.
"Jagoan Papa wangi sekali." Ucapku padanya, lalu mengecup pipinya gemas.
"Huu Papa bau, mandi sana. Yoonwon tunggu dimeja makan." Ucapnya. Aku terkekeh lalu beranjak ke kamar. Yoonwon memang mandi sangat lama, sama seperti— Sudahlah, Yoonwon adalah anakku.
Selesai mandi dan berpakaian santai, aku segera menghampiri Yoonwon yang setia duduk menunggu ku.
"Papa lama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
XOXO (Hugs & Kisses) | JAYWON [END]
Fanfiction'SST.. My Boss, My EX-Boyfriend' versi Jaywon