33 | Hujan

275 27 1
                                    

Recommended song : Dialog Hujan - Senar Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Recommended song : Dialog Hujan - Senar Senja.

Gemuruh hujan membasahi langit Jakarta. Diikuti angin yang cukup berderu kencang. Saat ini, Navya baru saja memarkirkan mobilnya di rumah sakit setelah hampir 20 menit mengelilingi seisi rumah sakit akibat penuhnya parkiran mobil juga ricuh nya keadaan akibat hujan.

Agnes sedikit terhuyung ke arah belakang untuk merogoh payung yang berada pada jok belakang.

“Hujan nya deres banget ya? Kita mau tunggu dulu gak?” tanya Agnes.

“Gausah deh, Bun. Pake payung aja lagian takut Bunda telat MCU nya,” jawab Navya.

Agnes pun mengangguk lalu mengenakan cardigan rajut yang sengaja ia pakai atas permintaan Navya agar tubuh nya hangat, mengingat cuaca luar yang cukup dingin.

“Yuk Bun?” ajak Navya sembari hendak membuka kunci pintu mobilnya.

“Eh bentar deh, Nav.” Agnes menunjuk ke arah luar menggunakan telunjuknya. Menunjuk ke arah seseorang bertubuh tegap atletis yang kini tubuhnya telah habis terguyur air hujan.

Netra Navya mengikuti arah telunjuk Bundanya. Mendapati sosok itu yang sepertinya ia kenali.

“Itu mirip Hayden ya Nav?” ucap Agnes masih dalam tatapan nya.

Navya berusaha melihat lebih jelas sosok yang berjarak 4 meter dengan mobilnya kini. Sosok yang berdiri diantara banyaknya mobil yang berlalu lalang yang membuat dirinya kesusahan untuk melangkah.

“Masa sih, Bun?” Navya masih menyipitkan matanya guna berharap netra nya dapat melihat jelas sosok itu.

“Iya, Nav. Itu Hayden! Bunda yakin. Kamu mending samperin deh kasian dia udah basah kuyup banget kehujanan. Susah jalan juga mobil sampe macet begitu. Samperin gih!” Agnes mendorong pelan bahu Navya.

“Hah? Samperin?”

“Iya samperin, Nav! Buruan kasian dia kehujanan.”

Navya masih melongo ditempat dan Agnes lagi-lagi mendorong pelan bahu anak kedua-nya itu agar mempercepat pergerakkan nya untuk menghampiri seseorang yang diduga adalah Hayden itu.

“Terus Bunda gimana?”

“Ah Bunda gampang. Kan payung nya ada dua. Udah buruan, Navya.”

“Yaudah nanti ketemu di poli nya ya?”

“Iya, Nav. Udah buruan itu kasian.”

Setelah mempertimbangkan banyak pertimbangan di kepalanya yang kalau ia pertimbangkan selama apapun hasilnya akan sama karena Bunda nya yang kian meminta nya untuk turun menemui Hayden, Navya akhirnya membuka payung nya dan mulai melangkahkan kakinya dengan penuh keraguan kearah Hayden berada.

Gadis dengan netra hazel itu berusaha menerobos banyaknya kendaraan di depannya dengan hati-hati. Kondisi rumah sakit yang lumayan ramai ditambah deras nya hujan menjadi paket lengkap alasan kemacetan di rumah sakit ini terjadi.

NAVYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang