41. The Game

3.4K 108 0
                                    


Sebuah ruangan gudang bekas yang terdapat beberapa mayat penuh darah berserakan. Bau amis darah yang sangat menyeruak di udara. Beberapa orang dengan pakaian jas hitam berdiri dengan tegak dengan kacamata yang terpasang di kepala mereka. Sementara seorang wanita duduk di sebuah kursi kayu dengan menyilangkan kakinya dan tangan yang menopang dagu.

Ponsel kemudian berdering, sedikit mengalihkan perhatian wanita itu. Namun setelah melihat nama yang tercantum di layar tersebut, wajahnya memasang ekspresi senang dengan membentuk sebuah seringai licik.

"Hello?" Sapa Tania dengan sebuah senyuman.

Lalu sebuah bunyi deting yang kencang berasal dari sebuah pintu gudang yang terbuat dari besi. Muncul sosok Elizabeth dan Kennedict dari balik cahaya sinar terik matahari. Sontak Tania langsung menempatkan jari telunjuknya di bibir dan memberi isyarat untuk diam.

"It's me, Jack" Suara serak basah terdengar melalui ponselnya.

Tania mendesah pelan. Suara yang sangat seksi itu menjamah kupingnya. "Really? how nice. Aku tidak menyangka kau akan menelfon ku juga" Balas Tania dengan riang.

"I know"

Tania tersenyum miring lalu mengangguk. "Bolehkah aku bertanya Jack?"

"Perihal apa?"

"Kenapa kau menghubungiku?"

Tania mengetuk-ngetukan kakinya ke tanah untuk menunggu jawaban pria itu.

"Sejak aku kembali bertemu denganmu, aku tidak tau kenapa.... sesuatu yang aneh seolah bangkit dalam diriku" Tania menyeringai senang dan puas. Dalam hati gadis itu mengutuk dirinya yang selalu mendapatkan cara mudah untuk segala sesuatu yang ia inginkan. "Bisakah kita bertemu?"

Tania mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau tiba-tiba mengajakku untuk bertemu?"

"Kau kejam. Memangnya orang sepertiku tidak diperbolehkan bertemu denganmu?"

Tania terkekeh pelan. "Kau... tidak pernah aku mendengarmu berbicara sehangat ini" Tanpa sadar Tania tersenyum malu.

Kenedict dan Elizabeth saling menatap satu sama lain dan memasang wajah jengah melihat wanita tolol itu salah tingkah.

"Benarkah?"

Reflek tatapan Tania menjadi kosong, dan wanita itu mengangguk tanpa sadar. "Ya, rasanya seperti sebuah keajaiban"

"if that so. I will make that miracle happens more often than its used to"

Oh, rasa ini. Perasaan yang sudah lama Tania tak rasakan sejak kepergian pria itu. Kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Rasa di dada seakan terlepas bebas. Tubuhnya menjadi lemas tak berdaya akan rasa bahagia yang membuncah.

"Really?" Ucap Tania sembari tertawa kecil.

"hmm"

Ooohh. Sial, bisakah Jack tidak usah berdehem atau mengeluarkan suara seksinya itu?. Tania sudah sangat tak kuasa menahan betapa panas dan seksinya pria itu, bahkan melalui telefon.

Cih. Dia mengutuk bocah yang bernama Edelina itu, karena telah menjadi pelacur Jack akhir-akhir ini. Namun di satu sisi Tania sedikit prihatin dengan gadis itu. Kasian sekali, baru berumur 18 tahun sudah menjadi pelacur seorang pengusaha. Apakah orang tuanya yang kaya raya itu tidak pernah memberikannya uang saku sekalipun?.

Tania memang sangat percaya diri bahwa Jack sedari dulu memang sudah jatuh cinta padanya. Hanya saja pria itu selalu mencoba menyangkal perasaannya sendiri. Tania jengah dalam hatinya.

"Jadi bagaimana?"

Lamunan Tania sejenak berhenti karena lagi-lagi suara itu menginterupsi dirinya.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang