Road To Recovery [Lisa POV]

2.6K 406 6
                                    

"Kenapa kita tidak pernah melakukan hal seperti itu??"

Aku terkejut dengan pertanyaan berikutnya. Aku tidak tahu persis bagaimana aku harus menjelaskan kepadanya tentang adegan dewasa di layar. Karena dia sangat naif, cukup canggung bagiku untuk menjelaskannya. Aku mencoba untuk melewatkan pertanyaannya.

"Akan kujelaskan nanti. Mari kita tonton saja sekarang." Kataku dengan nada rendah. Syukurlah dia tidak melawan.

Seharusnya aku menonton trailernya dulu sebelum membawanya ke sini. Aku hanya mendengar dari teman kantorku yang mengatakan bahwa film ini sangat direkomendasikan dan sebagainya. Tapi aku tidak tau bahwa film ini banyak memiliki adegan panas. Tidak pantas untuk seseorang yang tidak bersalah seperti Jennie. Aku harap dia akan segera melupakannya.

Kami sekarang menghabiskan waktu makan malam di restoran. Jennie terlihat sangat senang menikmati pastanya. Aku senang melihatnya menikmati pastanya, sesekali aku menyeka noda makanan di sekitar mulutnya. Setelah selesai, kami menikmati ice cream sebagai makanan penutup.

"Kamu belum memberitahuku, kenapa kita tidak pernah melakukan hal seperti di film tadi." Dia memulai percakapan. Astaga, dia ingat. Dia tampak sangat tertarik sehingga dia terus menatapku. Aku merasa panas dan tidak nyaman. Bagaimana aku harus menjelaskan padanya.

"Karena... Kita belum siap," Kataku.

"Baiklah, aku siap!" Jennie menjawab dengan suaranya yang melengking. Aku tercengang dan kemudian aku tertawa canggung.

"Jennie, tidak sesederhana itu. Jika kamu ingin melakukannya, pertama kamu harus menjadi lebih baik dan mendapatkan kembali ingatanmu." Lanjutku.

Aku terus mengamati wajahnya. Aku ingin tahu kepribadian seperti apa yang dia miliki sebelum dia mengalami kecelakaan. Aku dapat melihat bahwa dia sedang mencoba untuk memproses kata-kataku dan tampaknya sedikit frustasi.

"Aku sudah sering ke dokter, tapi aku masih tidak ingat." Keluhnya dengan wajah cemberut.

"Ayo coba lagi. Kamu pasti bisa!" Aku tersenyum, mencoba menghiburnya.



Beberapa bulan berkencan dengan Jennie, aku tidak pernah memiliki momen yang membosankan. Tidak sulit berkencan dengan seseorang yang spesial seperti dia. Satu-satunya bagian yang sulit yaitu tidak memiliki momen intim dengannya. Tapi aku sudah terbiasa.

Aku memang mencoba membantunya mendapatkan kembali ingatan lamanya. Aku terus-menerus menemaninya menemui dokter untuk membuat janji. Aku selalu ingat tips dokter tentang cara mendapatkan kembali kenangan lama. Jadi aku mencoba menerapkannya pada Jennie.

Aku telah berusaha membawa Jennie ke sekolah menengah dan perguruan tinggi lamanya karena itu mungkin membantunya mendapatkan kembali apa yang telah hilang. Tapi sejauh ini tidak ada yang berhasil. Tetapi sebanyak apa pun aku ingin dia pulih, aku tidak bisa menekannya karena dia mungkin akan mengalami stres. Jauh dilubuk hatiku, aku benar-benar ingin dia menjadi normal seperti semua orang. Sungguh sia-sia menghabiskan lima tahun menjadi tidak normal.

___

"Honey~ aku akan tiba di sana dalam 10 menit, bersiaplah.." Saat ini aku sedang berbicara di telephone dengan my babygirl, Jennie.

"Honey, aku sudah siap!" Dia menjawab dengan penuh semangat. Aku bisa merasakan dia tersenyum.

Aku masih ingat dengan jelas upaya pertamaku untuk membuatnya memanggilku dengan kata honey beberapa minggu yang lalu. Awalnya aku merasa pusing dan malu tapi itu menjadi alami sekarang. Dan hari ini aku berencana membawanya ke tempat dia biasa berkumpul dengan teman-temannya. Berharap dia akan mengingat sesuatu.


ㅤㅤ
"So, honey~ ini adalah tempat biasa kamu hang out bersama teman-teman semasa kuliahmu. Dulu kamu nakan humburger disini." Jelasku sambil membantu Jennie duduk. Dia mengamati sekitarnya.

"Hon. Ini percuma, aku tidak ingat." Dia berkata dengan nada bayinya, terlihat frustasi dan rewel.

"Okey, maafkan aku. Aku tidak akan membahas topik ini lagi. Ayo makan disini saja, aku lapar." Kataku mencoba menghiburnya. Jennie hanya diam. Aku berasumsi dia marah atau mungkin lelah mencoba mengingat.


Saat ini kami sedang berjalan di pinggir jalan menuju kembali ke mobil kami, Jennie masih diam. Aku pikir dia merajuk.

Aku berpikir sejenak apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik. Disaat aku sedang berpikir keras, tiba-tiba pemandangan mengerikan muncul di pandangan kami. Kami melihat sebuah mobil menabrak satu sama lain di depan mata kami. Itu memberikan suara ledakan yang menyebabkan telingaku berdenging. Jantungku berdebar kencang ketika mencoba untuk memeriksa kecelakaan mobil itu. Sangat menakutkan untuk melihatnya secara langsung.

Seketika aku membeku, aku langsung panik ketika mengingat Jennie yang berdiri di sampingku. Aku segera memeriksanya dan aku terkejut. Jennie perlahan akan pingsan, dia tampak pusing. Aku merasa khawatir melihatnya yang pucat dan berkeringat banyak. Aku langsung memeluk tubuhnya dan memantau kondisinya.

"Honey, kamu baik-baik saja? Honey?!" Aku menangis melihat dia mengalami kesulitan menangani penyakitnya.

"Kepalaku sakit," Air mata terus jatuh di pipinya. Tubuhnya gemetar dan kedinginan. Beberapa detik kemudian dia pingsan. Aku menjadi sangat takut melihat dia terbaring tidak sadar diri di pelukanku. Aku segera membawanya ke dalam mobil menuju rumah sakit.

__

siapkan hati~
tahan untuk tidak mengumpat di beberapa chapter kedepan.

See you tomorrow!

Abnormality [ID] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang