42. Execution

2.6K 90 0
                                    


"Harus kita apakan mayat para penghianat brengsek ini" Ujar Elizabeth seraya menendang tubuh tak bernyawa di depannya.

Kenedict membuang asap rokoknya. "Bakar saja"

Elizabeth kembali menendang mayat itu hingga sedikit terlempar. "Kau gila?. Apa kau berniat membakar seluruh tempat ini? Dan meninggalkan TKP?"

"Santai saja, kita hanya akan membakar mayatnya dan membersihkan darah yang berceceran disini. Cih, bau darah membuatku muak" Kenedict mematikan bara rokoknya.

Lalu kemudian Kenedict memanggil salah satu anak buahnya untuk memerintahkan mereka membakar mayat-mayat para penghianat itu.

"1 ton kokain dan ganja sudah diamankan tuan" Salah satu anak buahnya yang lain datang untuk memberikan informasi.

Kenedict mengangguk. "Bagus, pastikan kalian tidak meninggalkan jejak yang akan mudah di lacak polisi. Pelabuhan Victoria sudah mulai diselidiki polisi akhir-akhir ini. Jadi kuharap kalian hati-hati, jalan menuju Pelabuhan McGrate akan melewati Victoria"

"Baik tuan" Segera pria bertopi itu pergi dari tempat itu.

"Kau yakin Ken? Jika para anak buahmu yang baru itu dapat diandalkan?" Tanya Elizabeth.

Kenedict menoleh ke arah wanita itu. "Tidak perlu khawatir, mereka sudah melewati beberapa pelatihan khusus. Dan jangan duduki box tersebut!"

Elizabeth menggedikkan bahunya acuh. "Whatever" Kemudian Elizabeth pun bangun dari box tersebut.

Kenedict kembali menyalakan pematik api untuk membakar rokoknya. "Kupikir barusan Tania menghubungi pria itu" Kenedict menghembuskan asap rokoknya kesal.

Elizabeth menaikan alisnya sembari memasang ekspresi remeh. "Benarkah? Lalu kenapa?"

Kenedict menoleh ke arah wanita itu. Pria itu kemudian menggeleng pelan. "Entahlah, aku hanya merasa tidak terlalu yakin"

"Why would u?" Elizabeth memasang ekspresi runyam.

"Beca—"

BOOMM. DUARR.

Suara ledakan yang sangat keras terdengar dari luar. Fokus Elizabeth dan Kenedict pun tergantikan. Keduanya melihat keluar. Sejenak mereka seakan mematung.

"What the fuck happen?" Tanya Elizabeth panik.

Kenedict pun mencoba tetap tenang. Kemudian pria itu merogoh belakang celananya untuk mengambil pistol dengan perlahan. Dan Elizabeth yang melihat pergerakan Kenedict pun mulai sadar bahwa ia juga memiliki senjata di celananya.

"We have each other's back Eli" Ucap Kenedict tenang.

Elizabeth yang bergetar pun mengangguk. Wanita itu mengikuti langkah Kenedict dengan hati-hati. Keduanya berupaya untuk mencari celah kabur. Mereka yakin sudah tidak memiliki kesempatan untuk kabur menggunakan kendaraan yang mereka bawa. Karena ledakan barusan sudah pasti berimbas ke mobil mereka.

Untuk nasib anak buahnya... Jujur saja Kenedict sudah tak yakin bahwa mereka selamat membawa 1 ton kokain dan ganja itu. Kenedict pun kaget dengan penyergapan secara tiba-tiba ini. Bisa dikatakan ini adalah kegagalan Kenedict untuk pertama kalinya.

Kenedict memberikan isyarat untuk anak buahnya yang tersisa membuat formasi perlindungan.

DUGH.

Pintu gudang yang mereka tempati sedang berusaha di dobrak oleh polisi dan agen intel. Kenedict langsung mengarahkan pistolnya ke arah pintu. Jarinya sudah menyentuh pelatuk. Tinggal menunggu pintu terbuka dan dia akan segera memusnahkan para penyergap itu.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang