XXV

1K 127 7
                                    

Disuatu kawasan kumuh dan tidak terpakai, lebih tepatnya gedung usang yang berada ditempat yang sudah jarang ditempati karena begitu jauh dari jalan utama kota Seoul, inilah tempat yang menjadi pijakan dua pria tampan yang memakai pakaian serba hitam dengan topi serta masker melengkapinya agar tidak terdeteksi wajah keduanya.

Pria yang sejak keluar kelas tadi mendapat pesan ancaman dan berakhir di depan gedung yang dimaksud, dua pria tampan itu, Lee Jeno dan Lee Eric.

"Sudah kukatakan ini jebakan. Dia terlalu bodoh menganggap kita remeh." ucap suara dibalik masker itu, Jeno.

"Memang mencari masalah, apa dia tak kapok mengurusi hidup kita? Kita sudah lepas tangan dari pria tua sialan itu." timpal satu pria lagi yang sangat persis dengan pria sebelumnya, Eric.

Pria tua sialan. Itu perumpamaannya bagi ayah mereka yang mengambil langkah salah dengan mengancam Jeno.

"Walau hanya aku yang akan dia celakai, karena aku sudah berani membunuh jalangnya." Tidak salah memang ia membunuh wanita yang tengah bersama ayahnya, karena wanita itu tau tentang dirinya dan selalu mengganggu dirinya dengan menukar pesan yang berisi kata-kata menjijikan.

"Wanita menjijikan. Kenapa pria sialan itu mencintainya padahal tak ada perceraian dengan ibu." umpat Eric.

Jeno mengangkat bahu tak peduli, mengeluarkan pistol dari balik saku jaketnya, "sebaiknya kita selesaikan sekarang."

"Yak! Kau akan membunuhnya?" tanya Eric tak percaya, bagaimanapun ayahnyalah yang membesarkannya dulu.

"Jika itu perlu akan kulakukan." jawab Jeno seadanya dan berjalan masuk, "ayo."

"Kau terlalu mirip dengannya. Ck." dumel Eric lagi dan mengikuti jejak Jeno yang sudah masuk ke gedung kumuh itu.

Semakin jauh mereka berjalan masuk, semakin terdengar suara sahutan seseorang, tak ada pencahayaan selain bantuan dari bulan purnama.

Jeno memberi aba-aba agar merapat pada tembok dan berjalan perlahan, sesaat setelahnya ia mengintip dan melihat seseorang yang sedang disekap. Memperhatikan lebih jeli dengan mata sipitnya yang terdapat mole dibawah kelopak mata kanannya, ia agak mengenal orang itu.

"Ada seseorang yang ia sekap, sepertinya memang ia ingin kita datang." bisik Jeno pada Eric dibelakangnya.

"Sesuai rencana awal Jen." ucap Eric mantap yang diangguki sekali oleh Jeno.

Akhirnya Eric melangkah keluar, membuka topi serta masker diwajahnya, dan mengangkat tangan tanda menyerah.

"Oh?! Akhirnya kau datang nak." suara yang terdengar dibuat-buat riang itu, "Lihatlah Yoona anakmu begitu berbakti."

Jeno serta Eric yang mendengar nama seseorang yang telah meninggalkannya itu namun sialnya tak dapat dibencinya menegang ditempat masing-masing, Eric yang menunduk kini mendongak menatap wajah wanita yang sudah pucat didepannya.

"Kau!" Emosi Eric ingin beranjak dari tempatnya namun segera ditahan oleh bawahan Ayahnya.

'Sialan.' umpatnya dalam hati.

Jeno yang melihat semua itu memejamkan mata mencoba berfikir jernih, ia tak boleh gegabah, jika seperti ini rencananya dengan Eric yang sudah disusun matang bisa gagal, jika ia berlari keluar.

"Menyerahnya Lee Jeno, dan ikut denganku." ucap ayahnya didepan sana yang sudah menjambak surai istrinya.

'Payah. Anak sendiri tak dapat ia bedakan, Lee sialan Donghae.' batin Eric mendecih dengan tatapan sinis.

"Kau pikir, kau siapa beraninya memerintah diriku." ucap Eric dengan tenang.

Lee Donghae, menggertakan gigi tanda kesal luar biasa, "Anak kurang ajar! Beraninya kau bicara seperti itu pada ayahmu sendiri!"

"Cuih. Tak akan pernah sudi aku memanggilmu dengan kata suci itu." sarkas Eric membuat Donghae hampir melesatkan satu peluru kepada anaknya.

"Pukul dia!!" Titah Donghae kepada bawahannya yang lain dan melesatkan satu bogeman di wajah Eric.

Jeno sungguh emosi, memasukkan pistol didalam jaketnya ia muncul dari balik tembok dan menerjang punggung bawahan ayahnya dengan tendangannya.

"Rencana B." ucap singkat Jeno dan didengar jelas oleh Eric.

Eric akhirnya menendang bawahan yang masih memegangnya, memelintir tangan kekar itu dalam sekali.

Donghae tentu terkejut, ia pikir hanya satu anaknya yang pergi karena hanya Jenolah yang ia kirimkan pesan ancaman.

"Kau pikir aku akan terjebak dengan ancmanmu tuan Lee?" ucap tenang Jeno setelah menuntaskan dua bawahan ayahnya walau sekali terkena bogeman di pipi hingga bibirnya sobek begitupun Eric.

"Tidak bisa membedakan anak sendiri. Cuih." ucap Eric dan meludahkan darah akibat bibirnya sobek.

Yoona hanya bisa menangis melihat anaknya yang sekarang sudah dewasa tapi bermasalah. Ada sepercik penyesalan tidak membawa anaknya pergi dari kediaman suaminya dulu.

"Lepaskan dia tuan Lee, jika tidak, peluruku ini tak segan-segan tertanam di otakmu." ucap tenang Jeno dengan datarnya.

Donghae menggeram marah, memberi aba-aba pada bawahannya yang tersisa agar melepaskan Yoona dan menjauh dari sana, pergi dengan tenang, Lee twins hanya melihat kepergian itu dengan wajah datar dan beralih kepada Yoona yang masih terduduk menatap anak-anak yang sudah lebih tinggi darinya.

Mengumpulkan tenaga tersisa, ia berdiri dan berjalan kearah anak-anaknya yang hanya mematung. Saat sampai didepan kedua anaknya, dipegangnya pipi keduanya mengelus sayang dan menghamburkan pelukannya.

Jeno serta Eric tersentak, namun tak melepaskan, merasa nyaman berada didekapan sang ibu, walau mereka tak membalas, dan tidak dapat bergeming, membiarkan ibunya menangis disela-sela keduanya.

"Maafkan ibu nak-hiks, seharusnya aku membawa kalian keluar dari rumah itu-hiks." ucap terisak Yoona dengan tangan mengelus surai lembut kedua anaknya.

Melepaskan pelukannya, menatap kedua anaknya yang begitu mirip, ia hampir tak mengenali yang mana Jeno dengan Eric, tak berselang lama saat ia melihat mole dibawah mata Jeno, akhirnya ia dapat membedakan.

Pening melanda Yoona, penglihatannya seperti berputar-putar dan dalam sekejap wanita tua namun cantik itu pingsan kearah depan, menubruk Jeno serta Eric.

Jelas panik melanda keduanya, mungkin ini ekspresi lain yang dilakukan keduanya setelah sekian lama tak pernah merasakan sensasi ini.

"Angkat ibu. Aku akan mengambil mobil." ucap Jeno jelas panik dan berlari dengan kencang menuju mobil dan melajukan mobil itu kedalam gedung.

Eric yang menggendong Yoona kini dengan sigap membaringkan ibunya dijok tengah setelah dibukakan oleh Jeno dan segera masuk dijok depan sebelah Jeno, mengemudikan dengan cepat menuju rumah sakit pusat Seoul.

'Semoga kau tak apa ibu.' Batin Jeno yang fokus menyetir.

'Bertahan ibu.' batin Eric yang menatap harap cemas kearah Yoona yang sangat pucat.

' batin Eric yang menatap harap cemas kearah Yoona yang sangat pucat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc

Iya tau kok Gaje><
Btw... Chapter XXIII Lelaki sipit bermole kanan itu Jeno:) tau hyunjin juga bermole:v tapi aku nambahin lelaki sipit lainnya otomatis meruju ke eric:)

LIFE [00L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang