* Suka *

9.6K 1.7K 28
                                    


" Fauzan ?! "

Faris tertawa.

" Gua cuma bercanda. Jangan anggap serius..., " Faris mengarahkan pandangannya ke tanah kosong yang terhampar luas di hadapan mereka, " Kenapa lu sampai marah seperti itu ? "

Fauzan menendang sebuah batu kerikil di kakinya dan terlempar ke rerumputan . Ia berusaha untuk menahan emosi dan perasaan yang baru saja meluap begitu saja.

Ada apa dengan gua ? Apa gua benar-benar cemburu seperti yang di bilang oleh Faris ? Tapi, untuk apa gua cemburu ? tanya Fauzan dalam hati.

Faris menatap wajah yang di landa kebingungan mendalam dan di rasuki berbagai pertanyaan yang mengganjal.

" Gua nggak akan suka dengan Ustadzah Khalisha.., " ucap Faris

Fauzan mendengus pelan.

" Memangnya gua melarang lu untuk suka dengan Ustadzah Khalisha ? Hati-hati kalau bicara....," ucap Fauzan, " Rasa suka itu hak setiap orang. Gua hanya ingin lu jangan memperlakukan beliau seperti lu ke perempuan lain. Beliau sudah cukup banyak permasalahan, jangan sampai kita menambah permasalahannya lagi..., "

Faris bergeming mendengar perkataan Fauzan. Ia menarik nafas dan menghembuskannya.

" Lu suka sama Ustadzah Khalisha ? " tanya Faris, " Kalau lu suka, gua akan mendukung lu..., "

Wajah Fauzan tiba-tiba berubah merah dan sebuah pertanyaan mendera otaknya.

" Maksud lu ? Mendukung gimana ? " tanya Fauzan, tidak mengerti.

" Lu pura-pura nggak tau ? Atau memang bodoh , Fauzan ? " Faris tertawa cekikikan, " Mendukung untuk mengambil hati Ustadzah Khalisha..., "

" Pacaran ? " tanya Fauzan.

" Memang lu mau langsung nikahin ? Sudah siap ? " canda Faris.

" Ya, nggak lah..., " jawab Fauzan, " Gua hanya merasa ingin melindungi dan menghapus air mata beliau dengan menjalankan misi yang diberikan oleh Ustadz Aiman. Kalau untuk ke arah sana, membayangkannya saja kita sudah berbeda arah. Ternyata beban beliau lebih berat daripada kita, juga kalau di bandingkan takdir Farhat dan Fathur. Kita jauh lebih beruntung masih mempunyai orang tua yang lengkap..., "

Faris memandang ke arah Fauzan yang tersenyum penuh kegetiran. Matahari mulai menampakkan siluet sinarnya pada siang itu , namun udara masih sejuk. Mereka kembali ke pesantren dengan langkah penuh pertanyaan dan pikiran yang masih tertahan di benak masing-masing.

*****

Fathur mengecek ke tumpukan buku yang berada di rak kelas. Ia terlihat kebingungan mencari sesuatu. Farhat yang berada di dalam ruangan menatap ke arah Fathur yang terlihat gelisah.

" Antum cari apa, Fathur ? " tanya Farhat.

" Lu lihat buku gua yang warna hitam ? "

" Buku tulisan novel ? Kemarin kalau nggak salah antum kan taruh di meja. Coba tanya ke yang piket kemarin.., " ujar Farhat memberi saran.

Fathur mengacungkan jempol ke arah Farhat dan bergegas keluar dari kelas. Ia mencari santri yang menjalankan jadwal piket kemarin.

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang