* Marimas Jeruk *

34.1K 3.8K 212
                                    


Fauzan mendelik ke arah Fathur, Faris menahan Fauzan untuk tidak terpancing.

" Mau apa ? Tonjok gua ? " tantang Fathur . Faris merangkul lengan Fathur dan di tepis oleh Fathur.

" Gua ke sini untuk belajar agama. Jadi, kalian nggak usah khawatir gua ikut campur dengan urusan kalian..., " ucap Fathur , setelah itu berjalan meninggalkan mereka dengan perasaan sebal.

" Kenapa itu orang ? Kayak cewek lagy PMS.." ujar Fauzan, kesal.

" Jangan terpancing emosi, Zan dengan orang  seperti dia. Biasanya orang seperti itu mempunyai masalah yang rumit dalam kehidupannya..., " ujar Faris, berlagak seperti seorang psikolog.

" Lu tau dari mana dia punya masalah ? Lu emang dukun , Ris ? "

" Astaghfirullah . Gua walaupun begini nggak main dukun juga kali, Zan...., " ucap Faris, tergelak. Fauzan tertawa menepuk pundak Faris.

" Gua juga 'kan selama ini sering bergaul sama orang-orang dengan banyak karakter.., " cerita Faris, " Jadi, gua mengerti sedikit lah..., "

" Lu udah kayak orang tua, Ris..., " ujar Fauzan, " Menarik juga, gua harus banyak belajar dari lu berarti.., "

" Belajar apaan ? Ngumpetin handphone ? "

" Salah satunya..., " ucap Fauzan, " Tapi, gara-gara ucapan anak gondrong tadi, gua jadi kepikiran Mama gua..., "

" Kenapa lu jadi mikir itu ? Kan juga lu pakai handphone gua untuk hal bermanfaat. Bukan kayak gua buat meng ghosting cewek..., " ucap Faris berusaha untuk menepis pikiran Fauzan.

Iya juga, sih.

" Laper nih. Ke warung depan yok..., " ajak Faris. Fauzan mengangguk, mereka pergi menuju warung depan untuk jajan.
Saat itu warung sedang dalam keadaan ramai, di penuhi santri dan juga orang luar yang jajan di sana.

" Mbok Ayu....," panggil Faris memanggil seorang Ibu paruh baya yang sedang melayani pembeli, " Mau beli es marimas jeruk satu ya ! " Faris menoleh ke arah Fauzan.

" Lu mau es apaan, Zan ? "

" Latte Macchiato ada nggak ? "

Faris menatap bengong ke arah Fauzan, " Lu kira ini Starbucks ? Lu itu lagi di kampung, bukan di kota, Zan. Disini adanya marimas, jasjus, pop ice. Pilih yang lu mau, cepetan...., "

" Pop Ice aja kalau gitu..., "

" Rasa....? "

" Rasa yang tak pernah ada, ada nggak ? "

" Astaghfirullah , ini anak kesambet apaan dah. Cepetan pesen..., "

" Oke, yang enak apaan ? "

" Semuanya enak..., "

Fauzan menatap satu persatu bungkus pop ice yang ada di depannya. Seperti meneliti sebuah mikroba di mikroskop. Faris menatapnya dengan perasaan tak sabar.

" Woy, itu bukan virus yang harus di teliti ampe bertahun-tahun. Keburu lulus dari pesantren nih gua.., "

" Sabar, Ris. Gua kan baru beradaptasi di sini, jadi gua harus meneliti satu persatu.., "

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang