Chapter Two

1.7K 254 11
                                    

"Hidup Yang Mulia Raja Erick!" Seru rakyat Kaizen. Berlutut memberi hormat pada Raja yang baru. Murasaki Erick tidak dapat menutupi kejahatannya mengkhianati dan membunuh Raja sebelumnya beserta keluarga kerajaan. Padahal ia sudah memakai pakaian tertutup dan melakukan pemberontakan itu secara diam-diam juga mendadak. Namun seperti kata pepatah 'Sepandai-pandainya kita menutupi bangkai, pasti baunya akan tercium juga.'

Sebagaimana dugaan [Name] para prajurit tidak datang ke istana saat itu karena mereka memihak ayah [Name] yang merupakan panglima tertinggi kerajaan. Dan sebagian di antara mereka justru adalah penyusup yang masuk ke istana bersama ayah [Name]. Memang terkadang prajurit lebih mematuhi atasan mereka daripada sang penguasa.

Karena itulah Murasaki Erick lebih mudah menduduki takhta karena kekuatan militer berada di genggamannya.

Meskipun rakyat tidak tahu bagaimana masa depan Kaizen nanti di masa pemerintahan Raja Erick--apakah akan sama saja dengan Raja sebelumnya karena Erick pun membunuh keluarga kerajaan dengan kejam atau akan lebih baik? Atau justru malah lebih buruk?-- namun rakyat biasa hanya bisa menundukkan kepala mereka dan berlutut pada penguasa.

Setelah upacara pelantikan Raja, [Name] pun diangkat menjadi Putri Mahkota. Sungguh ini sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya. Dan jauh dari rencana serta cita-citanya. Bukannya menjadi prajurit, ia malah jadi seorang putri? Ia pun terpaksa harus keluar dari Sekolah Prajuritnya dan masuk ke Sekolah Menengah Bangsawan.

Walaupun pelajaran umum pun ada di Sekolah Prajurit sehingga sudah pasti [Name] tidak akan kaget atau jadi bodoh di sekolah biasa, namun tetap saja ia pasti tidak akan betah jika harus duduk diam menyimak pelajaran di kelas sepanjang hari. Ia sudah terbiasa menghabiskan berjam-jam waktunya untuk belajar berpedang atau bela diri.

Erick menatap putrinya yang terlihat murung di sepanjang upacara. "Tersenyumlah, sekarang kau adalah Putri Mahkota negeri ini. Semuanya akan menjadi lebih baik kedepannya." Katanya sambil menggenggam tangan mungil putrinya. Ia tidak tahu kalau putrinya itu sedih karena ia telah membunuh cinta pertama putrinya.

[Name] tentu mengerti niatan dan tujuan ayahnya melakukan semua ini. Kaizen memang kerajaan yang bobrok dan perlu diperbaiki, dan ia yakin ayahnya berambisi untuk memperbaiki bukannya tambah merusaknya. Ia pun yakin kalau Kaizen akan menjadi kerajaan yang makmur jika di bawah kekuasaan ayahnya yang bijak itu. Namun tetap saja menurutnya membunuh itu salah. Apalagi membunuh Pangeran Raiden yang tidak salah apa-apa.

Tapi sekali lagi [Name] tahu kalau Pangeran Raiden memang harus dibunuh juga karena ia adalah penerus takhta ayahnya. Jika pangeran dibiarkan begitu saja, mungkin awalnya ia tidak akan melawan ayah [Name] yang sudah memegang takhta namun sebagai pewaris yang sebenarnya, suatu hari nanti ia pasti akan membunuh ayah [Name] untuk merebut kembali haknya. [Name] mengerti kalau ayahnya memikirkan kemungkinan itu.

Dengan terpaksa, [Name] menuruti perkataan ayahnya untuk tersenyum pada rakyatnya. Beberapa di antara mereka berbisik kalau [Name] cantik.

"Putri mahkota sangat cantik, tapi sayangnya ayahnya berkhianat seperti itu. Apakah hati putrinya juga sebusuk ayahnya?"

"Jangan bicara seperti itu! Raja Erick justru menyelamatkan kita dari Raja yang otoriter itu."

"Yah, kita berdoa saja semoga Kaizen menjadi lebih baik."

"Tapi sayang sekali Pangeran Raiden harus terbunuh juga. Padahal ia baik hati sekali. Dan kudengar ia juga dekat dengan Putri [Name]."

"Benar, coba lihat wajah Yang Mulia Putri. Pasti ia sedih akan kematian pangeran."

›››‹‹‹

Beberapa tahun berlalu setelah peritiwa pengkhianatan itu. Kaizen di bawah kepemimpinan Raja Erick berkembang pesat. Meskipun lagi-lagi harus ada pertumpahan darah, namun ia berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil lainnya sehingga terbentuklah Kerajaan Kaizen yang besar dan kuat.

•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang