Smiling Flower - VIII

1.8K 176 5
                                    

Sejak Wonwoo datang ke mansion Mingyu setelah pulang dari perusahaan Seungcheol, Wonwoo masuk ke ruang kerja Mingyu, ia duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut, kedua matanya tertuju pada Mingyu sedari tadi dan pikirannya tertuju pada fakta bahwa ia mengetahui identitas asli seorang Kim Mingyu.

Wonwoo harus memikirkan bagaimana ia harus mengambil keputusan, jika ia berhenti, ia juga tetap harus menutup mulut atau dirinya yang akan di bunuh oleh Mingyu. Jika ia tetap melanjutkan, ia akan bekerja di bawah Mingyu, mengetahui semua hal yang ada di dunia mafia, ia juga tidak bisa membocorkan identitas Mingyu, tapi bukankah nyawanya akan aman?

Napasnya ia hela cukup panjang, membuat Mingyu yang sedang fokus dengan pekerjaannya menoleh dan menatapnya dengan intens. "Kenapa?" Tanya Mingyu.

Wonwoo terdiam sejenak sebelum menjawab, "Aku bingung, harus berhenti atau lanjut." Lirihnya lalu menunduk.

Mingyu bangkit dari duduknya, ia berjalan ke arah Wonwoo, berjongkok di depan Wonwoo dan meraih kedua tangan Wonwoo. "Semua keputusan ada di tanganmu, aku juga akan melakukan hal sesuai dengan bagaimana dirimu. Aku bisa membunuh orang yang aku cintai jika itu mengancam diriku sendiri." Ucapnya, lirih tapi begitu tegas.

Wonwoo menelan ludahnya dengan kasar, tentu saja ia tidak mau jika sampai ia terbunuh, balas dendamnya belum terselesaikan. "Apa setiap orang yang mengancammu akan kau bunuh?" Tanya Wonwoo dan Mingyu mengangguk.

"Ini bukan pertama kalinya aku merekrut sekretaris, tapi setelah mereka mengetahui identitasku, mereka mundur dan membocorkan identitasku, jadi.." Mingyu menunduk dan sedikit tersenyum simpul. "Aku sendiri yang harus membunuh mereka." Mingyu bangkit, ia berjalan ke arah meja kerjanya, mengeluarkan pistol dan menunjukkannya ke Wonwoo. "Ini buktinya." Tambahnya.

Kedua mata Wonwoo mengerjap, ia mengalihkan pandangannya dari Mingyu, melirik Mingyu yang berjalan ke arahnya. Mingyu meraih dagunya dan membuatnya mendongak. "Jadi bagaimana?" Tanya Mingyu.

Wonwoo menatap Mingyu dengan lekat, kepalanya perlahan mengangguk. "Aku akan tetap bekerja." Balasnya.

Mingyu tersenyum, ia meraih tubuh Wonwoo membuatnya berdiri, ia mendekap tubuh itu dengan erat. "Terima kasih." Ucap Mingyu sembari mengusap kepala belakang Wonwoo. Ia mengecup pipi kanan Wonwoo dengan lembut. "Aku mencintaimu." Lirihnya.

Hati Wonwoo bergetar, ia sungguh merasa gugup, ia merasakan pelukan hangat yang sudah cukup lama ia tidak terima karena ia tidak bisa lagi merasakan pelukan hangat dari Rowoon. Kedua tangan Wonwoo perlahan naik, ia membalas pelukan Mingyu, mendekap Mingyu dengan erat. "Aku juga." Balasnya, kebohongan atau bukan, Wonwoo harus mengucapkannya.

Mingyu tersenyum, ia melepas pelukan tersebut, menangkup wajah Wonwoo dan mencium bibirnya berkali-kali, membuat Wonwoo sedikit terkikik geli dibuatnya. Mingyu mengusap rambut Wonwoo dengan lembut. "Jika Rowoon menanyakannya, jujur saja bahwa kau sudah tahu." Ucap Mingyu dan Wonwoo mengangguk untuk menanggapi.

Keduanya saling melempar senyum, tangan Mingyu terus mengusap rambut Wonwoo, mendekat dan mencium keningnya dengan lembut. "Ini pertama kalinya aku merasa sebahagia ini." Mingyu menatap sendu Wonwoo, kedua matanya menatap intens mata rubah Wonwoo.

Wonwoo menatap lekat kedua mata Mingyu yang berbinar, ia benar-benar tidak tahu kalau Mingyu benar-benar memiliki perasaan untuknya, itu membuat Wonwoo sedikit merasa kasihan dan iba, tapi tidak, ia terus menepisnya. Wonwoo membawa Mingyu untuk duduk di sofa yang ada di ruang kerja Mingyu, mereka berdua duduk bersebelahan.

Wonwoo mengusap tangan Mingyu dengan lembut, sedangkan empunya hanya memperhatikan wajah Wonwoo yang menatap tangannya. Wonwoo menoleh. "Kenapa kau bisa menjadi mafia?" Tanya Wonwoo tiba-tiba.

Smiling FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang