LI

989 99 31
                                    

Di apartemen Hwang, kedua bersaudara itu sekarang duduk disofa dengan perasaan canggung. Rambut basah keduanya menandakan mereka habis membersihkan tubuh masing-masing, jangan tanyakan apa yang mereka lakukan tadi.

Drrrtt

Hyunjin yang baru ingin memulai pembicaraan seketika urung, karena ponsel miliknya bergetar tanda ada panggilan masuk.

Diambilnya ponsel itu, dan melihat nomor tanpa namalah yang meneleponnya, keningnya berkerut dalam, ia sangat mengingat jika nomornya tak pernah ia berikan kepada siapapun.

Tapi, daripada itu, ia mengangkat panggilan dari noname itu, ia sangat penasaran.

Yeji disebelahnya juga ikut penasaran, dan dengan itu, ia me-loudspaker-nya.

"Keluar dari apartemenmu sekarang!" Suara pria terdengar, membuat Hyunjin dan Yeji bertukar pandang bingung.

Walaupun, samar-samar mereka seperti mengenal suara ini.

"Ini Lee Jeno. Kau dan saudarimu dalam bahaya. Ah ralat, kita dalam bahaya." Lanjut pria itu lagi yang ternyata Jeno.

"Wait. Wait. Ada apa sebenarnya?" Tanya Hyunjin bingung, ia belum tau ada apa ini, bahaya? Why?! Hidupnya tak pernah membuat masalah padahal.

"Sebelum kau bertanya panjang lebar, ada baiknya kau bergerak sekarang! Waktumu tinggal sepuluh menit keluar dari sana! Orang-orang itu sedang menuju apartemenmu bodoh!" Ujar Jeno dengan suara agak kesal.

Hyunjin yang mendengar itu segera menarik Yeji tanpa mematikan sambungan teleponnya dengan Jeno.

"Aku harus kemana jika lolos?" Tanya Hyunjin lagi, ia perlu memastikan terlebih dahulu agar tak kelimpungan sendiri.

"Turun saja. Jinyoung serta Seungmin menuju apartemenmu." Jawab Jeno membuat Hyunjin lega.

"Aku matikan kalau begitu." Ujar Hyunjin lagi dan sebelum mendengar ucapan Jeno, ia sudah menutupnya.

Hyunjin menatap Yeji, mengangguk yakin dan segera membuka pintu.

"Ayo!" Ujarnya lagi dan mereka berdua segera berlari menuju elevator.

Dapat dilihatnya, elevator menampakkan jika ada seseorang yang menuju lantai dimana apartemennya berada.

Dan dengan itu, mereka berdua berbelok menuju tangga, menuruninya dengan cepat.

Hingga sampai dilantai dasar, mereka bersembunyi, rasa-rasa Hyunjin ingin mengumpat, ternyata ada beberapa yang menjaga didepan.

"Lewat samping." Bisik Hyunjin pada Yeji.

Yeji mengangguk dan berjalan pelan menuju pintu samping, untung saja mereka berdua tau beberapa jalan pintas diapartemen ini.

Akhirnya mereka sudah keluar dari apartemen, namun belum sepenuhnya jauh dari area apartemen.

Mereka kini memilih bersembunyi pada tembok, sesekali melirik kearah depan dimana beberapa orang berbadan kekar dengan senjata berada didepan gedung.

"Telepon Jeno lagi, Jin." Ujar Yeji yang langsung dilakukan oleh Hyunjin.

Sambungan telepon dengan cepat tersambung, kali ini Yeji yang mengambil alih.

"Dimana Jinyoung dan Seungmin menunggu?" Tanyanya pada Jeno.

"Baru saja tiba." Ujar Jeno, membuat Yeji menatap kedepan. Namun, tak menemukan kedua pria itu.

"Jalan sempit dibelakang gedung apartemenmu." Ujar Jeno lagi membuat Yeji mengangguk paham, kemudian ia mematikan sambungannya.

"Putar arah. Kita ke belakang. Jinyoung dan Seungmin menunggu disana." Ucap Yeji.

Hyunjin sekarang yang memimpin perjalanan, tentu masih dengan waspada, karena ia sangat yakin jika orang-orang itu sudah tau jika mereka kabur.

"Oh shit. Apakah kita harus memanjat pagar ini?" Umpat Hyunjin, melihat pagar yang cukup tinggi didepannya.

Jinyoung dan Seungmin tepat didepan mereka, tepatnya didalam mobil.

"Apa boleh buat. Tidak ada jalan lain." Pasrah Yeji dan dengan lincah menaiki pagar hingga sekarang sudah berada diluar.

Hyunjin menghela nafas, dengan malasnya menaiki pagar itu.

"Payah." Ujar Jinyoung mengejek Hyunjin yang lambat.

Saat Hyunjin akan mengumpati Jinyoung, suara lain lebih dulu terdengar, membuatnya menoleh.

"Yak! Kalian! Itu dia disana." Suara itu, ternyata salah satu dari orang-orang yang mengejarnya.

Hyunjin yang tadinya lambat, dengan cepat melewati pagar dan diatas pagar ia langsung melompat turun.

Dor
Dor
Dor

Suara tembakan dari orang-orang itu terdengar, Hyunjin segera berlari dan memasuki mobil. Seungmin yang menyetir segera tancap gas meninggalkan area itu.

"Hufft.. Hampir saja." Lega Hyunjin seraya menyandarkan tubuhnya.

"Kau hampir tertembak bodoh!" Pekik Yeji meninju keras lengan Hyunjin.

"Sorry." Hanya itu yang dapat Hyunjin katakan, tadi itu memang salahnya.

"Matikan ponsel kalian." Ucap Jinyoung serius, kini tangannya sibuk mengotak atik tab didepannya.

Yeji yang memegang ponsel Hyunjin, segera mematikannya, ia tak membawa ponselnya, itu tertinggal di apartemennya karena terburu-buru kabur tadi.

"Sebenarnya siapa mereka? Mengapa mengincar kita?" Tanya Hyunjin penasaran, ia tak tau salahnya dimana, ia hanya Youtubers, dancer dan juga perenang, apa yang salah dengan pekerjaannya? Semuanya itu legal, atau....

Karena masa lalunya?

"Para utusan ayahku." Jawab Jinyoung.

Hyunjin dan Yeji semakin kebingungan.

"Ayahmu?" Tanya Yeji memastikan.

"Aku juga tidak paham apa yang mereka lakukan. Tapi satu hal yang mungkin, mengapa kita diincar-" Ujar Jinyoung, menoleh kebelakang dimana Hyunjin dan Yeji berada.

"Apa itu?" Tanya Hyunjin menatap serius Jinyoung.

"Kita akan dijadikan bahan eksperimennya." Lanjut Jinyoung dengan tangan terkepal.

Hyunjin dan Yeji yang mendengarnya kaget bukan main.

"What?! Eksperimen?! Oh god, it's so crazy, man." Ujar Hyunjin tak dapat menutupi keterkejutannya.

"Memang ini sangat gila. Akupun tak habis pikir. Aku yang anaknya saja akan dijadikannya eksperimennya. Orang dewasa memang gila." Ujar Jinyoung dengan suara menahan emosi.

Yeji menyernyit bingung, "But. Why? Maksudku, kita hanya siswa pelajar biasa. Apalagi Aku dan Hyunjin." Ucapnya, ia benar-benar bingung, tak pernah reefikirkan ia dan Hyunjin akan dijadikan bahan eksperimen.

"Kau salah." Sanggah Seungmin, lalu melanjutkan ucapannya tanpa mengalihkan fokusnya dari depan, "jika kau diincar juga, berarti kau tidak biasa. Yang bisa kusimpulkan sekarang, kelas unggulan hanya kedok dari pihak sekolah. Yang pada akhirnya kelas unggulan adalah tempat berkumpulnya manusia yang memiliki kecerdasan lebih, IQ diatas rata-rata, dan sangat tidak masuk akal jika dimiliki oleh manusia biasa." Jelasnya.

"Oh god. Aku tidak ingin menjadi buronan!" Teriak Hyunjin mengacak surainya frustasi.

"Sudah terlambat Bro. Kau sekarang didaftar buronan. Lebih tepatnya buronan para pemerintah dan profesor berotak gila." Ucap Jinyoung seraya memperlihatkan tab yang dimana menampilkan, data-data dirinya dan 17 orang lainnya.

"Shit!" Dan hanya umpatan yang bisa Hyunjin utarakan.

Hening sejenak.

Hingga Yeji menyeletuk, "Sekarang. Kita akan kemana?"

"Tempat dimana kita tidak bisa dilacak." Ucap Seungmin lagi dengan suara datarnya, dan menambah laju mobilnya.

Tbc

:(( Mian-hamnida baru up>_<

LIFE [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang