* Rapuh *

13.1K 2.1K 32
                                    


Ustadz Aiman menatap tajam ke arah Fathur yang sudah siap untuk meninju orang yang membully nya.

" Turunkan tangan antum sekarang juga..., " tegas Ustadz Aiman.

Dengan cepat Fathur menurunkan tangannya, ia menundukkan wajah dan sibuk mengatur nafas. Fauzan yang duduk di bagian depan Fathur, menghampirinya seraya membawa Qur'an.

" Jangan dekat-dekat gua, Zan...., " ucap Fathur memberi isyarat kepada Fauzan untuk menjauh darinya. Ia beranjak berdiri dari tempat duduknya dan meminta izin ke kamar mandi kepada Ustadz Aiman untuk mengambil wudhu.

Faris menatap ke arah Fauzan dengan perasaan bertanya-tanya, " Ada apa ? "

Fauzan mengangkat bahunya , tanda tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Sampai halaqoh selesai, Fathur tidak menampakkan batang hidungnya kembali dari kamar mandi.

" Ke mana anak itu ? " tanya Fauzan mencari keberadaan Fathur. Faris dan Farhat juga berpencar ikut mencari di beberapa tempat sekitar pesantren.

" Ana dengar anak-anak halaqoh ada yang membully Fathur dengan sebutan anak narapidana..., " cerita Farhat kepada Fauzan dan Faris saat selesai halaqoh.

Apa jangan-jangan dia menyangka gua yang menyebarkan berita itu ke santri ? Bahkan, gua aja nggak pernah cerita ke Faris dan Farhat tentang dia ? Bagaimana anak-anak itu bisa mengetahui cerita Fathur ?

Fauzan membuka pintu gerbang dan berpapasan dengan Khalisha, gadis bercadar yang di lihatnya beberapa hari lalu. Mata mereka saling berpandangan dan cepat-cepat Khalisha membuang wajahnya dari tatapan Fauzan.

Khalisha buru-buru mempercepat langkah dan masuk ke dalam rumah. Entah mengapa dengan tatapan sesaat itu, hati Fauzan merasa berdebar.

Ia dengan cepat mengatur hatinya dan kembali lagi ke tujuan awal, yaitu mencari Fathur.

Fauzan, tolong tata hati lu !

Sementara itu, Faris berhasil menemukan keberadaan Fathur sedang terduduk lemas di lorong gelap yang menghubungkan asrama dan halaman belakang.

" Ketemu juga lu di sini..., " ujar Faris.

Fathur menatap Faris dengan mata yang memerah.

" Ngapain lu ke sini ? " tanya Fathur, tidak senang, " Jangan pura-pura peduli dengan gua. Kalian semua orang munafik..,"

Faris berusaha untuk tenang dan tidak meluapkan emosi ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Fathur, " Gua nggak tau masalah lu apa, Fathur. Tapi, kenapa lu jadi kayak gini ? Kemarin lu udah baik sama kita..., "

" Gua udah mendengar tentang keluarga lu dari para santri itu..., " belum sempat Faris melanjutkan kata-katanya, Fathur langsung memotong, " Lu ke sini pasti hanya ingin ngatain GUA ANAK NARAPIDANA KAN ? "

BUKK !

Faris menonjok pipi kanan Fathur dengan keras, " Gua sebenarnya bukan orang yang suka main tangan, tapi lu seperti ini sama saja seperti para pembully lu tadi ! Menyamaratakan semua orang sesuai pikiran lu ! Jangan samain gua seperti orang-orang seperti mereka..., "

Fathur memegang pipinya yang memar karena pukulan dari Faris. Beberapa saat kemudian, Fauzan dan Farhat muncul di hadapan mereka dengan nafas terengah. Suasana sudah di liputi dengan perasaan yang tidak enak satu sama lain.

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang