LV

736 57 18
                                    

Bukan hal mudah bagi mereka agar dapat menelusuri penjuru kota, bagaimanapun para aparat berwenang benar-benar mengerahkan seluruh pasukan untuk mencari mereka.

Yang tentu saja tidak akan bisa ditemukan, karena persembunyian mereka berada didalam hutan lebat tanpa penerangan.

Lagipula pastinya para ilmuwan serta pemerintah tidak akan berfikiran mereka akan bersembunyi didalam pedalaman hutan.

Karena memikirkan jika mereka hanya anak sekolah pemilik potensi tanpa keberanian.

Nyatanya anak-anak yang mereka remehkan, memiliki keahlian yang tidak pernah mereka tunjukkan.

Yaitu kerja sama.

Bagaimana dengan mudahnya mereka mengatur strategi hingga Hyunjin, Soobin, Yangyang serta Hwall tidak ketahuan oleh para aparat pemerintah.

Keempatnya bernafas lega, dengan Hwall yang megurangi sedikit laju mobilnya.

Hwall membawa mobilnya berbelok menuju mini market yang buka 24 jam.

Keempatnya keluar dari mobil, topi setia terpasang dikepala mereka.

"Cctv sudah kami blokir selama sepuluh menit, bergegaslah."

Suara Renjun setia mengarahkan mereka, dengan gesit keempatnya memasuki minimarket mengambil beberapa kebutuhan.

"Jin, jangan lupakan kebutuhanku."

Suara Yeji terdengar, membuat Hyunjin berputar kearah rak pembalut dan dengan cepat memasukkannya kedalam keranjang.

Dirasa sudah lebih dari cukup, keempatnya segera menuju kasir, tanpa di scan, Soobin memberikan uang kepada sang kasir.

"Kami buru-buru, tidak akan sempat jika di scan, ambil ini, aku tau ini lebih." Ujarnya segera meraih kantong besar dengan cepat mereka memasukkannya kedalam kresek itu.

"Terima kasih, Hyung." ujar Hwall menatap pria yang ia kenal, seseorang yang pernah gemgnya palaki.

Keempatnya bergegas, segera kembali memasuki mobil meninggalkan minimarket.

"Setelah ini, kami harus melakukan apa?" tanya Soobin pada teman-teman Hacker yang menuntun mereka.

"Temui Chani dan Bomin. Ini perintah dari Jeno dan Eric."

Ujar Renjun, mereka mengangguk.

Sesaat setelahnya, terdengar juga suara Eric yang memberikan arahan kepada Hwall agar menuju ke markas milik Lee bersaudara itu.

Sesampainya mereka dimarkas yang dimaksud, Soobin turun terlebih dahulu, memasuki makas yang tak ada penerangan diluarnya.

Kata Lee bersaudara, ini di sengaja, markas itu sangat-sangat dirahasiakan, hanya Jaemin dan Haechan yang pernah menginjakkan kakinya kedalama sana.

Namun, sekarang tempat itu menjadi tempat persembunyian sementara bagi orang-orang yang cukup dekat dengan siswa kelas unggulan.

Bomin menyambut mereka berempat, Soobin mengangguk memberi isyarat agar menuntun mereka memasuki ruangan dimana semua berkumpul.

Setelah sampai diruangan itu, mereka ber-empat menatap banyaknya orang disana.

Soobin terdiam menatap orang tua beserta kerabatnya yang menatapnya penuh intimidasi, seakan meminta penjelasan.

Ia berjalan menghampiri keluarganya yang duduk terpisah dari lainnya.

"Bisa kau jelaskan semua ini, Choi Soobin." ujar tegas ayahnya, Choi Siwon.

Soobin tanpa aba-aba segera berlutut dihadapan ayahnya, bagaimanapun ini sudah merupakan pelanggaran berat bagi aturan dalam hirarki keluarganya.

"Maafkan Soobin, ayah. Ini diluar kendaliku. Mungkin ayah sudah mendengarkan langsung penjelasan dari sepupu Choi Bomin disana. Benar, itu semua terjadi pada kami sekarang. Kami tidak punya pilihan selain melakukan ini semua. Maafkan aku sekali lagi, ayah." ujarnya panjang lebar dengan suara yang sangat penuh penyesalan.

"Kami akan coba mengerti keadaanmu sekarang nak Soobin. Lakukan dengan sebaik-baiknya, kau penerus kakak tertua Choi, jaga dirimu." ujar lembut wanita setengah tua yang merupakan adik ayahnya.

Soobin kembali menunduk, "terima kasih." ujarnya tegas tanpa mengubah posisinya.

Perbincangan keluarga bangsawan Choi diujung sana dapat terdengar jelas oleh Hyunjin, dan hal itu membuat Hyunjin merasa insecure dengan tata krama yang dimiliki keluarga bangsawan disana.

Ia menggaruk pipinya, mencoba tidak lagi menguping pembicaraan berbobot keluarga Choi itu, ia sekarang beralih menatap canggung beberapa rekan dancernya yang ikut diungsikan.

"Maaf membuat kalian ikut dalam pengungsian dadakan ini. Hanya satu malam, besok kalian bisa kembali seperti semula, yah walaupun tanpaku." ujarnya dengan suara pelan diakhir kalimatnya.

"Kami mengerti, setidaknya kembalilah dengan selamat nanti. Aku tidak akan memaafkanmu jika tidak kembali." ujar salah satu disana, mengancamnya dengan bercanda.

"Kau tenang saja San Hyung, kupastikan kita akan kembali Full Member." ujar Hyunjin memastikan walau tentu hal itu ia tidak yakinkan dalam hati.

Salah satu diantara mereka, menepuk pundak Hyunjin, "kami selalu menunggumu." ujarnya meremat pelan pundak Hyunjin.

Hyunjin mengangguk, tersenyum menatap Hyung tertua digrup dancernya itu, "terima kasih, Yugyeom Hyung."

Perbincangan mereka mengalir begitu saja, mencoba membicarakan apa saja sampai waktunya berpisah.

Di ujung lain, Hwall menatap datar temannya yang tengah menyengir kearahnya.

Ia menghampiri mereka, Hwall dengan ringan tangannya memberikan toyoran pada salah satu temannya disana.

"Jangan bertingkah bodoh, sialan." umpatnya pada Jongho yang tadi menyengir dengan bodohnya.

"Sorry, aku hanya senang bisa melihatmu lagi. Kau tidak tau saja bagaimana begitu was-wasnya aku saat melihat fotomu dan Sunwoo yang menjadi buronan disetiap stasiun televisi. Aku hampir gila, Hwall sialan!" umpatnya.

Geng Hwall tau, jika keluarga Soobin menatapi kumpulannya dengan tatapan intimidasi. Tapi apa boleh buat? Mereka jelas beda tata krama dengan keluarga itu.

"Sampai aku dan Sunwoo kembali, kuserahkan markas padamu. Untung kali ini aku memohon padamu untuk tutup mulut. Jangan sampai bertemu dengan orang-orang yang disebutkan oleh Bomin itu." ujar Hwal serius.

Hal itu diangguki oleh semua geng Hwall

Yangyang disebelah Chani hanya menatap semuanya dengan datar, iapun menatap satu wanita yang hanya diam sendirian menatapnya.

"Kau yang paling aman sepertinya. Hanya ada dia." ujar Chani memecah keheningan diantara mereka, dagunya maju seakan menunjuk satu-satunya kerabat Yangyang.

Yangyang mengangguk, kemudian menghampiri Shuhua yang masih menatapnya, tatapan cemas.

"Kau dimana-mana selalu bermasalah ya." dengus Shuhua.

"Setidaknya aku bermasalah di negara orang." ujar Yangyang santai.

"Cih. Jaga dirimu Liu." ujar tulus wanita itu pada sepupunya.

Yangyang mendekati Shuhua, menepuk pucuk kepala wanita itu, "selagi aku pergi, jaga dirimu. Hiduplah dengan bebas, uang ada dimarkas. Pakailah sepuasmu." ujarnya tulus.

Shuhua memalingkan wajahnya, tidak menatap sepupunya itu lagi, matanya berkaca-kaca, "kau harus kembali. Jika tidak, aku akan memberitahukan keberadaanmu pada keluarga kita." ancamnya dengan suara bergetar.

Yangyang untuk pertama kalinya terkekeh, "aku akan kembali. Janji." ujarnya penuh tekad.

Perbincangan mengalir begitu saja, hingga jam hampir menunjukkan jam 5 pagi. Mereka tidak dapat lama-lama disana.

Jadilah, mereka sekali lagi berpamitan, kemudian bergegas pergi.

"Pastikan mereka semua aman dari para aparat." ujar Soobin pada Bomin.

Bomin mengangguk, "pasti."

Chani diambang pintu markas melambai kearah mereka.

Keempatnya ikut melambai, dengan Hwall yang segera menancap gas pergi dari sana kembali menuju hutan pedalaman dimana persembunyian mereka semua.

Dan setelah itu, mereka pastikan akan menghancurkan gedung penuh tipu muslihat itu.

Tbc

Sebentar lagi kelas unggulan akan beraksi😎

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIFE [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang