Marco keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Pria itu melangkahkan kakinya seperti orang kesetanan. Tidak peduli dengan tatapan orang sekitar, Marco ingin segera cepat-cepat sampai keruangan Jack. Bahkan pria itu sudah tidak peduli lagi pada sapaan dan ucapan selamat dari para anak buahnya.Setelah mendapatkan pesan masuk dari Edelina di ponsel pribadinya, Marco sempat berniat mengabaikan pesan tersebut. Hingga bermenit-menit kemudian ia bosan dan secara tidak sengaja membuka pesan Edelina, mata Marco membelalak. Dengan bodohnya dia mengabaikan pesan darurat dari Edelina terkait Jack.
Dan yang membuatnya cukup keringat dingin adalah Tania. Edelina menyebut nama wanita itu di pesannya. Marco tidak menyangka anak buah Bion bisa dengan beraninya memunculkan dirinya secara terang-terangan, setau Marco anak buah Bion sedang diselidiki oleh para kepolisian dan agen yang mengurus para mafia-mafia sampah seperti mereka.
Marco menunggu di dalam lift dengan perasaan tidak tenang. Dan saat pintu lift sampai pada lantai ruangan Jack, Marco segera berlari dan masuk. Namun saat ia masuk, ia tidak menemukan siapapum selain Jack yang duduk di sofa menatap dokumen.
"Jack..." Panggil Marco dengan napas tersenggal-senggal.
Marco mengernyit bingung. Kenapa Jack seperti itu?. Akhirnya ia pun menghampiri Jack dan melihat dengan dekat bagaimana ekspresi dan tatapan Jack yang kosong seperti manusianyang tidak memiliki jiwa.
"What happen?" Tanya Marco.
"She came back... to me" Lirih Jack.
Marco sudah tahu akan hal itu. Namun yang membuat Marco penasaran adalah perasaan Jack setelah bertemu Tania.
Marco duduk dihadapan Jack. "Then... how is it going?"
Jack menatap Marco dengan tatapan sendunya. "Pretty well.... kupikir aku akan benar-benar mengacaukan semuanya"
Marco melirik ke arah dokumen yang berada di atas meja. "Apa itu dokumen kerjasama perusahaan kita?"
Jack berdehem. "Dengan Arcness"
Marco mengerutkan dahinya. "Lalu kenapa berada di meja? apa kau sedang mengecek ulang?" Tanya Marco.
Jack menggelengkan kepalanya pelan. "Tania memintaku mengambilkan dokumen ini"
"WHAT THE FUCK?!" Marco reflek menggebrak meja.
Edelina yang berada di dalam kamar terkaget karena suaranya yang lumayan keras. Namun gadis itu masih berkutat dengan laptopnya untuk mencari tau tentang wanita ular itu. Edelina menyeringai, jangan salah tentang Edelina. Meski ia masih sangat muda, Edelina memiliki koneksi yang sangat luas. Dengan bantuan kekuatan ayahnya dan pamannya, tidak sulit untuk Edelina mencari tahu seluk beluk seseorang hingga akarnya hanya dengan satu device.
"Marco jangan merusak apapun di ruanganku" Ucap Jack malas.
Marco mengetatkan rahangnya marah. Emosi di kepalanya malah semakin meluap-luap terlebih nada yang Jack keluarkan saat situasi seperti ini.
"Apa kau membiarkan wanita ular itu membaca dokumen tersebut?" Tanya Marco geram.
"Santai saja—"
"Jawab dengan benar bajingan!!" Ucap Marco dengan suara tinggi.
Jack mengerutkan dahinya. "Ada apa denganmu Marco, kenapa kau menjadi sangat pemarah?" Ucap Jack sedikit terkekeh.
Wah. Marco benar-benar sudah berada di ambang batas kesabarannya. Jika saja ada pistol disebelah ia saat ini, mungkin Jack sudah tergeletak dengan kepala yang mengucurkan darah. Jangan lupa bahwa darah Mafia masih mengalir kental di dalam nadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK'S
عاطفيةWARNING!! This is an explicit story Jack Michael Federico story. Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina. Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap...