Edelina masih berdiri diam terpaku melihat isi dari ruangan rahasia milik daddynya. Bagaimana tidak, ruangan itu ternyata adalah tempat khusus untuk seseorang yang ingin melakukan praktik BDSM. Edelina meneguk ludahnya kasar, sejujurnya ia tidak pernah menerka-nerka tentang isi ruangan ini sampi sejauh ini. Ia berpikir ini adalah kamar tidur khusus atu gudang penyimpanan barang-barang yang menarik. Namun pikiran tentang itu ditepis kuat-kuat.Jack melihat gadisnya yang tak bergeming sedikitpun. Ia menyeringai. Dan kemudian Jack merengkuh kedua bahu gadis itu dengan telapak tangannya yang besar.
"Kau suka dengan apa yang kau lihat?" Desis Jack di telinga Lina.
Edelina gugup setengah mati. Ia tidak bisa menghindari bahwa keringat mengucur deras di wajahnya.
"Say something.... kitten" Jack berbisik dengan nada sensualnya yang khas, membuat seluruh bulu di tubuh Edelina meremang.
Akhirnya Edelina mendapatkan kembali pikiran warasnya. Meski begitu, rasa takut dan gugup tetap menyeruak di dadanya.
"Jack. Kurasa sebaiknya kita pergi dari sini, aku tidak ingin Daddy atau Papa melihat ini" Ucap Edelina dengan bergetar.
Jack mengerutkan dahinya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman miring.
"Kau tidak suka?"
Edelina tidak bergeming. Masa bodo, Edelina harus segera pergi dari tempat yang membuatnya tidak nyaman ini.
"Hei.... mau kemana sayang?" Ucap Jack keras-keras dari koridor.
Edelina tidak menoleh kebelakang sekalipun. Setelah mengunci kembali pintu ruangan itu, Edelina langsung mengangkt kaki untuk segera menjauhi kamar itu tanpa memperdulikan Jack yang ada dibelakangnya.
Hingga akhirnya. Setelah Edelina merenung di kamar seharian, ia pun memutuskan untuk bergabung bersama Jack dan keluarganya untuk makan malam bersama, dan itupun terpaksa karena Mommynya yang sudah rewel sekali.
"Astaga. Darimana saja kau?" Mommynya yang sedang menyiapkan makanan di meja pun heran dengan kelakuan Lina. Dari siang hingga sore gadis itu masih mengurung diri di kamar tanpa sebab yang ia ketahui.
"I'm fine Mom, nothing to worry about it" Edelina berdecak malas dan mengambil kursi disebelah Jack.
"Ibumu membuat kue jahe kesukaanmu, makanlah" Suara bariton milik Eden memecahkan lamunan gadis itu.
Edelina menggeleng. "Aku sedang tidak bernapsu terhadap kue jahe Dad"
Seisi meja pun sedikit terkejut akan hal itu. Terutama Javier, Eden dan kembarannya Jayden. Aneh sekali, padahal sejak dulu Jayden dan Edelina selalu tak ingin mengalah apabila dihadapkan oleh kue jahe buatan ibunya. Namun kali ini mereka langsung menerka-nerka, apa yang membuat gadis kesayangan mereka tidak begitu bernapsu memakan kue jahe.
Bagi sebagian orang mungkin itu adalah hal yang sangat biasa, namun bagi keluarga Knight itu sungguh hal yang luar biasa.
"Apa kau sedang hamil?" Pertanyaan Eden menohok seisi ruangan.
Namun tidak dengan Jack yang masih meminum wine nya dengan santai, menyesapnya dengan nikmat. Membayangkan jika dugaan Eden benar, dia akan sangat senang sekali.
"Lina kau serius?" Jayden kini menatap dengan raut wajah marah.
Javier hanya menaikkan alisnya sebelah.
Edelina membuang napasnya kasar. "Lain kali kau jangan membuat asumsi yang berlebihan dad"
"Itu tidak menjawab pertanyaanku Lina!" Jayden menggeram.

KAMU SEDANG MEMBACA
JACK'S
RomanceWARNING!! This is an explicit story Jack Michael Federico story. Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina. Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap...