Part 34 [ Dendam terbayarkan ]

252 47 5
                                    

"Dor!"

"Tyaarrr!"

"Aaaaa!"

Aeri berteriak dengan kencangnya karena ada tembakan yang memecahkan kaca ruang tamu Mansion bersamaan dengan guci yang ada di dekat Aeri tersebut.

Saat itu Y/n pun tersenyum puas karena telah membuat Aeri terkejut serta ketakutan.

"Siapa kamu?" teriak Aeri dengan detak jantung yang mulai tidak normal itu.

Y/n pun menjawab pertanyaan dari Aeri itu dengan suara yang terdengar memberat karena hatinya sudah penuh dengan rasa dendam,

"Karenamu, aku keguguran. Karenamu, aku sengsara. Saatnya kamu yang harus merasakan yang seperti apa itu rasanya sengsara."

Tentunya Aeri pun membulatkan matanya karena jawaban itu.

"Siapa kamu, hah? Keluar kalau kamu berani?" teriak Aeri dengan rasa ketakutannya yang mulai merasuki dirinya.

Dari jendela yang sudah pecah itu, Y/n yang saat itu menggunakan sepatu boot itupun melangkah masuk ke dalam Mansion dan hal itu tentunya membuat Aeri langsung membulatkan matanya.

"Y/n." panggil Aeri dengan pelan namun terdengar bergetar karena ketakutan.

Y/n pun tersenyum pada Aeri dengan senyuman yang penuh kebencian.

"Apa maumu, hah?" teriak Aeri dengan semakin ketakutannya.

"Kamu takut? Heuhh? Mana nyalimu yang dulu saat dengan beraninya kamu merenggut calon bayiku di depan umum? Mana?" tanya Y/n dengan senyuman sinis serta dengan tatapan tajamnya dan Aeri pun kembali bertanya,

"Apa maumu? Katakan?"

Dengan senyuman manisnya, Y/n pun menjawab sambil perlahan mengarahkan pistolnya pada Aeri,

"Aku mau kamu mnderita dengan sakit yang seperti ini."

"Dor!"

"Aaaaa!" teriak Aeri saat peluru berhasil sedikit melukai lengannya.

Sedikit, peluru Y/n hanya sedikit melukai Aeri. Y/n memang berniat untuk tidak menembuskan pelurunya pada tubuh Aeri, karena Y/n berniat untuk menyiksa Aeri saat itu.

Aeri pun tersungkur karena sakit yang benar-benar tidak tertahan di lengannya itu. Y/n pun menghampiri Aeri yang tersungkur itu dan Y/n pun langsung menarik lengan Aeri dengan kasarnya.

Y/n pun menatap Aeri dengan manisnya sambil berkata,

"Aku bisa saja membunuhmu saat ini. Tapi, aku mau kamu menderita terlebih dahulu, walaupun perbuatanmu itu tidak sebanding dengan balasan yang kuberikan ini."

"Aku mohon, jangan sakiti aku. Aku minta maaf." ucap Aeri sambil mulai menangis.

"Menangis? Rupanya kamu juga jago untuk berakting, ya. Hahaha...." ucap Y/n sambil tertawa dengan cukup kerasnya.

"Aku gak berakting. Aku benar-benar memohon padamu, maafkan aku." ucap Aeri dengan tangisnya yang semakin menjadi jadi itu dan seketika tawa Y/n pun terhenti.

"Apa dengan kata maaf itu, bayiku akan kembali? Tidak. Sebaiknya kamu terima balasan dariku." ucap Y/n dengan tatapan tajamnya dan...

"Brukk! Brukk! Brukk! Bruukk!"

Y/n pun menendang perut Aeri berulang kali menggunakan lututnya, sama seperti saat Aeri melakukannya pada Y/n waktu itu hingga calon bayi rahimnya harus gugur karenanya.

Empat kali tendangan itu langsung membuat Aeri tersungkur sambil meringis kesakitan.

"Mana nyalimu? Ayo lawan aku!" ucap Y/n dengan nada tingginya sambil menendang lengan Aeri yang terluka karena goresan peluru itu sebanyak tiga kali dengan kerasnya hingga goresan karena tembakan itu semakin melebar.

Make Me Be A Pshyco Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang