* Mengapa *

7.2K 1.5K 26
                                    


Fauzan merasa seperti orang yang terpergok melakukan sesuatu yang buruk ketika melihat Khalisha berdiri di hadapannya. Ia pura-pura mengibas bajunya yang di penuhi tanah yang menempel.

" Mengapa ? " tanya Khalisha lirih, " Apa yang kamu lakukan ? "

Fauzan mendongakkan kepalanya ke arah Khalisha dan membalas dengan senyuman hangat, " Saya hanya sedang menanam bunga-bunga ini di lahan pesantren. Apa ada yang salah ? "

" Untuk apa ? "

" Supaya Khalisha juga bisa melakukan apa yang dirinya suka..., " jawab Fauzan.

Khalisha bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ia berusaha untuk menata hatinya agar tidak terlena dengan buaian dari sosok laki-laki yang berada di hadapannya.

Khalisha, semua laki-laki sama saja. Jangan terbuai dengan tipu daya mereka !

" Ini 'kan lahan milik pesantrenmu, mengapa hanya kita yang melakukan hal yang di suka ? Bukankah kamu lebih berhak atas itu semua ? " Fauzan membalikkan badannya dan menjauh dari Khalisha yang masih menyimpan beberapa pertanyaan di dalam benaknya.

Beberapa saat setelah itu, ia kembali dengan membawa vas kaca berisi beberapa tangkai bunga mawar.

" Itu kan ? Kamu memetik bunga mawar yang di bawah ? ! " tanya Khalisha dengan nada penuh kemarahan.

Fauzan berusaha untuk tenang menghadapi kemarahan Khalisha. Ia mendekat ke arahnya seraya membawa vas kaca tersebut.

" Maaf, saya memetiknya karena sudah masa panen..., " ucap Fauzan memberikan vas kaca tersebut kepada Khalisha, " Sepertinya beberapa hari ini kamu tidak ke sini untuk melihat bunga-bungamu. Jadi, saya mencoba untuk melakukan yang terbaik dan merawatnya seperti Khalisha merawatnya.., "

Kini, bibir Khalisha terasa kelu setelah mendengar penjelasan dari Fauzan. Entah mengapa , ia merasa malu karena sudah bertanya dengannya dengan nada penuh emosi. Ia menatap vas kaca yang berisi mawar merah yang di berikan kepadanya dari tangan Fauzan.

" Saya kembalikan bunga ini kepada pemiliknya.., " Fauzan menyodorkan vas bunga itu lebih dekat ke arah Khalisha, " Oh, iya saya sudah menaruh larutan gula dan cuka apel di dalam airnya. Jadi, nanti tinggal di ganti airnya setelah dua hari..,"

Baru kali ini Khalisha merasa malu dan bersalah karena telah beprasangka buruk. Ia mengambil bunga tersebut dari tangan Fauzan.

" Baiklah, saya mau lanjut dulu ya.., " ucap Fauzan seraya berbalik arah meninggalkan Khalisha.

Bibir Khalisha bergetar . Bahkan, ia lupa bagaimana caranya untuk meminta maaf.

" Ma..afff.., " ujar Khalisha dengan suara yang lantang dan membuat Fauzan menghentikan langkah . Ia menoleh ke arah Khalisha dan mengacungkan jempolnya.

" Tetaplah menjadi seperti bunga mawar yang berduri, Khalisha..., " ujar Fauzan.

" Jika ada yang ingin menyentuhmu, tusuk ia dengan duri di dalam dirimu. Jangan biarkan sembarang orang memegangmu, kecuali memang orang yang memilikimu..., "

Khalisha kembali terdiam, seketika jantungnya berdegup lebih keras, darah di dalam tubuhnya terasa mengalir begitu deras, badannya di penuhi getaran lembut yang mendera.

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang