* Tangis *

9.2K 1.6K 13
                                    


" Ada apa ? " tanya Khayra sembari mengelus pundak Khalisha yang terisak.

" Bang Kholil..., " ucap Khalisha terisak, " Dia menelfon dan memohon kepadaku untuk percaya padanya.., "

Khalisha mengusap air matanya yang keluar, ia berusaha untuk menahan nafas dan mengatur suara yang keluar dari lisannya.

" Percaya tentang apa ? "

" Percaya jika dia tidak melakukan pelecehan seksual itu..., " jawab Khalisha dengan suara yang berat, " Dia berkali-kali bersumpah kepadaku bahwa tidak melakukan hal tersebut. Tapi, korban menyatakan bahwa ia di lecehkan oleh Bang Kholil..,"

Khayra terdiam. Kasus pelecehan seksual itu terjadi hampir setahun yang lalu dan pada akhirnya pihak pesantren dan keluarga korban saling melakukan perdamaian satu sama lain serta membuat perjanjian tidak menyebarkan kasus tersebut ke publik.

Namun, Bang Kholil harus menerima kepahitan ketika Kyai Adnan mengirimnya ke Yordania.

Khalisha adalah orang yang sangat terpukul ketika mengetahui hal tersebut. Ia begitu dekat dengan abangnya tersebut, dan Bang Kholil adalah tempat di mana ia mencurahkan isi hatinya ketika sedang dalam kerapuhan.

Bang Kholil yang tidak banyak bicara, namun sekalinya bicara begitu bermakna. Bang Kholil yang ibadah dan ngajinya paling rajin di antara anak-anak Kyai Adnan.

Khalisha benar-benar tak percaya..

Khayra berusaha menenangkan Khalisha . Ia menghela nafas dan bingung dengan semua yang terjadi. Khayra mengenal Bang Kholil sebagai sepupu yang baik dan sholeh, namun ia seakan tidak percaya dengan kasus yang menimpanya.

" Bang Kholil cerita padaku, bahwa ia sempat ada keinginan untuk bunuh diri..., " cerita Khalisha yang membuat Khayra semakin tercengang.

" Bu..bunuh diri ? "

Khalisha mengangguk pelan dan kembali mengusap air mata di pelupuk matanya.

" Bang Kholil merasa ia tidak melakukan hal tersebut , namun semua orang menyalahkan dan memandang buruk dirinya.., " ujar Khalisha , " Namun, sebuah nasehat dari syekhnya di Yordania , membuat ia kembali merenung dari niatnya tersebut.., "

" Jika memang kamu bukan orang yang melakukan hal tersebut, lantas untuk apa membunuh dirimu sendiri ? Jangan putus asa dari rahmat Allah...., "

Pikiran Khayra kembali melayang. Ia mengambil handphone di dalam tasnya dan menekan tombol pencarian nama Kholil.

Khalisha melirik ke arah Khayra yang serius memandang layar handphonenya.

" Kak Khayra mau ngapain ? " tanya Khalisha, ia mencoba untuk mengambil handphone yang ada di genggaman tangannya, " Kak Khayra mau menghubungi Bang Kholil ? "

" Iya.., " jawab Khayra dengan wajah yang di penuhi kemarahan, " Bisa-bisanya dia punya niat seperti itu. Aku ingin memarahinya..., "

Tangan Khalisha mencegah Khayra untuk menghubungi Bang Kholil, namun telefon sudah di angkat oleh yang bersangkutan .

" Halo, Assalamu'alaikum ...., " ucap suara seseorang dari seberang . Suara Bang Kholil terdengar serak .

Geng Santri Kece ! [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang