"Kamu belum tidur?" Begitu aku masuk ke apartemen, aku bertanya kepada saudara perempuanku. Aku terkejut karena dia biasanya berada di kamar tidurnya pada jam seperti ini.
"Oh, kamu sudah kembali." Hanya itu tanggapannya. Dia saat ini duduk di sofa, menonton televisi. Dia benar-benar mengabaikan pertanyaanku, jadi aku pikir dia juga khawatir tentang kekhawatiranku.
"Jadi? Bagaimana hasilnya?" Dia memalingkan wajahnya ke arahku dan bertanya dengan antusias. Aku mendekatinya sambil menghela nafas.
"Dia tidak di rumah, aku sudah menunggu berjam-jam" Kataku merasa lelah.
"Hmm.. Apa kau ingin aku meneleponnya?"
"Tidak, tidak.. Tolong jangan katakan apapun padanya! Aku berencana untuk menghadapinya sendiri" Jawabku cepat. Itu benar. Aku hanya ingin memberitahunya secara pribadi.
___
Saat ini aku berbaring di tempat tidurku, merenungkan bagaimana aku harus memberi tahu Lisa tentang pemulihanku. Sejujurnya, aku dulu sangat percaya diri untuk memberitahukan segalanya padanya, tapi sekarang aku tidak begitu yakin.
Bagaimana jika hasilnya tidak seperti yang aku harapkan? Bagaimana jika dia tidak lagi menginginkanku? Bagaimana jika perasaannya berubah? Aku mulai berpikir berlebihan.
Aku segera mengambil boneka beruang yang tergeletak di dekatku dan memeluknya erat-erat. Pikiranku sangat kacau sehingga aku tidak tahu bagaimana menghadapi situasi ini. Aku bingung.
___
"Good morning." Sapa Jisoo unnie saat aku tiba di dapur. Dia sedang makan roti panggang dan mengetik sesuatu di ponselnya.
"Good morning," Jawabku lesu. Sesaat kemudian aku duduk di depannya sambil minum air.
"Sepertinya kamu kurang tidur. Ada lingkaran hitam di bawah matamu" Ucapnya setelah meletakkan ponsel di atas meja. Aku menghela nafas panjang sebelum menjabawabnya.
"Unnie.. aku merasa khawatir, apa menurutmu Lisa akan menerimaku kembali?" Jisoo tersenyum lembut, menanggapi.
"Kalau mau tahu, Lisa adalah orang yang paling setia yang pernah ada, dia tidak pernah meninggalkan pasangannya, namun sebagian besar mantan kekasihnya meninggalkannya dan memohon agar dia kembali," jelasnya. Aku tidak tahu kenapa tapi itu membuatku merasa sensitif.
"Oke. Aku merasa tersinggung sekarang" Dia tecengang dengan kata-kataku dan segera mencoba menghiburku.
"Jennie, aku tidak bermaksud seperti itu. Yang ingin aku katakan adalah, dia mungkin akan menerimamu kembali. Maksudku, kamu tidak seperti beberapa mantannya yang secara sengaja menyakitinya." Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena merasa terganggu.
"Hei, berhentilah berpikir berlebihan. Ikuti saja arusnya. Aku yakin dia akan memaafkanmu" Lanjut Jisoo unnie, membangkitkan moodku. "Atau mungkin sebaiknya kau pergi dan menyerang bibirnya saja, aku yakin dia menyukainya" Usulnya membuatku terkejut.
"Unnie, itu terlalu absurd. Aku akan terlihat seperti remaja yang horny jika melakukan itu." Aku merasa jijik setelah membayangkan melakukan itu pada Lisa. Meskipun aku putus asa, aku tidak akan melakukan hal konyol seperti itu padanya.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Jennie. Aku yakin kamu melakukan itu pada Lisa sebelumnya." Dia mulai menggodaku sambil menyeringai. Oh unnie, rasanya aku ingin memukul kepalamu sekarang tapi aku terlalu lelah untuk melawan jadi aku hanya memutar mataku.
Tapi ya! Aku pernah melakukan itu pada Lisa sebelumnya. Persis seperti dalam ingatan ku. Dia benar!
___
Saat ini jam 8 malam, aku berdiri di apartemen Lisa, menunggunya tiba. Sejujurnya, aku belum siap untuk menghadapinya. Tetapi aku tidak akan tenang jika tidak mengakhiri ini.
Aku merasa gugup sepanjang waktu. Jantungku berdebar begitu cepat. Aku menggerakkan jariku mencoba menenangkan diri. Aku merasa khawatir dan takut, bagaimana jika dia tidak menyukai kehadiranku?
Tidak. Tiba-tiba aku merasa tidak siap. Mungkin aku harus datang lain hari. Tapi begitu aku hendak pergi, aku melihatnya berdiri beberapa meter dariku. Tampak terkejut.
••
Dua chapternya aku lanjut pas udh dirumah yaa!! sesuai janji. ツ
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormality [ID] ✔
Teen FictionUntuk pertama kalinya Lisa bertemu dengan saudara perempuan temannya yang tidak normal. Sebelumnya Lisa tidak pernah bertemu dengan orang seperti dia. Tingkah lakunya yang aneh tumbuh perlahan-lahan, dan dia mulai merasa terikat. Ketika Lisa menyada...