XXIV

1K 124 2
                                    

Mobil putih yang membelah jalanan kota Seoul, membawa sekiranya enam penumpang dengan satu wanita yang kini duduk dijok dekat pengemudi, dua dijok tengah dan dua dijok belakang.

Sahut-sahutan dari jok tengah dengan belakang membuat satu-satunya wanita itu menoleh terlihat cemas menatap bergantian lelaki dibelakangnya.

"Jaemin, apa masih jauh?" Ucap wanita satu-satunya itu menatap Jaemin, pria yang duduk dijok tengah dengan Jisung berada di pelukannya.

Jisung sampai sekarang masih gemetar dengan menyebut tiga nama berulang kali, Minho hyung, Chaeyeon, dan Brian hyung, itulah nama yang digumamkan oleh Jisung sampai sekarang.

"Masih jauh Ji, Kawasan rumah kami memang agak jauh dari sekolahan." jawab Jaemin agak kentara dengan wajah sesalnya.

Yeji merenung sejenak dan menoleh ke sampingnya dimana saudaranya menyetir.

"Jin, sebaiknya putar balik ke apartemen." sahut cepat Yeji kepada Hyunjin.

Hyunjin menatap sekilas Yeji meminta penjelasan.

"Aku pikir, telepon saja orang-orang yang dibutuhkan Jisung dan Haechan." jawab Yeji yang mengerti arti tatapan saudaranya.

"Apa tidak merepotkan?" tanya Jaemin agak merasa bersalah sudah merepotkan saudara Hwang itu.

Yeji tersenyum tulus, "Tidak apa. Aku merasa senang membantu."

Junkyu yang mendengar suara nan tulus itu ikut tersenyum, memang jujur ucapan Yeji, ia merasa senang akhirnya ia bisa melihat satu teman kelasnya yang baik selain Chaewon, dan ada dua lagi yang menurutnya tidak palsu dikelasnya, selain itu semuanya terlihat fake.

"Terima kasih, jika bukan karena kau. Aku tak tau lagi bagaimana nasib mereka berdua." Ucap tulus Jaemin dan tersenyum kearah Yeji.

"Ini bukan apa-apa, aku tulus membantu kalian, lagi pula aku tau bagaimana perasaan mereka berdua saat insiden tadi." ucapnya walau dengan tatapan kosongnya.

Hyunjin yang sudah fokus menyetir lagi, kini menoleh ke Yeji dan menghela nafas gusar, Yeji mulai lagi.

"Sudah kukatakan, lupakan." Ucap Hyunjin tegas.

Yeji sontak tersadar dan mengangguk lemah. Menoleh kembali kedepan, memperbaiki letak duduknya agar terasa rileks lagi, sepertinya ia butuh sedikit ketenangan dulu hingga pikirannya kembali jernih.

Hening melanda dalam mobil itu, Jisung dan Haechan kini tertidur walau nampak jelas kegelisaan diwajah keduanya. Hingga dimana mobil memasuki basement tak ada yang bersuara. Hyunjin mematikan mesin mobilnya setelah memarkirnya.

"Ayo. Apartemen kami ada di lantai dua." ucap Hyunjin sekaligus membuka pintu mobil, berjalan membuka pintu dimana Yeji didalamnya, diangkatnya Yeji ala bridal style, memang tadi wanita itu tertidur setelah acara melamunnya.

Diikuti Jaemin yang memapah Jisung menunggu Junkyu yang duduk di jok belakang dengan Haechan yang sudah agak lebih baikan.

"Kita ada dimana?" suara lemah Haechan menyapa pendengaran mereka saat berada di dalam elevator.

"Kita akan ke apartemen Hwang." ucap Junkyu dengan lembutnya, harus sangat halus, jika tidak Haechan kembali seperti tadi, temperamen anak itu sangat tak bagus, sangat amat sensitif.

Haechan mengangguk lemah sebelum akhirnya bersandar kembali di bahu Junkyu, masih lemas.

Elevator terbuka, keenam anak itu kini berjalan sedikit lagi agar sampai di apartemen.

Sekedar info, Yeji masih tidur didalam gendongan saudaranya, sepertinya anak itu lelah sehabis menangis.

Membuka pintu apartemennya setelah memasukkan beberapa digit pin, melangkah kedalam. Hyunjin segera ke kamar Yeji, dibaringkannya di ranjang didalam sana sebelum akhirnya keluar menatap keempat teman sekelasnya yang belum duduk.

"Langsung duduk saja tidak usah sungkan, Jisung serta Haechan tidurkan saja dikamarku." ucap Hyunjin agak bersahabat dengan keempatnya.

"Terima kasih Jin." ucap Jaemin segera memapah Jisung kekamar yang sudah ditunjukkan oleh Hyunjin disusul Junkyu yang memapah Haechan, setelahnya mereka keluar dan duduk di sofa ruang tamu, dengan Hyunjin yang sudah duduk di singel sofa.

"Emm.. Boleh aku bertanya?" pecah keheningan, Hyunjin berbicara setelah Jaemin serta Junkyu duduk.

"Silahkan. Aku tau kau sangat penasaran dengan mereka." ujar Jaemin mengerti.

"Apakah terjadi sesuatu dengan mereka? Hingga seperti itu?" tanya Hyunjin, pertanyaan yang sejak tadi menghantui pikirannya.

Jaemin menghela nafas dan tersenyum getir, "Yahh... Ada trauma yang membuat mental mereka agak terganggu."

Junkyu memilin ujung seragamnya harap cemas, Hyunjin memiliki aura yang cukup tak mengenakkan untuknya, anak didepannya itu memiliki berjuta-juta rahasia yang tidak dapat ia ungkapkan satu-satu.

"Trauma? mental terganggu? Maksudmu gangguan mental?" tanya Hyunjin lagi memastikan.

Jaemin mengangguk, "Kau pasti tak akan percaya, tapi Jangan terkecoh dengan apa yang hanya kau lihat sekilas, coba selami lebih dalam, kau akan tau yang sebenarnya, Haechan yang kau lihat ceria setiap saat nyatanya yang rapuh, Jisung yang kau lihat tersenyum nyatanya kesedihan yang selalu ia sembunyikan."

Hyunjin tertegun, sangat menyesal sudah menganggap Jisung dan Haechan adalah pengganggu dikelas. Akhirnya ia mengerti, tapi pikirannya kali ini berkelana lebih jauh, ia memikirkan murid kelas unggulan lainnya yang tampak sekali kemisteriusannya.

'Apakah sama?'

Kembali Hyunjin menatap Jaemin dan Junkyu bergantian, "Apa kalian pun sama?"

Keduanya menegang sesaat, tak habis pikir bisa-bisanya Hyunjin menanyakan itu kemereka berdua, padahal Jaemin tak menyinggung kedirinya ataupun Junkyu, ah yah baru teringat jika Hyunjin siswa kelas unggulan.

"Kau pantas disana, bisa dibilang begitu." tak Jaemin jelaskan lebih lanjut, Hyunjin pasti mengerti.

Junkyu semakin bungkam, jaemin sudah jujur, haruskah? Haruskah diuangkapkan secepat ini? Ia belum menyelami lebih dalam teman kelasnya.

Hyunjin menerawang kembali, mendengar ucapan Jaemin, ia merasa bebannya agak sedikit menghilang? Ia berfikir hanya dirinya yang begitu miris hidupnya. Ternyata, tidak terduga ia menemukan yang lebih miris dari dirinya.

Mungkin lain kali ia harus memperhatikan lebih rinci teman kelasnya.

Mungkin lain kali ia harus memperhatikan lebih rinci teman kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tbc

Kkkk.. Sekali-kali ngegantung gak apa? Eh? Atau udah berkali-kali digantungin gini yah... ^^

LIFE [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang