Chapter Fifteen

583 131 51
                                    

Dua minggu sudah berlalu sejak malam pertama [Name] dan Ushijima. Mulai saat itu, mereka tidak pisah kamar lagi. Mereka tidur di kamar dan ranjang yang sama.

Kemarin, pangeran Ushijima pamit untuk pergi ke kerajaannya, Shiratorizawa, karena ada urusan di sana. Ia mungkin akan menginap selama tiga hari di kerajaannya.

Matahari belum menunjukkan dirinya, namun [Name] sudah bangun. Ia terbangun dengan nafas tersengal karena perutnya yang mual. Segera ia berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di wastafel. Namun yang keluar hanyalah air liurnya. Padahal ia sudah sangat mual, namun tidak ada yang keluar.

[Name] kembali ke tempat tidurnya sambil memegangi kepalanya yang sekarang ikut sakit. Belum sempat ia mendaratkan bokongnya di tempat tidur, rasa mual muncul kembali. Ia pun berlari ke kamar mandi lagi. Namun sama seperti tadi, hanya air liurnya yang keluar.

[Name] jatuh bersimpuh di lantai kamar mandi yang dingin. Tubuhnya benar-benar lemas. Kepalanya sakit, dan perutnya serasa seperti diaduk-aduk. Ia bertanya-tanya ada apa dengannya? "Apa aku salah makan? Atau diracuni?" Pikir [Name].

[Name] masih bersimpuh di lantai kamar mandi. Rasanya ia tidak sanggup berdiri. Sampai akhirnya Michimiya datang ke kamar mandi mewah itu. "Astaga, Yang Mulia! Ada apa?" Cemasnya.

[Name] menoleh dan Michimiya memekik, "Yang Mulia, anda sangat pucat! Apa yang terjadi?"

"Entahlah, Michimiya, aku sangat pusing dan mual. Kurasa aku sudah diracuni oleh seseorang." Ucap [Name] lemah.

Michimiya menutup mulutnya kaget. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia pun memanggil pelayan lain dan membawa [Name] ke klinik kerajaan.

Setelah menjalani pemeriksaan, tabib yang merupakan ibunya Kiyoko menghampiri [Name]. [Name] dan Michimiya sangat heran karena tabib itu malah tersenyum. "Anda tidak keracunan, Yang Mulia," ucapnya.

"Lalu? Kenapa aku begini?" Kata [Name].

"Yang Mulia," tabib itu sekarang malah menggenggam tangan [Name]. "Selamat, anda sedang mengandung, Yang Mulia!"

"APA?!"

›››‹‹‹

Jadwal [Name] kembali dikosongkan untuk hari ini. Tabib menyarankannya untuk istirahat saja. Michimiya pun menetap hampir 24 jam di kamar [Name] untuk mengawasi wanita itu. Ia terus melirik [Name] seolah ada yang ingin ia katakan. [Name] pun berkata, "Ada apa, Michimiya?"

Michimiya segera menghampiri [Name] yang berbaring di tempat tidur. "Dengan yang mana, Yang Mulia?" Tanyanya.

[Name] memiringkan kepalanya bingung.

"M-maksud saya.... Anda melakukan 'itu' dengan pria yang mana, Yang Mulia?" Ulang Michimiya.

"Pertanyaan macam apa itu Michimiya?!" [Name] melempar bantal kecil ke arah Michimiya. Ia tersinggung, kesal sekaligus salah tingkah.

"M-maafkan hamba, Yang Mulia...." Ucap Michimiya.

[Name] menghela nafas. "Tentu saja dengan suamiku, Michimiya."

"Pangeran Ushijima?" Kaget Michimiya. Kemudian ia berkata pelan, "Apa anda yakin itu anak pangeran Ushijima, Yang Mulia?"

"Michimiya!" Sebuah bantal kembali mendarat di wajah Michimiya.

"Aduh..." Michimiya mengusap dahinya. Memang tidak sakit sih dilempar bantal seperti itu. Tapi, tenaga [Name] itu kuat. Wajar saja, ia mantan murid terbaik di Sekolah Prajurit dulu.

"Aku tidak pernah melakukan hal itu dengan pria lain tahu! Bahkan para selir!" Kata [Name].

"Benarkah?" Michimiya malah menatap [Name] kagum. "Ratu [Name] masih bisa menjaga keperawanannya di tengah para pria itu." Mungkin itu pikiran Michimiya.

•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang