Smiling Flower - XIV

1.6K 165 13
                                    

Wonwoo telah memutuskan, ia akan tetap melakukan hal seperti rencana awalnya, ia akan mencampakkan Mingyu. Ia benar-benar marah, kenapa bisa Mingyu dengan mudah mengatakan bahwa Mingyu akan membunuhnya jika ia berhenti dari pekerjaannya?

Memang, Wonwoo tidak tahu itu hanya akting atau memang benar, tapi ia tahu Mingyu, Mingyu adalah orang yang memegang kata-katanya, jadi, sebelum ia terbunuh, ia terlebih dahulu akan membuat Mingyu merasakan sakit, seperti apa yang ia rasakan saat ini.

Kini, keduanya menaiki kuda menuju bukit yang sama, Mingyu bilang, ia akan mengajarkan Wonwoo cara menembak. Keduanya turun dari kuda putih itu dan berjalan menanjak menaiki bukit, Mingyu mengeluarkan pistol yang ia bawa dan mengisinya dengan peluru. Ia memberikannya pada Wonwoo. "Cobalah." Ucapnya.

Wonwoo menghela napasnya. "Kenapa aku harus belajar ini?" Tanyanya sedikit kesal, tapi kedua tangannya menerima pistol tersebut.

"Agar kau bisa melindungi dirimu sendiri." Mingyu berjalan ke arah pohon, ia menyayat kulit pohon tersebut hingga terbentuk sebuah lingkaran. Ia kemudian ke arah Wonwoo, berdiri di belakanganya. Ia meraih tangan kanan Wonwoo yang memegang pistol. "Kau hanya perlu membidiknya dan menarik pelatuknya." Ucapnya, tangannya membawa tangan Wonwoo mengarah pada sasaran di pohon itu, telunjuknya membawa telunjuk Wonwoo untuk ditempatkan di pelatuknya.

Dorr..

Wonwoo sedikit tersentak, ia menoleh ke arah Mingyu yang tersenyum. "Cobalah." Ucap Mingyu lagi. Ia melepaskan tangan Wonwoo dan berdiri di sampingnya. Dengan gugup, Wonwoo mengarahkan pistol tersebut ke arah yang sama, satu matanya tertutup untuk membidik, lalu ia menarik pelatuknya dan tembakan keluar begitu saja dengan cepat, meskipun tidak tepat di targetnya, tapi masih mengenai pohon itu.

Mingyu mendekat. "Lakukan sampai kau bisa mengenai titik peluru pertama itu." Bisiknya dan ia menjauh, Mingyu mendudukkan dirinya tak jauh dari Wonwoo, Wonwoo terus menembak hingga peluru terakhir dan Mingyu mengisi ulang. Hingga di peluru kesebelas, ia bisa melakukannya.

Mingyu tersenyum dan bangkit, ia berjalan ke arah pohon dan berdiri di sana. Wonwoo mengerjap. "Apa yang kau lakukan?" Tanya Wonwoo bingung.

"Tembak tepat di atas kepalaku." Ucap Mingyu dan Wonwoo langsung menggeleng, tentu saja ia tidak berani. "Lakukan Jeon Wonwoo." Tegas Mingyu.

"Tapi—"

"Percaya pada dirimu sendiri. Jika memang kau tidak berniat untuk membunuhku, kau tidak akan melakukannya." Ucap Mingyu.

Wonwoo menelan ludahnya kasar, jika Mingyu mati, ia akan dicap sebagai pembunuh dan ia tidak berhasil mencampakkan Mingyu. Ia mengarahkan pistol tersebut ke arah atas kepala Mingyu, Mingyu sedikit menurunkan tubuhnya dan bidikan Wonwoo harusnya terarah ke lingkaran yang ia buat.

Wonwoo menutup satu matanya untuk membidik, ia menggenggam pistol tersebut dengan kuat, mengarahkan telunjuknya ke pelatuk dan menariknya. Wonwoo memejamkan kedua matanya erat. Ia tak mendengar apapun. Perlahan ia membuka kedua matanya dan melihat Mingyu yang berjalan ke arahnya sembari tersenyum.

Mingyu meraih tubuhnya. "Bagus sekali sayang." Ucapnya dengan mendekap Wonwoo begitu erat.

Jantung Wonwoo serasa akan copot, ia menjatuhkan pistol tersebut begitu saja dan membalas pelukan Mingyu, jujur, baru saja ia merasa takut kehilangan, ia sadar ia tidak mau kehilangan Mingyu. Wonwoo memeluknya dengan erat, ia tak ingin melepasnya meskipun Mingyu akan melepasnya, ia menahannya dengan kuat.

Mingyu bingung, ia kembali mencoba melepas pelukan Wonwoo. "Ada apa?" Tanyanya.

Wonwoo mendongak, ia menatap Mingyu lalu memundurkan langkahnya. "Ayo kembali." Ucapnya dan berjalan menuruni bukit tersebut.

Smiling FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang