Oikawa duduk diam dan tenang di ruang kerjanya. Wajahnya tampak serius, namun sebenarnya pikirannya tidak ada di sana. Suara para menteri Kaizen yang menyampaikan laporan terasa seperti dengungan nyamuk di telinga Oikawa.
Oikawa tidak pernah menyukai tugas seperti ini. Mendengarkan laporan, mengisi dokumen dan tugas administrasi lainnya. Oikawa adalah orang yang mudah bosan jika harus terus duduk diam seperti itu. Namun ia harus melakukannya karena ia harus menggantikan istrinya, sang Ratu yang sedang hamil besar.
Saat Menteri Pertanian ingin menyampaikan laporannya, tiba-tiba pintu ruang kerja Oikawa dibuka oleh seseorang, keras sekali, lebih seperti didobrak. "Pangeran Oikawa!"
"Ada apa, Iwa-chan?" Tanya Oikawa yang terkejut dengan kedatangan Iwaizumi yang tiba-tiba. Para menteri pun terkejut dengan kedatangan pria itu.
"Istrimu... Yang Mulia Ratu akan melahirkan!" Ucapan Iwaizumi sontak membuat mata Oikawa melebar. Secepat kilat, suami sang Ratu itu berlari keluar ruangan, mengukuti Iwaizumi yang mengarahkannya ke klinik istana.
Entah kenapa klinik istana terasa sangat jauh dari ruang kerja Oikawa. Padahal biasanya tidak sejauh itu. Setiap detiknya terasa lambat bagi Oikawa yang berlari menuju tempat istrinya sedang berjuang saat ini.
Perjalanan yang terasa lambat itu akhirnya berakhir. Oikawa dan Iwaizumi sampai di depan klinik istana. Dengan cepat, Oikawa membuka pintu itu dan terlihat [Name] yang sedang berbaring di ranjang klinik dengan kaki membuka yang ditutupi kain. Kiyoko dan beberapa tabib lainnya membantu proses persalinan itu.
"Ayo, Yang Mulia, anda pasti bis-- Pangeran Oikawa! Tolong dampingi Yang Mulia," ucap seorang tabib yang melihat kedatangan Oikawa dan Iwaizumi.
Oikawa segera berlari ke arah [Name] dan mendampinginya. Ia menggenggam tangan [Name] yang basah karena keringat.
"Ayo, kamu pasti bisa, sayang," ucap Oikawa memberi dukungan pada istrinya.
"Sayang sayang! Diam kau sialan! Ini sangat sakit-- arghh... Ini semua gara-gara kau Kusokawa!" Erang [Name], terus berusaha mendorong anaknya keluar.
Oikawa tampak terkejut karena ini pertama kalinya ia mendengar istrinya itu berkata kasar. Sementara Iwaizumi berusaha keras menahan tawanya karena [Name] baru saja menyebut 'Kusokawa'.
Oikawa berusaha mengerti. Ia tahu kalau istrinya itu berkata kasar karena sedang sangat kesakitan. Ia tahu kalau [Name] sedang berjuang demi anak mereka.
"Ayo dorong terus, [Name]!" Ucap Kiyoko.
"Kamu pasti bisa, say--"
"Sudah kubilang kau diam saja, Kusokawa!" Jerit [Name]. Keringat membanjiri dahi sampai pelipisnya. Bajunya pun basah karena keringat.
Oikawa terdiam. Ia kembali tertohok atas kata-kata istrinya. Akhirnya ia diam dan hanya memberi dukungan dengan menggenggam erat tangan [Name], namun--
"ERRGHHHHH!"
"AAAAKH"
[Name] dan Oikawa berteriak bersamaan. [Name] berteriak karena berjuang mendorong keluar anaknya sementara Oikawa berteriak karena tangannya diremas sangat kuat oleh [Name].
"Ayo, sedikit lagi, [Name]!" Ucap Kiyoko memberi semangat pada sahabatnya.
[Name] pun terus mendorong sambil mengerang dan meremas tangan Oikawa. Pria itu bahkan sudah berlutut di lantai sangking kesakitannya. Ia melirik Iwaizumi yang malah terlihat menahan tawa.
"Sialan kau, Iwa-chan!" Ucap Oikawa dengan mata berair, karena tangannya masih diremas [Name]. Mungkin sebentar lagi tangannya itu akan remuk.
"DIAM, KUSOKAWA!!" Jerit [Name] lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•
Fanfiction[15+] / [17+] !Cerita ini tidak mengandung unsur LGBT, bukan cerita BxB atau BL! Murasaki [Name] yang merupakan Ratu Kerajaan Kaizen terpaksa harus menikah dengan pangeran kerajaan tetangga untuk menambah kekuatan kerajaannya di tengah perang melawa...