.
.Terdengar suara ketukan pintu di kamar Y/n. Y/n membuka pintunya dan ternyata itu Felix. Y/n pun sedikit membulatkan matanya dan Felix langsung mengutarakan niatnya saat itu,
"Makan malam bareng yuk."
Y/n pun menggelengkan kepalanya sambil menjawab,
"Maaf. Aku gak bisa."
Jawaban itu langsung membuat Felix tertawa kecil dan Y/n yang masih menatap Felix itu pun sedikit memonyongkan bibirnya.
"Kenapa kamu selalu menghindar dariku? Kenapa?" tanya Felix sambil tertawa kecil dan Y/n pun menjawab dengan santainya,
"Aku gak menghindar kok. Aku cuma lagi sibuk aja."
"Yaudah. Sekarang ayo makan malam bareng." ajak Felix sambil langsung memegang tangan Y/n hingga Y/n kembali membulatkan matanya karena hal itu.
Tanpa menunggu persetujuan dari Y/n, Felix langsung menarik tangan Y/n dan membawanya keluar dari penginapan.
"Felix, kumohon jangan memaksa. Aku lagi gak pengen keluar kamar." ucap Y/n sambil mencoba melepaskan tangan Felix yang memegang tangannya itu.
Namun Felix tidak mempedulikan hal itu hingga sampailah di halaman penginapan dan tiba-tiba saja Felix menghentikan langkahnya tanpa mengatakan apapun. Tentunya Y/n juga menghentikan langkahnya dan ternyata Felix menghentikan langkahnya karena salju turun dengan derasnya. Felix pun menoleh pada Y/n sambil bertanya,
"Makan di kamar aku aja, yuk. Salju turun nih."
Y/n belum sempat menjawab dan Felix sudah menarik kembali tangan Y/n menuju kamarnya.
"Felix, kok kamu gitu sih?" tanya Y/n dengan manjanya sambil berusaha melepaskan tangan Felix yang terus menggenggam erat tangannya itu.
Hingga sampailah mereka di dalam lift. Mereka berdua naik lift karena kamar Felix ada di lantai 3. Pintu lift baru saja tertutup, Y/n pun berkata dengan kesalnya setelah Felix melepaskan tangannya,
"Felix, kok kamu jadi maksa gini sih? Tangan aku sakit, tahu gak?"
"Lemah."
Ejekan Felix itu membuat Y/n membulatkan matanya sambil bertanya,
"Maksudmu apa?"
Felix pun menoleh pada Y/n yang berdiri di sampingnya itu sambil menjawab,
"Jadi cewek itu harus kuat. Kalau enggak, ya tahu sendiri lah akibatnya. Disini, kita bukan tinggal di desa. Ini kota New Haven, Amerika Serikat. Kota ini keras dan yang lemah akan hidup menderita disini."
Ucapan yang cukup santai itu membuat Y/n terdiam sejenak hingga pintu lift pun terbuka. Felix kembali memegang tangan Y/n dan membawanya ke kamar miliknya.
Sesampainya disana, Y/n pun melihat ke sekeliling kamar Felix yang terbilang luas itu. Felix pun melepaskan tangan Y/n dan ia langsung menuju dapur yang ada di kamarnya itu tanpa berpamitan pada Y/n. Namun, Felix yang sudah berada di dapur itu menoleh pada Y/n yang masih berdiri di depan pintu itu dan memanggilnya,
"Hey, Nona Glori."
Y/n pun melihat ke arah Felix dan Felix pun tersenyum sambil berkata,
"Hanya ada mie instan. Kita makan malam pake mie instan aja ya."
Y/n pun mengangguk pelan, lalu perlahan kembali melihat ke sekeliling kamar Felix. Felix yang sudah menyiapkan mie instan untuknya dan Y/n itu pun tertawa kecil sambil kembali berkata setelah melihat Y/n sekilas,
"Anggap saja ini kamarmu sendiri. Gak usah malu untuk melakukan apapun."
Y/n pun kembali menoleh pada Felix karena perkataannya itu dan tampaknya, Felix sudah fokus memasak. Y/n pun berjalan mengelilingi kamar Felix secara pelan dan kamar Felix ini tampak elegan hingga tak tampak seperti kamar seorang laki-laki. Dari penampilannya, Felix tampak seperti badboy, tapi berbeda dengan penampilan kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Me Be A Pshyco
RandomApa yang membuat Y/n berubah hingga memiliki dua kepribadian serta menjadi seorang Psycho? "Apakah aku terlahir ke dunia ini hanya untuk menderita?" "Lelaki sepertimu tidak pantas untuk hidup di dunia ini." Perubahan sikap serta perasaan Y/n ini mem...