Bothered [Lisa POV]

2.4K 369 10
                                    

Kami masih makan di kafe, dan Rosé berbicara denganku sepanjang waktu, tapi aku tidak bisa berkonsentrasi. Pikiranku benar-benar terganggu oleh kalung yang dikenakan Jennie. Aku ingin tahu apakah dia tahu sesuatu tentang aksesoris itu. Mengapa dia memakainya? Kalung itu sepertinya bukan gayanya.

Aku sedang berpikir keras. Namun sesaat kemudian aku diinterupsi oleh tamparan lembut napkin di dekat mulutku

"Oh baby, ada noda di dekat mulutmu," Kata Rosé sambil menyeka mulutku. Dia masih berusaha membuat Jennie cemburu dengan rencananya yang konyol.

"Rosé, stop." Aku memberi tahunya. Kami terus saling menatap sampai dia tertawa terbahak-bahak.

"Pfftt Lisa.. maafkan aku.. aku hanya merasa lucu, ya Tuhan. Kalau saja kau melihat reaksinya.. Dia benar-benar memegang garpu itu begitu erat" Dia berbicara di antara tawanya. Aku ingin marah tapi tawanya begitu menular hingga membuatku tersenyum.

"Kurasa jika aku terus merayumu, aku mungkin akan terbunuh di sini. Ditusuk oleh garpu!" Dia tertawa lebih keras setelah menambah ucapannya.

"Kau sudah selesai?" Aku bertanya sambil memaksakan senyumku padanya. Butuh satu menit baginya untuk tenang. Aku tidak tahu mengapa dia menganggap ini lucu.

"Okey, aku selesai. Ayo pergi. Ini hampir jam 1.30"
Katanya dengan meraih tas di sebelahnya.

Ketika berjalan keluar pintu restoran, aku berusaha keras untuk tidak melihat Jennie. Tapi mataku menghkhianatiku. Aku melihat Jennie sudah menatapku. Ada yang berbeda dengan tatapannya. Tatapan itu menggangguku. Untuk beberapa alasan, aku melihat Jennie-ku di dalam dirinya. Dan semakin aku melihatnya, semakin aku terpicu. Seolah-olah dia mencoba memberitahuku sesuatu.

Aku tidak bisa fokus mengerjakan tugasku setelah bertemu Jennie hari ini. Pikiranku terus merasa terganggu, apalagi dengan caranya menatapku. Aku terus berpikir, apa yang mengubahnya? Dia tidak tampak begitu dingin bagiku sekarang dan aku benar-benar terkejut. Aku ingin tahu apakah dia baik-baik saja saat aku tidak ada. Sesaat kemudian perhatianku teralihkan oleh telepon dari Jisoo.

"Lisa, apakah kamu akan datang hari sabtu ini?" Tanya Jisoo. Tiba-tiba aku ingat, kampus lama kami mengundang kami untuk pesta ulang tahun akhir pekan ini. Aku hampir lupa.

"Oh, aku tidak tahu, bagaimana denganmu?" Aku bertanya sambil memijat kepalaku.

"Jika kamu datang, aku ikut" Katanya dengan perasaan bersemangat.

Haruskah aku pergi? Mungkin aku benar-benar butuh pengalih perhatian dari semua ini jadi aku bilang ya pada Jisoo.

__

Suara musik bisa terdengar saat aku memasuki ruangan. Itu sangat bising dan keras. Semua orang tampaknya menikmati pesta ulang tahun yang beberapa dari mereka tampak mabuk sedang menari di lantai dansa.

Aku sebenarnya mencari Jisoo di dalam area, tapi terlalu ramai dan aku kesulitan mencari jalan. Beberapa menit kemudian aku merasakan seseorang menepuk bahuku dari belakang. Jadi aku berbalik hanya untuk memeriksa dan itu adalah Jisoo. Aku pikir dia sendirian, ternyata Jennie juga ikut dan ada di belakangnya.

Sulit berbicara dengan Jisoo karena musiknya terlalu keras, kami akhirnya minum alkohol di dekat lantai dansa. Aku terus mencuri pandang ke Jennie setiap kali aku memiliki kesempatan. Aku tidak berbohong untuk mengatakan bahwa dia terlihat sangat cantik malam ini sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya.

Ciuman tiba-tiba di pipi dari seseorang membuatku terkejut. Aku segera menoleh melihat orang itu. Gadis itu adalah Eiza, mantan pacarku.

"Kamu masih terlihat sangat cantik" Katanya sambil memamerkan senyum genitnya.

Tangan Eiza menjelajahi tubuhku. Itu menbuatku merasa tidak nyaman karena Jennie ada di sini. Aku hanya bisa tersenyum padanya sebagai tanggapan. Tidak butuh waktu lama baginya untuk benar-benar menyeretku ke lantai dansa. Aku panik dan mencoba mencari cara untuk menolak.

Dan hal-hal mulai menjadi serius ketika dia mulai menggiling tubuhku. Aku berdiri kaku merasa canggung. Aku mencoba menatap Jennie dan dia sudah memasang wajah serius sambil menatap Eiza. Itu membuatku takut.

Dan sesuatu terjadi di luar kendaliku ketika aku merasakan kecupan di bibirku. Aku tercengang. Tidak sampai disitu saja, Eiza masih nencoba menciumku lagi tapi aku langsung menolaknya. Aku merasa khawatir bagaimana Jennie akan bereaksi terhadap ini. Namun, ketika aku mencoba untuk memeriksanya, Jennie sudah berjalan keluar dari pesta. Tiba-tiba aku merasa lemah.

••

Abnormality [ID] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang