Setelah melalui percintaan yang panas. Tidak seperti biasanya, Edelina kini merasa lesuh. Entah apa yang terjadi pada dirinya akhir-akhir ini.Sudah berusaha ia untuk memejamkan matanya yang sebetulnya terasa sangat lelah, namun dirinya tak kunjung juga jatuh ke alam mimpi.
Ia menoleh ke arah pria tampan yang sedang tertidur lelap. Sudah bosan jika Edelina terus menjabarkan betapa tampannya pria yang saat ini tertidur di sebelahmya.
Edelina kemudian memutuskan untuk pergi ke pantry mencari sesuatu seperti susu untuk membantunya tidur lebih mudah. Sungguh dirinya sudah sangat amat lelah. Setelah penculikan yang sebetulnya sudah ia duga, dan juga percintaan panas yang melelahkan, dia sepertinya layak mendapatkan hari libur untuk besok. Sepertinya Lina akan meminta ijin kepada Jack untuk istirahat sehari saja.
"Mencari sesuatu?"
Suara bariton dan serak mengusik telinganya. Edelina terlonjak kaget saat dirinya baru saja menghantarkan gelas berisi susu ke mulutnya, dan pada akhirnya susu tersebut sedikit tumpah ke dadanya dan mengenai piyama yang ia kenakan.
"Kau sudah bangun? kupikir tadi tidurmu lelap sekali" Balas Edelina.
Jack tersenyum kecil.
Edelina meneguk ludahnya kasar setelah dirinya menyadari kalau Jack tidak. Mengenakan. Apapun!. Sungguh ia ingin mengumpat guna mengekspresikan betapa seksinya pria itu. Jack adalah pria paling gila dan seksi yang pernah Edelina kenal. Dengan tidak senonoh ia berani mempertontonkan benda yang bergondal-ganduk dihadapan seorang wanita dewasa sepertinya. Apa Jack bahkan memiliki rasa malu sedikitpun? meski mereka sudah pernah melihat tubuh masing-masing, bukankah etika tersebut masih tetap berlaku diantara keduanya?.
"Setidaknya pakai celana dalam-mu. Tuan Jack"
Jack berhenti dihadapannya. Tanpa peduli, Jack mencium dada Edelina hingga wanita itu terkesiap kaget. Sebelum Edelina bersuara apapun, Jack membawanya ke meja makan disebelah dan menunggingkan Lina dengan kasar.
PLAK.
Satu tamparan kuat mendarat di bokong Edelina.
PLAK.
PLAK.
PLAK.
Edelina terus menjerit meminta mohon kepada Jack yang kini berkuasa atas tubuhnya. Jack tidak peduli, dia pun menyimpah piyama di bagian bokong dan langsung membawa penisnya melesak masuk ke liang kenikmatan yang Jack tidak akan pernah bosan untuk merasakannya.
"Jack..." Edelina mendesahkan namanya.
Jack terus memompa tubuh mungil itu dengan kuat dan bertenaga, seolah rasa kantuk bukanlah penghalang baginya untuk menguasai tubuh gadisnya.
"WHAT— THE—FF—"
Jack membalikan tubuh mungil itu menjadi telentang diatas meja. Tanpa memikirkan kenyamanan gadisnya itu, Jack terus memompa Edelina. Tiap desahan mengaung di telinganya dengan keras.
"Fuck Edelin..... you so fucking good" Jack mengerang.
***
Pagi hari Edelina terbangun dengan sangat telat. Di jam setengah sembilan pagi dirinya masih meringkuk di dalam selimutnya. Padahal hari ini seharusnya ia bekerja karena weekend sudah berakhir.
"Hooamm...." Edelina menguap.
Di sebelahnya sudah ada troli pengantar makanan yang dipesan oleh Jack. Disana ada kertas bertuliskan 'selamat makan' yang ditulis oleh Jack. Mendesah lega, Edelina tidak perlu kerja hari ini. Sepertinya pria itu sadar bahwa kemaren adalah hari yang cukup melelahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACK'S
RomanceWARNING!! This is an explicit story Jack Michael Federico story. Edelina menggosok-gosok dada bidang Jack yang masih di balut kemeja. "Kau sangat tampan master" Bisik Edelina. Sedari tadi Jack hanya menatap datar wanita penggoda itu sambil menyesap...