Mataku terbuka lebar saat terbangun dari tidurku. Aku terkejut merasakan jantungku berdebar seperti orang gila, aku hampir tidak bisa bernapas. Aku merasa kedinginan, keringat dingin di seluruh wajahku.
Segera kuperiksa di sisi kanan tempat tidurku tempat Jennie biasa tidur. Dia tidak ada di sana. Pikiranku masih mencoba memproses apa yang baru saja aku alami. Apakah itu mimpi atau benar-benar terjadi. Mau tak mau aku merasa panik mengkhawatirkan keadaan jennie. Mataku bertanya-tanya mencoba mengingat kenangan baru-baru ini. Aku merasa takut dan hampir menangis.
Perlahan aku berjalan keluar dari tempat tidurku menuju ruang makan. Jantungku masih berdegup kencang mengingat kejadian itu. Rasanya kosong dan sunyi saat aku melangkah di dapur. Tidak ada jennie di sana. Kemana dia pergi? Aku masih bisa mencium aroma tubuhnya di tempatku. Aku merindukan sosoknya.
Aku terus berdiri dan hanya diam membeku, tiba-tiba aku diinterupsi oleh panggilan telepon. "Halo lisa, kamu dimana? Ini jam 9 pagi. Seharusnya kamu di sini untuk menjaga Jennie" Tiba-tiba aku dikejutkan oleh kenyataan.
Aku menyadari aku tidak sedang bermimpi. Sebanyak yang aku inginkan seperti itu, tetapi tidak. Sangat disayangkan bahwa Jennie telah koma selama lebih dari 3 minggu karena efek samping dari cedera otak traumatis. Dan aku masih tidak percaya atau menerimanya. Dokter terus-menerus meyakinkan aku bahwa itu bisa terjadi. Tapi sepertinya aku masih belum bisa menelan kebenaran. Pikiranku masih bingung dan keras kepala.
"Maaf Jisoo aku ketiduran, aku akan segera ke sana" kataku hampir berbisik. Sejujurnya aku merasa lelah secara mental dan fisik. Seberapa jauh aku akan menderita? Sepertinya dunia sedang mengujiku.
__
Saat ini aku duduk di dekat ranjang rumah sakit Jennie mengamati keadaan tidak sadarnya. Aku terus memegang tangannya dan membelainya berharap suatu hari dia akan bangun. Aku rindu berinteraksi dengannya lagi. Aku rindu suaranya dan gummy smilenya.
Air mata mulai jatuh di pipiku. Aku merasa sangat lemah sekarang. "Honey. Berapa lama kamu akan tidur? Setidaknya beri tahu aku, jadi aku bisa siap" bisikku merasa terlalu lelah untuk berbicara. Tidak ada satu hari pun aku tidak menangis setiap kali Jennie dalam keadaan koma. Aku berharap ini tidak pernah terjadi. Ada begitu banyak rintangan yang terjadi di antara kami.
Aku terus menemani jennie sepanjang hari, dan itu sudah menjadi rutinitasku. Aku akan menghabiskan sebagian besar waktuku untuk berbicara dengannya meskipun dia tidak menanggapi. Kadang-kadang aku tertawa sendirian pada lelucon yang kubuat dan menangis setelah itu. Aku secara emosional tidak stabil dan gelisah.
__
Suara bising membuatku terbangun dari tidurku. Aku masih membaringkan kepalaku di tempat tidur Jennie sambil memegang tangannya. Aku merasa mengantuk dan lapar karena aku belum makan apa pun hari ini.
Tiba-tiba terdengar suara suster yang membuatku tersadar. Dia terdengar panik. "Nona permisi! tapi kamu harus keluar. Pasien kritis" Aku terkejut begitu mendengar perintahnya.
Segera aku memeriksa kondisi jennie. Kulitnya terlihat begitu biru dan pucat, napasnya tampak melemah. Aku mulai panik saat perawat mulai menyeretku ke luar ruangan. Aku tidak bisa bergerak atau berpikir. Aku bingung. Apa yang terjadi?
Tak lama kemudian, beberapa perawat lagi masuk ke dalam ruangan. Aku masih kabur oleh seluruh situasi dan aku tidak bisa mencerna sepenuhnya. Ini terlalu tiba-tiba. Entah bagaimana, aku berhasil menenangkan diri dan mulai menelepon Jisoo untuk memberi tahu dia tentang kondisi saudara perempuannya.
Dengan tidak sabar aku terus menunggu di lorong rumah sakit. Aku idak bisa menahan diri merasa cemas sepanjang waktu.
Sesaat kemudian pintu terbuka. Aku melihat seorang dokter tampak tidak nyaman menuju ke arahku.
"Maaf, kami telah mencoba yang terbaik" Kata dokter. Jujur kata-katanya membuat aku emosi.
"Apa maksudmu dengan itu?" Aku bertanya dengan nada terengah-engah. Aku mulai marah. Aku sangat tidak ingin mendengarkan berita buruk lagi. Aku muak!
"Dia terlalu lemah dan kita tidak bisa--" Aku segera menghentikannya dan meraih kerahnya.
"Jangan katakan sepatah kata pun!" Mataku terbakar saat dia akan mengatakan yang sebenarnya. Aku belum siap. Aku ketakutan. Aku gemetar dan perlahan-lahan melepaskan cengkeramanku pada kerah dokter itu.
Aku segera pergi ke kamar Jennie untuk memeriksanya. Aku tercengang. Dia sepenuhnya ditutupi oleh selimut putih dari kepala sampai kaki. Hatiku mulai sakit dan aku tidak bisa lagi melawan. Aku kehilangan energi dan ambruk memeluk mayatnya. Aku merasa tercekik. Aku mulai menangis melampiaskan kekesalanku. Itu sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan dan berharap aku akan mati juga.
"Kamu tidak bisa meninggalkanku seperti ini.. Kamu tidak bisa! Aku juga tidak akan membiarkanmu!" Aku mulai berteriak padanya. "Kamu harus bertanggung jawab atas perasaanku! Bangun!" Aku mulai melepas selimut yang menutupinya sambil menggoyangkan tubuhnya kuat-kuat
"BANGUN!!!"
••

KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormality [ID] ✔
Teen FictionUntuk pertama kalinya Lisa bertemu dengan saudara perempuan temannya yang tidak normal. Sebelumnya Lisa tidak pernah bertemu dengan orang seperti dia. Tingkah lakunya yang aneh tumbuh perlahan-lahan, dan dia mulai merasa terikat. Ketika Lisa menyada...