Dengan segala emosi yang tertahan, Edelina mencengkram tangannya kuat-kuat. "Are you being serious right now?"Sementara kasir tersebut hanya menoleh kepada temannya. "Maaf mam, kami sudah mencoba beberapa kali, namun kartu tersebut masih tetap ditolak"
"Fuck!"
Lalu kemudian Katrina menyodorkan sebuah kartu kredit miliknya. "Gunakan ini saja" Pintanya pada Edelina.
Mata Edelina memutar jengah. "Fine, i owe you this time!"
Katrina terkekeh.
Ini benar-benar memalukan bagi Edelina, disaat mereka ingin menghabiskan waktu berbelanja di mall terlebih dahulu, kartu kredit miliknya ditolak. Dan lebih parahnya lagi, ini di tempat brand ternama.
"Aku tidak percaya ayahmu memblokir kartu kreditmu" Ucap Katrina dengan terkekeh.
Edelina menepuk pundak Katrin. "Hufft..... seperti biasanya, mereka memang selalu menyebalkan.....aku bisa gila jika terus seperti ini"
"Couldn't agree more, para orang tua memang menyebalkan, mereka selalu saja menghalangi kesenangan kita para anak remaja" Dengus Katrina.
Memasang ekspresi jengah. "I know right? bahkan ibuku masih saja menyuruhku untuk kuliah, maksudku mereka melahirkan anak cantik dan pintar sepertiku, hello! aku akan menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang" Ucap Edelina berbinar.
Katrina melihat wajah dan gerakan tubub Edelina yang terlihat bahagia, andai saja ia memiliki ayah yang begitu sukses hingga kekayaannya tak habis tujuh turunan, mungkin ia juga akan bisa menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dan berlibur kapanpun yang ia mau.
"Hey, what's wrong?" Tanya Edelina melihat wajah Katrina yang sedikit lesuh.
Katrina menggeleng cepat. "Nothing...i just..... i just having some thoughts"
Edelina mengusap puncak kepala gadis remaja itu. "Kau tidak perlu merasa iri padaku, jika kau berpikir aku bisa berbuat sesukaku, maka kau salah! kedua ayahku adalah yang paling posesif sejagat raya, beruntung aku tidak berada di posisi ibuku, kalau iya bisa saja aku mati muda"
Mereka tertawa pelan. "Well yeah, mungkin kita memiliki situasi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing, ini semua hanya tergantung bagaimana kita mengatur itu semua untuk membuat diri kita nyaman berada disitu"
"Aku tidak paham, tapi sepertinya kau benar" Edelina mengiyakan. "Lalu? apa rencanamu kedepannya? apa kau akan tetap bercita-cita untuk kuliah di harvard?"
"Tentu saja" Memutar bola matanya. "Aku sudah belajar mati-matian untuk mengejar itu, dan aku akan sangat kecewa jika aku gagal nanti"
"Kau pintar Katrin, kau tau itu kan?" Ucap Edelina lembut.
"Thanks!" Senyum lebar merekah di wajah gadis itu.
"Oke... sekarang aku harus menyiapkan segala sesuatu untuk pergi ke Aqua demi semua yang suci!"
"Duh, untuk apa lagi kita disini" Katrina menarik tangan Edelina ke sebuah toko brand ternama yang menjual dress, coat, sepatu, belt, dan segala macamnya.
Di dalam ruang ganti yang cukup luas, Katrin sedang menunggu Edelina mencoba dress pilihannya.
"Bagaimana menurutmu?" Suara Edelina menyadarkan Katrina yang sedang membaca korannya.
"Hmm...." Katrin menilik dari atas hingga bawah.
Dress berwarna ungu dan simpel, serta dengan design yang begitu melekat pada tubuh hingga terlihat seksi.
"Aku tidak suka kerahnya, terlihat sedikit norak" Jawab Katrina.
Edelina melihat ke arah kerah pada dress yang ia kenakan, memang benar ini terlihat aneh di dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK'S
RomanceWARNING!! This is an explicit story Jack Michael Federico story. Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina. Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap...