Smiling Flower - IV

1.9K 197 24
                                    

Setelah pernikahannya dengan Rowoon, Wonwoo sudah sepenuhnya tinggal di rumah Rowoon. Ia membawa barang-barangnya ke rumah Rowoon, tidak semua memang karena ia juga tidak mau membiarkan apartemennya kosong begitu saja, dan jika di kemudian hari ia berpisah dengan Rowoon, ia akan memiliki tempat untuk singgah.

Wonwoo berusaha untuk menjadi suami yang baik, ia membersihkan rumah, memasak dan melakukan pekerjaan rumah yang lain, meskipun di belakang suaminya, Wonwoo selalu mengumpat dan memaki Rowoon. Ia tidak mau suaminya curiga bahwa Wonwoo sudah tidak memiliki perasaan apa-apa untuknya, karena fokus Wonwoo sekarang adalah untuk balas dendam.

Yah, memang, Wonwoo telah melalui banyak rintangan dan beban selama hidupnya, tapi Rowoon benar-benar sudah keterlaluan, bahkan setiap akan tidur dan bangun, ia masih bisa melantunkan kalimat cinta untuk Wonwoo yang membuat Wonwoo merasa muak dengan hal tersebut.

Rowoon adalah orang yang begitu ia cintai setelah kedua orang tuanya tiada, ia tidak punya tempat untuk bersandar karena ia tidak memiliki siapa-siapa dan kini, Rowoon bukanlah orang yang spesial baginya, bukan orang yang bisa Wonwoo percayai lagi, bukan orang yang bisa membuat Wonwoo bahagia, dan bukan orang yang Wonwoo cintai.

Semua yang ia lakukan, bersikap baik, bersikap mencintai, itu semua palsu, bahkan ia memalsukan rasa nikmat saat keduanya berhubungan badan, karena yang ia rasakan hanyalah rasa menjijikan. Ia tidak bisa lagi merasakan nikmat seperti dulu saat ia mencintai sosok yang kini tengah memakai jas untuk bersiap ke kantor.

Wonwoo sudah selesai terlebih dahulu, ia berjalan keluar menuju dapur, menyiapkan sarapan sekedar sandwich dan susu. Tak lama, Rowoon keluar dari kamar dan berjalan ke arah Wonwoo, ia berdiri di belakang Wonwoo, meraih pinggangnya dan memeluknya erat dari belakang. Rowoon mengecup pipi kanan Wonwoo.

Wonwoo menoleh, ia memberikan satu sandwich pada Rowoon. "Makanlah, atau kita akan terlambat." Ucap Wonwoo, ia kemudian meraih sandwichnya dan mulai memakannya.

Rowoon tersenyum, ia memutar tubuh Wonwoo dan membuat keduanya berhadapan. "Aku tidak apa jika berangkat terlambat sayang, kau juga karena kau suamiku." Ucapnya lalu mengecup bibir Wonwoo yang sibuk dengan makannya.

Wonwoo menghela napasnya. "Tapi itu tetap berpengaruh pada gajiku." Kesalnya, ia menyingkirkan tangan Rowoon dan beralih duduk di kursi-meja makan. "Kau tahu aku begitu memikirkan masalah uang." Lirihnya.

Rowoon menghela napasnya, ia mendudukkan dirinya di seberang Wonwoo. "Aku tahu." Balasnya sembari tersenyum dan ia mulai memakan sandwichnya.

Setelah selesai, keduanya bergegas keluar, Wonwoo tentu berangkat dengan Rowoon di mobil yang sama, dengan Rowoon yang menyetir. Wonwoo menatap keluar jendela sembari memperhatikan gedung-gedung tinggi yang mereka lewati.

Rowoon menoleh sebentar untuk menatap Wonwoo lalu kembali fokus, setelah dua minggu pernikahan keduanya, ia sedikit merasa ada perubahan dari Wonwoo, ia lebih jarang melihat senyum Wonwoo dibanding saat keduanya menjalin hubungan sebagai kekasih. Senyum Wonwoo itu jelas sekali memudar. "Sayang.." Panggilnya dan Wonwoo menoleh. "Nanti malam, ayo pergi kencan." Ucapnya.

Wonwoo menatapnya dengan lekat lalu mengangguk dan kembali menatap keluar jendela. Rowoon mengernyitkan dahinya, ia terus melaju hingga sampai di perusahaannya. Wonwoo melepas sabuk pengaman dan akan keluar, tapi Rowoon menahan tangannya.

Wonwoo mendongak dan menatap suaminya, tengkuknya di raih oleh Rowoon dan bibir mereka menyatu, Rowoon melumat bibir Wonwoo cukup kasar, membuat Wonwoo melenguh lirih karena ia menggigit bibir bawahnya. Saliva mereka bercampur, Wonwoo memukul dada Rowoon saat napasnya menipis dan ciuman tersebut terlepas. Rowoon menjilat bibirnya lalu tersenyum. "Semangat untuk hari ini." Ucapnya dan ia keluar dari mobil tersebut.

Smiling FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang