Chapter Ten

702 124 31
                                    

Cermin besar di kamar mewah itu memantulkan wajah rupawan milik sang pangeran kerajaan Seijoh, Oikawa Tooru. Oikawa memakai jas biru dongkernya dan merapikan dasinya yang berwarna senada. Di tengah kesibukannya mengagumi dirinya sendiri itu, terdengar suara derap kaki yang cepat. Tak lama, pintu kamar itu terbuka, memperlihatkan seorang gadis yang mengenakan gaun merah muda cantik. Rambutnya yang berwarna cokelat ia sanggul rapi, tak lupa make up tebalnya. Di belakangnya terlihat pelayan Oikawa mencoba menghentikan gadis itu. Namun Oikawa mengangkat sebelah tangannya mengisyaratkan si pelayan untuk membiarkan gadis itu.

Oikawa menatap si gadis dengan datar dan si gadis juga menatap Oikawa selama beberapa saat, sebelum akhirnya gadis yang merupakan anak Perdana Menteri Seijoh itu melangkah cepat ke arah Oikawa.

"Kau serius?" Tanya gadis itu pada Oikawa yang sudah rapih dengan setelan jasnya.

"Serius apanya, Rose?" Oikawa balik bertanya.

"Kau akan jadi selir Ratu Kaizen?!" Rose mendesak jawaban.

"Ya," Jawab Oikawa singkat.

"APA?! Apa kau sudah gila? Kenapa kau-- Kenapa kau tiba-tiba mau menjadi selirnya?!" Rose meninggikan suaranya penuh emosi. "Bukankah kita akan menikah?"

Oikawa menghela nafas ringan. "Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa aku mau. Setelah mendengar Tobio menjadi selir Ratu itu, aku jadi kesal. Aku tidak terima kalau dia bisa bersama Ratu Kaizen. Bisa dibilang, aku tidak mau kalah."

"Yah, memang ini sangat kekanakan, tapi rasanya seperti aku kembali jadi anak remaja lagi. Anggap saja ini seperti rasa penasaran yang muncul ketika kita masih remaja labil." Lanjut Oikawa.

"Apa kau bercanda?" Rose menatap Oikawa tak percaya. "Kau mau menjadi selir seorang wanita hanya karena rasa penasaran?"

"Dia bukan sembarang wanita. Dia seorang Ratu. Dan lagi Ratu Kaizen. Kerajaan terbesar di benua ini. Bahkan rakyat kerajaan kita tidak mungkin bisa makan layak jika tidak ada Kaizen." Oikawa mendelik tak suka pada Rose.

"Walaupun dia seorang Ratu, tapi sebagai pria apa kau rela menjadi selirnya?"

"Aku tidak tahu, Rose. Yang jelas saat ini aku sangat tertarik padanya." Oikawa mulai menyiapkan kopernya.

"LALU BAGAIMANA PERNIKAHAN KITA?!" Seru Rose.

"Pernikahan apa? Aku tidak pernah setuju untuk menikah denganmu. Semuanya rencana ayahku dan ayahmu yang Perdana Menteri itu. Mereka seenaknya menjodohkan kita." Jawab Oikawa.

"Apa?.... Lalu selama ini kau membohongiku? Kau berpura-pura menyukaiku?" Air mata mulai mengalir di pipi Rose yang penuh bedak dan perona pipi.

"Berpura-pura menyukaimu?" Ulang Oikawa, menatap Rose. "Apa aku pernah berkata kalau aku menyukaimu?"

Rose tersentak. Ia baru ingat kalau Oikawa tidak pernah berkata kalau ia menyukai Rose. "T-tapi bagaimana dengan semua perlakuanmu terhadapku selama ini? Kau sangat baik! Bukankah itu karena kau menyukaiku?"

Oikawa lagi-lagi menghela nafas. "Apa aku harus berlaku jahat pada orang yang tidak kusuka? Maksudku, bukannya aku membencimu, tapi seharusnya kau tahu bagaimana sikapku. Aku memperlakukanmu sama seperti orang lain."

"Sama seperti orang lain..?" Rose mengingat-ingat bagaimana sikap Oikawa pada orang lain. Dan ya, Oikawa ramah pada siapapun. Bahkan pada gadis-gadis lainnya, bahkan gadis desa yang mengaguminya sekalipun. Rose baru sadar bahwa tidak ada yang spesial antara dirinya dan Oikawa meskipun mereka sudah bersahabat sejak kecil. Ternyata Rose sama seperti gadis-gadis pengangum Oikawa yang lainnya. Ia hanya bisa mengagumi tanpa bisa menggapai Oikawa. Mungkin Rose sedikit lebih beruntung karena bisa sering berada di dekat Oikawa, meski itu hanya karena ayahnya seorang Perdana Menteri yang banyak menghabiskan waktunya bersama Raja di istana. Karena itulah Rose juga bisa menghabiskan waktunya bersama Oikawa.

•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang