Setelah beberapa kali aku mencari tahu tentang Jack, semakin aku mengerti keadaan yang telah dia alami semasa hidupnya. Tidak hanya itu, saat aku menginjakkan kakiku di penthouse milik pria itu setelah 1 tahun lamanya, itu adalah keputusan terbaik yang pernah kulakukan. Kami berpelukan sangat erat, namun kali ini sangat berbeda. Edelina dapat merasakan gejolak rindu yang menyeruak satu sama lain. Ia juga tidak memungkiri bahwa dirinya sangat amat merindukan Jack berada disisinya.
Dan saat itu juga Jack menangis dalam pelukan itu. Bahkan Edelina pun terkejut mendapatkan kenyataan bahwa seorang Federico menangis disisinya. Menunjukkan sisih lemah bukanlah salah satu hal yang Edelina pikir akan ditunjukkan seorang Jack padanya, mengingat betapa sempitnya hal yang ia tahu tentang Jack.
Dan pada malam itu juga dan atas kemauannya sendiri, menceritakan segala hal tentang dirinya dengan sangat detail. Mulai dari keluarganya yang ternyata memiliki kerajaan bisnis Narkoba, Senjata, dan Human Trafficking. Dan ayahnya yang seringkali memukul dan menyiksanya apabila ia melakukan kesalahan pada saat ia remaja. Sekarang Edelina sadar darimana insting menyiksa wanita yang dia dapatkan.
Dan saat itu juga Jack menjelaskan alasan ia tiba-tiba menyuruh Edelina pergi dari hidupnya. Jack yang saat itu hanyalah jiwa rapuh yang berusaha kuat di depan Edelina. Setelah ia menceritakan tentang masalah kelainan seksnya pada Edelina, kilasan-kilasan masa lalu dimana ia membunuh partner seksnya saat sedang melakukan permainannya. Hal itu membuat Jack hancur dan sangat takut apabila ia juga melakukan itu pada Edelina. Awalnya Jack berpikir, kebiasaan dirinya untuk menyiksa wanita akan hilang apabila ia menemukan wanita yang dicintainya, namun nyatanya tidak seperti yang ia bayangkan. Hal itu malah membuat gairah setannya bergejolak menggila. Hingga akhirnya setelah ia mengikuti 10 kali sesi terapis, ia memutuskan untuk menjauhi Edelina. Sementara.
Setelah semua itu, Edelina memeluk lembut dan menangis tersendu-sendu. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Jack sudah membawa beban seberat itu bahkan ketika dirinya masih remaja. Jika ia bandingkan, semua itu sangat berbeda jauh dengan dirinya yang sejak kecil hanya tau apa itu bahagia.
Pada dasarnya, Edelina tidak pernah berhenti mencintai Jack. Bahkan semasa kuliah, ia terus mencoba melupakan pria itu, namun tetap saja gagal. Jack akan selalu menjadi kenangan terindah yang Edelina miliki apabila tuhan memang tidak pernah mau menyatukan mereka kembali.
***
3 Years Later
Keluarga Knight sedang berkumpul di satu meja makan besar dan megah. Makan malam yang nikmat dan mewah sudah tersaji di atas meja. Tak lupa juga hiasan-hiasan mewah yang melengkapi sisi-sisi rumah. Sungguh, entah kenapa Edelina benci ini, ibu dan bibinya terlalu berlebihan untuk membuat pesta kelulusannya semewah ini. Padahal yang ia minta hanya mengadakan acara makan malam bersama keluarga dan kerabat terdekat. Namun nasi sudah menjadi bubur apa boleh ia buat?.
"Lina bisa kau tolong bantu Bibi Cassie membawa pudding?" Pinta Elli.
"Yep" Segera Edelina bangun dari kursi dan menghampiri bibinya yang masih berada di dapur.
Elli menatap punggung mungil anak perempuan kesayangannya itu. Dirinya menghela napas lega, setelah semua yang putrinya lalui, ia akhrinya dapat melihat sosok Edelina yang tumbuh dewasa baik fisik maupun kepribadiannya. Jujur saja, saat Jack mencampakkan hati gadis itu ia berpikir bahwa Edelina akan larut dalam kesedihan selama berbulan-bulan. Namun nyatanya, ia malah melihat putrinya tumbuh menjadi seperti ayahnya. Putrinya yang sekarang tidak lagi gadis yang menye-menye dan manja. Elli sangat bangga akan hal itu.
"Kenapa kau tersenyum seperti itu?"
Suara Eden membuyarkan lamunannya.
Elli berdehem dan sesaat kemudian ia mengalihkan ekspresi wajahnya menjadi tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
JACK'S
RomanceWARNING!! This is an explicit story Jack Michael Federico story. Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina. Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap...