"Kenapa kamu dan Lisa tidak mengobrol di tempat lain, Unnie? Sejujurnya, aku merasa sangat tidak nyaman berada di dekatnya." Hatiku kembali hancur. Tindakannya membuatku merasa seolah-olah dia perlahan membunuhku. Aku tidak bisa bergerak karena merasa terlalu lemah, aku hanya bisa berdiri diam di depan pintu. Membeku. Dia terus-menerus menghancurkanku, dan aku tidak yakin berapa lama lagi aku bisa menahannya.
"Hei, bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu? Dia satu-satunya orang yang mengerti kamu ketika kamu sakit. Tolong hargai itu." Suara Jisoo berbicara membelaku.
"Yah, aku tidak memintanya dan aku membenci caranya menatapku. Itu menjijikkan!" Jiwaku hancur berkeping-keping ketika dia terus menyuarakan isi hatinya. Bagaimana dia bisa begitu kejam, dia tidak seharusnya bersikap kasar seperti itu. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk mengenalnya. Ini benar-benar omong kosong dan tidak adil. Aku merasa sangat kecewa dengan tindakan egoisnya sehingga aku mulai mengasihani diri sendiri. Ini terlalu berat untukku, dan aku tidak bisa lagi menghadapinya. Segera aku pergi dari tempat ini dengan rasa sakit di dadaku.
__
Aku mendapati diriku terbangun di tempat yang asing. Kepalaku berdenyut-denyut. Aku mencoba melihat sekeliling dan aku menyadari bahwa aku berada di kamar hotel, dan ada seorang gadis dengan rambut pirang terbaring tak sadarkan diri di sebelahku. Kami berdua telanjang di bawah selimut. Aku pasti terlalu mabuk tadi malam sehingga aku mengira dia sebagai Jennie.
Segera setelah merasa stabil, aku segera turun dari tempat tidur. Aku mencari pakaianku yang berserakan di ruangan itu. Saat aku hendak berjalan keluar ruangan, aku merasakan perasaan bersalah yang aneh. Maksudku, jika aku pergi tanpa memberitahunya aku terlihat tidak bertanggung jawab. Jadi aku memutuskan untuk duduk di sofa dekat meja kopi. Aku terus menunggu sampai dia terbangun dari tidurnya.
Sesaat kemudian aku melihatnya perlahan membuka matanya. Dia kemudian tersenyum manis padaku, "Selamat pagi" Suaranya terdengar serak saat dia berbicara.
"Hai, aku datang untuk mengucapkan selamat tinggal," Kataku. Aku benar-benar merasa tidak nyaman. Karena aku jelas bukan tipe orang yang suka melakukan 'one night stand'.
Dia duduk di tempat tidur dan membungkus dirinya dengan selimut. "Wow, kamu adalah orang pertama yang aku tui yang tidak meninggalkanku setelah melakukan one night stand, aku terkesan." Dia memasang senyum menggoda di wajahnya.
"Maaf, aku bertindak terlalu jauh tadi malam," Kataku.
Aku segera bangkit dari tempat dudukku dan mengambil tasku. Saat aku mulai berjalan menuju pintu depan, tiba-tiba suaranya menginterupsiku.
"Maaf, siapa namamu?"
"Lisa" Jawabku singkat. "Aku Rosé" dia memperkenalkan dirinya.
__
Saat ini pukul dua siang. Ketika aku masuk ke ruang rapat, semua orang tampaknya sibuk mengatur barang-barang mereka bahkan ada yang mengambil kesempatan bergosip.
Sesaat kemudian klien kami memasuki ruangan, aku terkejut setelah melihat wajah yang ku kenal memasuki ruangan. Dia adalah wanita yang pernah aku kencani selama satu malam. Aku tidak pernah berharap bertemu dua kali sehari dengannya. Aku tercengang. Kami mulai berjabat tangan dengan klien kami satu per satu.
"Betapa kecilnya dunia, Ms. Lisa" Katanya sambil menatapku dengan senyum nakalnya. Rupanya dia mengingatku. Aku berusaha untuk tetap bersikap biasa saja. Tapi jauh di lubuk hatiku aku merasa malu. Dia jelas menggodaku.
Mungkin aku hanya paranoid, tapi aku bisa melihat dari sudut mataku bahwa Ms. Rosé terus menatapku sepanjang pertemuan. Itu membuat aku merasa tidak nyaman karena aku tidak bisa berkonsentrasi. Dia sepertinya mencoba menarik perhatianku. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghentikannya?
••
Istighfar chaengiee :)
Btw, maaf ya baru bisa up lagi dan maaf juga kalau pendek-pendek. seriusan akhir-akhir ini aku emang lagi sibuk, ini aja lagi nyuri waktu biar bisa up hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Abnormality [ID] ✔
TienerfictieUntuk pertama kalinya Lisa bertemu dengan saudara perempuan temannya yang tidak normal. Sebelumnya Lisa tidak pernah bertemu dengan orang seperti dia. Tingkah lakunya yang aneh tumbuh perlahan-lahan, dan dia mulai merasa terikat. Ketika Lisa menyada...