"Apa kamu mengenaliku, [Name]?" Tanya Kiyoko pada [Name] yang baru saja bangun.
"Kiyoko..." Ucap [Name] lemah.
"K-kalau saya? Anda ingat saya kan, Yang Mulia?" Kata Michimiya.
"Michimiya..."
Mata Michimiya berkaca-kaca. Ia menangis dan tersenyum lega. Tanpa sadar, Kiyojo juga meneteskan air matanya. "Syukurlah...."
"Apa yang terjadi? Ini dimana?" Tanya [Name].
"Sebaiknya kamu istirahat dulu. Setelah kondisimu stabil, aku akan menceritakan semuanya." Kata Kiyoko.
Hanya perlu dua hari sampai kondisi [Name] stabil. Mulai dari detak jantung dan tekanan darahnya sampai suaranya yang tidak terdengar lemas lagi. Selama itu, Ushijima dan para selir juga yang lainnya tidak diperbolehkan menemui [Name] dulu. Kiyoko dan Michimiya yang mengganti baju dan membersihkan tubuh [Name] setiap hari.
"Jadi.... Paman Norio yang meracuniku? Lalu.... Bayiku....." [Name] tampak sangat terpukul. Setelah tahu ia keguguran, ia terus menangis sepanjang hari. Ushijima dan para selir hanya bisa mendengarkan tangisan itu dari luar.
"Selain itu.... Kurasa kau harus tahu..." Kiyoko tampak ragu untuk menceritakan semuanya. "Awalnya Norio mengajak Pangeran Ushijima untuk membunuhmu dan Pangeran Ushijima sudah setuju. Tapi kemudian dia berubah pikiran. Tapi, karena dia takut hubungannya denganmu berakhir, makanya dia tidak melaporkan Norio."
[Name] tidak berkata apa-apa mendengar cerita itu. Namun matanya seolah mengatakan semua perasaannya.
"Kenapa paman Norio melakukan ini padaku?" Lirih [Name].
Kiyoko menatap [Name] yang masih terbaring tak berdaya. "Apa kau tahu kalau ternyata selama ini pemberontakan hari itu adalah rencana pamanmu?"
"Apa?!" [Name] sangat kaget.
"Pemberontakan itu bukan ide ayahmu, tapi pamanmu. Tapi karena ayahmu adalah Panglima Perang, jadi dia lebih dipercaya para prajurit sehingga dia yang ditunjuk menjadi Raja." Jelas Kiyoko. "Norio marah karena bukan dia yang menjadi Raja. Makanya dia membunuh ayahmu dengan racun."
"Jadi, penyakit ayah dan kematian ayah karena paman?" [Name] sama sekali tidak mengerti. Ia terus dihantam berita buruk sejak ia bangun dari komanya selama hampir sebulan.
"Benar..." Kata Kiyoko. "Lalu dia juga ingin membunuhmu demi merebut tahkta. Perang ini juga dia yang merencanakannya agar kau kesulitan dan mengundurkan diri."
"Cukup....." Ucap [Name]. "Aku tidak bisa mendengarnya lagi...."
Kiyoko dan Michimiya pun keluar dari situ dan membiarkan [Name] sendiri untuk sementara.
›››‹‹‹
"Hahahahaha... Aku beruntung juga karena [Name] mengangkat selir." Tawa Norio di ruang kerja mewah yang tadinya dipakai [Name]. "Kerajaan ini jadi memiliki banyak sekutu. Yah..... Memang enak kan kalau punya wajah yang cantik atau tampan?"
"Yang Mulia Raja..." Seseorang mengetuk pintu ruangan.
"Masuk!" Kata Norio.
"Yang Mulia, saya ingin melapor bahwa kami belum menemukan [Name] dan yang lainnya."
"Hah?! Sebenarnya apa yang kalian lakukan selama hampir sebulan ini hah?!" Norio menggebrak mejanya murka.
"Maaf, Yang Mulia, yang menyelamatkan mereka adalah Mayor Sawamura Daichi. Dia memang sangat pandai bersembunyi dan menghapus jejak."
"Ck, pokoknya aku tidak mau tahu, tangkap mereka semua! Aku ingin melihat mereka dieksekusi. Aku ingin melihat bagaimana ekspresi mereka ketika kepala mereka dipenggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•
Fiksi Penggemar[15+] / [17+] !Cerita ini tidak mengandung unsur LGBT, bukan cerita BxB atau BL! Murasaki [Name] yang merupakan Ratu Kerajaan Kaizen terpaksa harus menikah dengan pangeran kerajaan tetangga untuk menambah kekuatan kerajaannya di tengah perang melawa...