* Rasa *

10.3K 1.9K 50
                                    


" Khalisha ? "

Tidak ada jawaban dari balik tirai. Khayra memandang ke arah Kamil seraya bertanya dengan isyarat matanya. Kamil mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

Khayra bangkit dari tempat duduk dan meminta izin untuk masuk ke dalam kepada empat santri yang ada di hadapannya. Ia membuka tirai itu dan menemukan Khalisha sedang duduk di depan rak berisikan kitab dan buku.

" Kenapa tadi taruh di balik tirai ? " tanya Khayra, penasaran, " Kamu kan selama ini cuek saja orangnya, dengan prinsipmu yang tidak percaya dengan laki-laki dan pernikahan, Khalisha..., "

Khalisha memandang ke arah Khayra seraya menyembunyikan sesuatu, " Tidak ada apa-apa..., "

Khayra tersenyum menggoda, " Jangan bilang kamu malu dengan mereka ya., " Khayra menyikut lengan Khalisha, " Tapi, mereka boleh juga. Menarik ..., "

" Hmpphh, apanya yang menarik ? " ujar Khalisha, " Salah satu dari mereka pernah menggodaku saat bertemu di jalan kemarin. Dasar laki-laki buaya. Memangnya aku semudah itu jatuh dalam godaan laki-laki seperti dia ? "

" Hah ? Yang mana ? " tanya Khayra, penasaran, " Sebentar , biar aku tebak. Kayaknya yang rambutnya agak kecoklatan itu ya. Memang tampangnya playboy dan banyak tebar pesona.., " tebak Khayra.

Khalisha tertawa kecil mendengar tebakan dari Khayra, " Sepertinya psikolog kita sudah melancarkan analisanya.., "

" Kalau yang berkacamata menurut kamu gimana, Khalisha ? " tanya Khayra, meminta pendapat.

" Jangan bilang...., " Belum sempat Khalisha melanjutkan kata-katanya, wajah Khayra sudah bersemu merah. Ia memukul pelan punggung Khalisha berkali-kali.

" Mulai deh kumat ini..., "

" Habisnya anak itu kelihatan berkarisma walaupun nggak banyak bicara..., " cerita Khayra dengan wajah menggebu. Khalisha hanya menggelengkan kepalanya.

" Mereka masih SMA, Kak Khayra...., "

" Kan sekarang lagi zamannya perempuan menikah dengan yang lebih muda. Katanya kalau kayak gitu, perempuannya bakal awet muda..., " ucap Khayra.

Astaghfirullah , begini banget punya sepupu, ujar Khalisha dalam hati.

" Ya, yang berkacamata not bad lah. Kayaknya cocok juga dengan Kak Khayra. Seimbang. Dia pendiam, Kak Khayra kayak ulet yang suka meliuk-liuk..., " ucap Khalisha dengan terbahak.

Khayra tersenyum melihat Khalisha yang sudah mulai menampakkan keriangannya, walaupun endingnya ia kena bullying oleh adik sepupunya tersebut.

Khayra merangkul Khalisha dengan erat, " Aku lihat santri yang rambutnya poni pinggir seperti mencuri pandang ke arah tirai saat aku memanggilmu, Khalisha..., " ceritanya.

Santri dengan rambut poni pinggir ? Apa anak yang aku tuduh penguntit itu ?

" Terus kenapa ? " tanya Khalisha, seakan tidak peduli.

" Apa kalian pernah bertemu ? Sepertinya dia sangat penasaran sekali tadi...,"

Khalisha terdiam. Seketika kejadian beberapa waktu lalu membayangi memori otaknya. Santri itu pernah melihatnya saat ia membuka cadar karena sesak menangis setelah bertengkar dengan Abah. Terus terang ia begitu kesal dengan anak itu. Rasanya seperti penguntit yang terus melihat ke arahnya.

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang