Wonwoo membuka kedua matanya dengan mengerjap, ia langsung menatap Mingyu yang masih tidur tengkurap di sampingnya. Mendengar dengkuran halus Mingyu, ia tersenyum. Tubuhnya merasakan sakit luar biasa, mungkin karena gerakan Mingyu yang terlalu kuat dan dalam. Pinggangnya serasa remuk, apalagi lubang analnya yang seperti robek.
Tangannya terulur mengusap wajah Mingyu dan membuatnya menggeliat kecil. Ia terkekeh pelan, semakin mengusik tidur Mingyu hingga membuat empunya membuka kedua matanya.
Mingyu menyipitkan matanya dan menatap Wonwoo, ia menghela napasnya lalu mendekat dan mengecup bibir Wonwoo lalu menjauh lagi. "Selamat pagi." Ucapnya sembari tersenyum dan menutup kedua matanya lagi.
"Pagi." Balas Wonwoo, ia memainkan rambut Mingyu dengan lembut. Keduanya saling menatap setelah Mingyu membuka matanya karena Wonwoo terus memainkan rambutnya. Ia mengusap lengan Wonwoo, meraih tangan Wonwoo yang memainkan rambutnya dan menciumnya.
Mingyu mengecupnya berkali-kali. "Mau tahu rahasia?" Tanya Mingyu. Wonwoo tentu ingat dengan kalimat itu, ia mengangguk kecil untuk menanggapi. "Kau orang lain pertama yang memasuki kamar ini selain Seokmin." Ucap Mingyu dan Wonwoo terkejut. "Saat kau membangunkanku dihari keduamu bekerja di sini, aku begitu senang karena kau yang masuk ke kamar ini."
"Kenapa orang lain tidak boleh masuk?" Tanya Wonwoo, ia sungguh penasaran.
"Pemimpin Jopok sebelumnya bilang, bahwa kamar ini hanya diperuntukan untuk pemimpin dan orang yang dicintainya, juga orang yang paling dipercayai."
"Jadi kau mencintaiku dan mempercayai Seokmin hyung?" Tanya Wonwoo dan Mingyu mengangguk. "Aku merasa spesial."
Mingyu terkekeh. "Kau memang spesial sayang." Mingyu mengecup bibirnya lalu bangkit, ia menarik laci nakas untuk mengambil rokok dan menyalakannya.
Wonwoo memperhatikannya dan dengan perlahan ia bangkit. "Sejak kapan kau merokok?" Tanya Wonwoo.
Mingyu menoleh. "Sejak masuk sekolah menengah atas." Balasnya, ia menatap Wonwoo dengan lekat. "Lalu bagaimana denganmu, kenapa kau berhenti merokok?"
Wonwoo menggeleng, ia lalu menunduk. "Sejak kejadian di gudang itu, aku hanya merokok selama beberapa bulan." Balasnya sembari memanyunkan bibirnya.
Mingyu mengangguk paham, ia menyesap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke arah Wonwoo dan membuat Wonwoo mendongak. "Mau mencoba lagi?" Tanyanya dan Wonwoo menggeleng untuk menanggapi. "Baiklah." Balas Mingyu.
Ia menurunkan kedua kakinya, berjalan melangkah ke arah balkon dengan hanya celana pendek, Mingyu menghabiskan rokoknya di balkon sedangkan Wonwoo hanya memperhatikannya.
Wonwoo memutuskan untuk turun dan berjalan ke arah Mingyu dengan baju tidur milik Mingyu, ia memeluk Mingyu dari belakang, menenggelamkan wajahnya di punggung Mingyu. "Aku memikirkan tentang Rowoon." Ucap Wonwoo.
"Ada apa dengannya?" Tanya Mingyu sembari mengusap lengan Wonwoo.
"Bagaimana jika dia tahu?" Wonwoo melepas pelukan tersebut saat Mingyu berbalik, ia meraih pinggang Wonwoo. "Dia tidak hanya akan marah padaku, tapi juga padamu." Tambah Wonwoo.
Mingyu menatapnya dengan sendu. "Apa kau ingin mengakhiri ini semua?" Sontak Wonwoo langsung menggeleng, kini ia sungguh tidak mau berpisah dengan Mingyu. "Aku juga." Mingyu mengecup keningnya. "Akan aku pikirkan caranya jika Rowoon mengetahui hubungan kita."
Wonwoo mendongak. "Kau tidak akan membunuhnya kan?" Tanya Wonwoo dengan khawatir.
"Aku masih tidak tahu." Mingyu melepaskan pelukan tersebut, ia berjalan memasuki kamar dan ke arah wardrobe dengan Wonwoo yang mengikuti. Ia berbalik dan menatap Wonwoo. "Sebenarnya.." Mingyu menghela napasnya. "Ada banyak kebencian yang aku sembunyikan pada adik kecil." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smiling Flower
FanfictionMINWON • COMPLETED Seharusnya, hari itu, Jeon Wonwoo tidak mengambil keputusan untuk tetap menikah dengan kekasihnya, Kim Rowoon. Seharusnya ia pergi dan memulai kehidupan barunya, tapi ternyata, keputusan yang ia ambil salah. Membuat dirinya harus...