34 | Balikan? Baikan? Deketan?

349 30 5
                                    

⸙⸙⸙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⸙⸙⸙

Navya membuang napas nya gusar setelah membaca hasil pemeriksaan Bunda nya kemarin.

“Bun, obatnya diminum rutin ya. Jangan lupa!” peringat Navya.

Agnes hanya tersenyum sambil mencuci peralatan masak yang telah ia pakai untuk membuat sarapan.

“Bunda mau kan cepet sembuh?”

Navya kali ini menghampiri sang Bunda. Berdiri tepat di belakang Agnes sambil bersender pada meja dapur.

Agnes membalikkan tubuh nya usai menyelesaikan pekerjaan nya. Ia mengusap lembut pipi Navya, “Iya sayang. Bunda mau cepet sembuh. Udah kamu jangan khawatir gitu. Ayo sarapan.”

“Ya gimana aku gak khawatir, Bun. Ini kondisi Bunda makin buruk.”

Agnes lagi-lagi tersenyum, “Iya sayang. Bunda janji habis ini akan membaik.”

Setelah nya Agnes merentangkan tangan nya, meminta Navya masuk kedalam daksa nya.

Dipeluknya putri kecilnya yang menjadi salah satu alasan mengapa dirinya bertahan dengan teramat tulus dan lembut.

“Makasih ya, Navya selalu jadi anak manis yang selalu perhatian sama Bunda. Bunda sayang Navya seluas dunia, sejauh antariksa, dan sedalam lautan.”

Navya tertawa kecil masih didalam dekapan sang Bunda.

“Bunda harus sembuh ya. Harus liat Navya sukses dulu, pake toga, lulus kuliah tiga setengah tahun dan berhasil banggain Bunda sama Ayah.” Suara Navya tampak sendu, terlihat menahan isak tangis yang ingin keluar.

Agnes mengusap lembut kepala serta helaian rambut putrinya. Ia tahu betul perasaan putrinya yang belum apa-apa saja sudah terlihat hancur. Demi Tuhan sebetulnya ia ingin terus selalu menemani Navya di sepanjang pertumbuhan putrinya itu.

“Doain Bunda sama Ayah panjang umur ya, sayang. Navya selalu membanggakan Bunda. Hari ini, besok, lusa.. Sampai kapan pun.”

Navya mengusap punggung Agnes tak kalah lembut, “Navya sayaaaaang, Bunda.”

Agnes terkekeh dan melepaskan pelukkan nya lembut. “Bunda lebih sayang, Navya.” Agnes mengecup kening Navya singkat.

Selanjutnya Navya berjalan ke arah meja makan, memulai sarapan nya sebelum ia pergi berangkat ke sekolah.

Sarapan selesai, Navya buru-buru memakai sepatunya karena jam telah menunjukkan pukul 06.40 yang artinya 20 menit lagi gerbang sekolah nya akan ditutup.

“Niana cepetan!” seru nya meneriaki Niana yang masih sibuk dengan sarapannya.

Navya bergumam kesal melihat pergerakan sang adik yang sangat lambat itu.

“Na, gue 20 menit lagi telat belom lagi kalo macet. Lo buruan dong kalo mau bareng,” ketus nya dari ambang pintu.

Niana memilih tidak menanggapi sang kakak dan melakukan kegiatannya yang kali ini mulai tergesa-gesa.

NAVYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang