"Iya, dengan Jeonghan." Balas Tuan Kim, Wonwoo mengernyitkan dahinya bingung sembari menatap Mingyu yang masih memasang wajah datar, bahkan ia tidak tahu siapa orang bernama Jeonghan itu.
Mingyu menggeleng pelan. "Aku—"
"Mingyu." Jeonghan melangkah memasuki area ruang makan tersebut, ia menyapa keluarga Mingyu lalu mendudukkan dirinya di samping Mingyu. Langsung mencium pipi Mingyu tanpa rasa malu. Wonwoo membulatkan kedua matanya lalu menunduk, ia sebisa mungkin bersikap biasa saja.
Mingyu mengusap pipinya sembari menatap Jeonghan, yang adalah teman masa kecilnya. Ia menghela napasnya lalu menatap ayahnya. "Menikah atau tidak menikah, itu urusanku." Mingyu bangkit dari duduknya, ia mengambil gelas wine lalu meneguknya habis. "Aku tidak menerima perjodohan ini." Lalu ia berjalan pergi dari ruang makan tersebut.
Ia tak menghiraukan panggilan keluarganya, kecuali Wonwoo yang hanya terdiam sembari menunduk, Jeonghan bangkit dari duduknya dan mengejar Mingyu. Tuan Kim menghela napasnya panjang. Ia menyuruh keluarganya untuk meneruskan acara makan malam tersebut.
Jeonghan keluar dari rumah tersebut, ia menahan Mingyu yang akan membuka pintu mobilnya. "Kenapa kau tidak mau? Kau punya kekasih?" Tanya Jeonghan dengan mengernyitkan dahinya.
Mingyu menatap wajahnya dengan kesal, ia melepas tangan Jeonghan. "Apa yang kau inginkan? Apa yang ayah katakan padamu?" Ia malah bertanya balik.
Jeonghan menatapnya dengan sendu. "Paman Kim sudah membahasnya dengan keluargaku, ia bilang kau tidak punya kekasih." Jawabnya.
"Dan kau mau begitu saja?"
"Memangnya kenapa? Toh kita sudah saling mengenal, dan kau tahu aku menyukaimu."
"Tapi aku tidak." Mingyu menatapnya dengan intens. "Aku sama sekali tidak memiliki perasaan lebih dari teman."
"Yang namanya cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu Mingyu, aku bisa menunggu."
Mingyu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa, kau bahkan tidak mengenalku dengan baik."
Jeonghan mengernyitkan dahinya. "Apa maksudmu aku tidak mengenalmu dengan baik?" Ia menatap Mingyu dengan lekat. "Tentang kau yang pemimpin Jopok?"
"Bagaimana kau tahu?" Tanya Mingyu dengan bingung, ia menatap balik Jeonghan dengan lekat. "Ah, ayah yang mengatakannya." Mingyu terkekeh pelan. "Jaga mulutmu atau aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri." Mingyu membuka pintu mobilnya dan ia masuk, saat ia akan menutupnya, Jeonghan menahannya.
Ia menatap Mingyu. "Kau tega membunuh temanmu sendiri?" Tanyanya.
Mingyu meraih pistol yang ada di dasboard mobil tersebut, ia mengarahkannya ke arah jantung Jeonghan. "Aku bisa melakukannya sekarang." Ucapnya.
Kedua mata Jeonghan mengerjap, ia menatap bagaimana wajah Mingyu yang begitu serius. Ia menelan ludahnya dengan kasar, lalu memundurkan langkahnya.
Mingyu menutup pintu mobil tersebut, ia menurunkan jendela kaca mobil tersebut. "Siapa yang tahu selain dirimu?" Tanya Mingyu.
"Paman Kim hanya memberitahuku." Jawab Jeonghan dengan nada yang sedih.
"Bagus, jadi hanya satu nyawa yang perlu aku singkirkan." Mingyu menyalakan mobilnya. "Atau dua dengan ayah." Lalu melaju keluar dari area perumahan tersebut untuk menuju mansion.
Sedangkan Jeonghan ia menatap kepergian Mingyu dengan tatapan sedih, ia berbalik dan memasuki rumah keluarga Kim kembali dan berjalan menuju ruang makan. Ia tersenyum dan mendudukkan dirinya di salah satu kursi di sana.
Tuan Kim menatapnya. "Di mana Mingyu?" Tanyanya.
Jeonghan menoleh. "Pulang paman, Mingyu bilang ia ada urusan." Jawabnya sembari sedikit menampilkan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiling Flower
FanfictionMINWON • COMPLETED Seharusnya, hari itu, Jeon Wonwoo tidak mengambil keputusan untuk tetap menikah dengan kekasihnya, Kim Rowoon. Seharusnya ia pergi dan memulai kehidupan barunya, tapi ternyata, keputusan yang ia ambil salah. Membuat dirinya harus...