10. Please.....

11.2K 283 2
                                    


Sejauh apapun Katrina dan Edelina membuang jauh-jauh rasa penyesalannya, tetap saja ekspresi tersebut terlukis jelas di wajah keduanya.

Rencana untuk menjadikan kedua pria tampan ini sebagai 'first timer' terlintas begitu saja di kepala Edelina dan disetujui oleh Katrina. Tidak ada salahnya bukan? lagipula mereka berdua sudah dewasa. Seks lebih baik untuk mengeyahkan pikiran berkecamuk dengan gairahnya.

Jadi seks sudahlah hal yang biasa. Memangnya apa yang buruk akan terjadi setelah seks? hamil, tidak rasanya jika menggunakan pengaman. Terkena penyakit tertular? tidak rasanya jika bermain aman dan memilih-milih pasangan.

Dan disinilah mereka, dengan rasa penyesalan yang tersisa, berusaha bersikap layaknya jalang yang memohon untuk di tiduri oleh pria dengan perawakan yang tegas dan dominant. Like an alpha male.

Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina.

Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap sedikit-sedikit vodka yang ia pegang.

"Apa kau tidak ingin ke tempat yang lebih sepi master?" Bisik Lina di hadapan wajah pria itu.

Sial. Semakin dekat dan lama Edelina memperhatikan wajah pria itu, semakin dalam juga ia masuk ke dalam pesona gilanya. Apa-apaan ini! seorang Edelina Knight jatuh ke dalam pesona seorang pria yang bahkan tidak menggubrisnya saat ia jelas-jelas menggoda dan menggunakan pakaian seksi?

"Apa kau seorang gay?"

Pertanyaan menohok tersebut dilontarkan begitu saja oleh Edelina. Jack sedikit tersedak karena tidak menyangka kata-kata itu akan keluar langsung dari mulut wanita itu.

"Lupakan. Buat aku bergairah jalang" Ucap Jack datar.

Lagi. Edelina merasa kesal terhadap panggilan yang pria itu tujukan kepadanya. Memang ia sadar bahwa tingkah lakunya kali ini persis seperti jalang-jalang yang biasa berada di club dengan prostitusi. Namun hei! tidakkah ia lupa bahwa mereka adalah rekan kerja?

Jack membuang napasnya kesal lalu meletakkan gelas bekas ia minum vodka tadi. Lalu ia pun mencengkram kedua sisi pinggul Edelina dengan tangan kekarnya.

Edelina menyambut dengan senang hati.

"Kau memiliki tubuh yang bagus...... nona?"

Edelina mengernyit bingung. Apa yang terjadi? apa pria ini lupa siapa dirinya?

"Apa maksudmu tuan?"

Jack menyeringai, lalu menghisap kembali rokok yang sejenak ia matikan.

Dan di hembuskan asap rokok itu tepat di wajah Edelina hingga gadis itu terbatuk.

"Lupakan tentang Jack dan Edelina. Sekarang kita bukan berada di kantor. Aku ingin kita memakai nama samaran, mengerti?" Desis Jack.

Edelina tersenyum miring. "Mengerti master"

Jack mengangguk. "Dan jangan panggil aku dengan sebutan itu, aku bukan tipe pria yang suka dipanggil seperti itu"

"AHHH!!!"

Baru saja Edelina ingin bertanya tentang suatu hal, tiba-tiba Katrina teriak kencang. Edelina begitu terbawa suasana sampai ia lupa bahwa mereka satu ruangan bersama dua pria.

"Katrina what happen!" Tanya Edelina khawatir.

Edelina berusaha menoleh ke arah sahabatnya, namun tangan Jack yang lebih kuat darinya menghadang pergerakannya begitu saja.

"Sssstt" Jack meletakkan jari telunjuk di bibirnya. "Tenang saja kitten, kau tidak perlu mengkhawatirkan sahabatmu itu"

Edelina membelalak. Ia sudah apus lagi rencana untuk melepaskan keperawanan di akhir tahun, yang terpenting adalah ia harus segera menyelamatkan sahabat satu-satunya. Lina pun memberontak namun gagal dan gagal. Tenaga pria ini sangat kuat. Lengannya yang berotot terus melingkar di sekitar pinggang nya.

JACK'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang