"BANGUN!!!"
Aku hampir tersedak saat aku terbangun dari tidurku. Rasanya seperti ada sesuatu yang menghalangi sistem pernapasanku. Bukan hanya itu, badanku menggigil dan berkeringat. Ada air mata di pipiku dan masih basah. Sepertinya aku menangis dalam tidurku. Tidak pernah seumur hidupku terbangun dalam keadaan shock seperti ini.
Aku seperti terkena serangan jantung. Aku kembali merasa ketakutan ketika aku menyadari bahwa aku sedang memimpikan kematian jennie. Tapi begitu aku duduk di tempat tidurku, semua terasa familiar. Aku mengingat bahwa aku menghadapi situasi yang sama seperti dalam mimpiku. Ini seperti Deja vu.
Aku menyadari segera setelah aku bangun, aku akan mencari jennie di sebelahku. Dan aku sedang melakukannya sekarang. Rasa gugup mulai menjalariku. Akankah hal yang sama terjadi lagi padaku? Ini membingungkan sehingga aku mulai merasa pusing. Aku mulai berpikir mendalam. Ini benar-benar membuatku merinding terutama pada kondisi Jennie yang malang, meskipun itu hanya mimpi buruk tetapi terasa begitu nyata. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh agar itu tidak akan pernah terjadi. Rasanya sangat menyakitkan.
Aku menelan ludah beberapa kali mencoba menguatkan diri. Semuanya hening saat aku berjalan melewati ruang tamu. Setiap langkah yang aku buat menyebabkan jantungku berdetak kencang seperti orang gila. Sejujurnya aku takut, aku bahkan tidak yakin apakah aku bisa melanjutkan ini. Aku tidak kuat. Aku takut aku tidak akan menemukan Jennie di sana. Kepalaku benar-benar penuh dengan pikiran negatif. Sesaat kemudian aku melangkah memasuki dapur, dan aku terpana.
"Good Morning!" Suara Jennie memecahkan kebingungan yang selama ini melekat padaku. Tiba-tiba aku merasa lega, perlahan aku melepaskan kewaspadaanku. Dia ada di depanku. Terima kasih Tuhan. Itu hanya sebuah mimpi. Aku masih berdiri dari tempatku mengamati sosoknya.
"Honey kamu baik-baik saja? Kamu terlihat ketakutan" tanyanya menunjukkan kekhawatirannya. Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, mimpiku benar-benar memukulku dengan keras sehingga untuk sesaat aku tidak dapat membedakan apakah ini nyata atau tidak. Jennie mulai mendekatiku dan memegang wajahku.
"Honey, ada apa kamu terlihat pucat" katanya dengan wajah khawatir. "Apakah kamu sakit?" dia bertanya lagi sambil meletakkan tangannya di dahiku. Aku tidak bisa menahan airmataku dan aku mulai menangis saat memeluk tubuhnya yang hangat.
Beberapa saat kemudian...
"Sayang itu hanya mimpi. Lihat aku di sini. Sehat dan bahagia! Bersamamu" kata Jennie mencoba meyakinkanku setelah aku menceritakan semuanya padanya. Aku tidak berbohong, aku masih merasa khawatir dengan kondisinya. Mimpi itu, membuatku paranoid sepanjang waktu. Aku tidak bisa menahannya. Aku hanya diam sambil menatap Jennie. Aku bahkan tidak bisa tersenyum. "Dengar, ayo pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatanku, jika itu membuatmu merasa lebih baik" usulnya. Aku setuju dengan idenya. Maksudku, aku harus memastikan dia benar-benar pulih. Karena aku tidak ingin hal-hal yang terjadi dalam mimpiku menjadi kenyataan.
__
"Jadi berdasarkan pemeriksaan kami, sepertinya Ms jennie membuat kemajuan luar biasa dalam pemulihannya, saya sebenarnya terkejut karena hampir tidak melihat seorang korban TBI bertahan dan pulih dengan sempurna seperti Ms Jennie sekarang. Jadi selamat!" Tiba-tiba aku bisa merasakan Jennie menggenggam tanganku erat-erat setelah kami mendengarkan hasilnya.
"Tolong tetap jaga dia di lingkungan yang positif dari waktu ke waktu dan kembalilah kepada kami jika perlu pemeriksaan lebih lanjut" Dokter mulai mengalihkan pandanganku padanya dan dia sudah tersenyum lembut padaku. Mungkin aku hanya terlalu khawatir, tapi aku bersumpah aku tidak berpikir aku bisa hidup tanpanya.
__
Saat ini kami sedang duduk di pasir pantai, kami memutuskan untuk melihat matahari terbenam bersama karena Jennie tahu aku masih merasa terganggu dengan mimpi itu. Sejujurnya bahkan setelah mendengarkan hasil medis Jennie, aku masih tidak bisa mengabaikan mimpi buruk itu. Itu membuatku merasa takut dan tidak nyaman.
Suasana cukup berangin dan hanya suara ombak yang terdengar. Tak satu pun dari kami berbicara.
Beberapa saat kemudian Jennie mulai memalingkan wajahku ke arahnya sambil dengan lembut memberikan kecupan di bibirku. "Sayang kamu harus berhenti mengkhawatirkan mimpi itu. Itu tidak berarti apa-apa. Kamu mendengar apa yang dikatakan dokter tadi. Aku baik-baik saja" katanya sambil mengelus pipiku. Dia menatapku lembut. Perlahan membuatku tenang. Beberapa detik kemudian aku mulai memegang kalung jimat keberuntunganku yang saat ini tergantung di leherku. Aku menggosoknya dengan ibu jari dan jari telunjukku selama beberapa detik. Tapi mataku tidak pernah berhenti menatap cinta dalam hidupku di depanku.
Segera aku melepasnya sambil meletakkannya di leher Jennie, aku mulai memeluknya. Sesaat kemudian aku menarik diri dan mulai memberinya tatapan penuh kasih. "Kalung ini, aku ingin kau menyimpannya, karena ini adalah jimat keberuntunganku, aku harap itu akan selalu melindungimu" kataku pelan. "Aku sangat mencintaimu" aku mengaku sambil membelai pipinya dengan lembut, pandanganku mulai kabur karena air mata yang akan jatuh.
"Aku juga sangat mencintaimu" balasnya kemudian. Sesaat kemudian kami mulai berciuman dengan penuh gairah di bawah matahari terbenam.
My Beloved Wife Jennie, aku harap kamu tahu aku bernafas hanya untukmu. Hidupku adalah tentangmu. Tidak ada di dunia ini yang lebih berharga darimu. Dan aku berjanji akan mencintaimu selamanya.
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormality [ID] ✔
Ficção AdolescenteUntuk pertama kalinya Lisa bertemu dengan saudara perempuan temannya yang tidak normal. Sebelumnya Lisa tidak pernah bertemu dengan orang seperti dia. Tingkah lakunya yang aneh tumbuh perlahan-lahan, dan dia mulai merasa terikat. Ketika Lisa menyada...