"Yang Mulia! Yang Mulia..!" Panggil Michimiya, kepala dari para pelayan yang melayani [Name] dengan dramatis. Sekarang ia yang selalu menemani [Name] karena Viola, pelayan [Name] yang sebelumnya telah dihukum mati oleh ayahnya. [Name] yang baru saja memasuki kamarnya memutar bola matanya malas lalu berbalik menghadap Michimiya.
Michimiya menutup pintu kamar dengan pelan dan berjalan ke arah [Name] tanpa suara seolah ingin membicarakan rahasia negara. "Yang Mulia serius??" Tanyanya.
"Apanya?"
"Tentang selir ituu!"
"Tentu saja aku serius. Kapan aku pernah bercanda?"
"T-tapi, Yang Mulia... Selir itu adalah... Kasarnya adalah simpanan kan? Seseorang bisa diangkat selir jika dia menarik perhatian Raja atau Kaisar dan.. dan tugasnya itu..." Michimiya tampak tidak sanggup melanjutkan. "'M-menghibur' Raja kan... Bisa juga mengandung anak Raja..."
"K-kalau begitu.... Jika Yang Mulia punya selir... B-bukankah itu berarti..." Michimiya berhenti lagi.
"Astaga! Apakah Yang Mulia se-kesepian itu?"
"Apa maksudmu sih?" Kesal [Name]. Mengambil cangkir tehnya dan meminumnya.
"Yang Mulia mau melakukan 'itu' dengan banyak pria?"
"PFFFFTT" [Name] menyemburkan tehnya sampai tersedak.
"Yang Mulia!" Michimiya segera membersihkan dagu [Name] yang terkena teh. Lalu membersihkan gaunnya.
"Apa kau bilang?!" Ucap [Name] kaget.
"Ucapan saya tidak salah kan? Atau jangan-jangan Yang Mulia tidak tahu soal itu?"
"T-tentu saja aku tahu..." Balas [Name], pipinya memerah. "T-tapi tentu saja aku tidak akan melakukannya dengan semuanya. M-maksudku aku hanya berencana memiliki anak dengan satu pria saja. Kau pikir aku ini kucing?"
"Lalu sisanya mau diapakan, Yang Mulia?" Tanya Michimiya.
"Kau ini! 'Sisanya mau diapakan' kau mengatakannya seolah-olah mereka adalah makanan." Ucap [Name].
"M-maafkan hamba. Maksudnya, selir yang lain bagaimana?"
"Ya gitu.."
"Gitu bagaimana Yang Mulia? Jika mereka sudah jadi selir anda, maka mereka tidak boleh melirik wanita lain, sebagaimana selir wanita." Ucap Michimiya.
"Ya memang."
"Lalu bagaimana jika mereka ingin-- maksud saya, bagaimana jika mereka kesepian?" Kali ini Michimiya lebih menjaga tata bahasanya. Jangan sampai terlalu vulgar.
[Name] tersenyum miring. "Kau sangat berempati pada selir pria rupanya. Lalu bagaimana dengan selir wanita?"
"Bukankah selama ini wanita yang mengalaminya? Dijadikan selir, tidak jelas sah atau tidaknya tapi harus mau disentuh oleh Raja. Ada juga selir yang tidak kunjung disentuh Raja sampai dia kesepian hingga tua. Lalu kenapa kau baru berempati sekarang? Apa karena mereka pria?"
"B-bukan begitu, Yang Mulia... Mungkin ucapan Yang Mulia ada benarnya..."
"Aku tidak peduli mau mereka kesepian atau bagaimana, yang jelas kupedulikan adalah menambah kekuatan kerjaan ini agar bisa menghancurkan Hoshimi. Itu saja." [Name] berdiri dari duduknya dan mulai membuka gaunnya. Michimiya pun langsung membantu.
"B-baiklah, jika itu memang keinginan Yang Mulia. Tapi apa Yang Mulia tahu? Pria itu berbahaya. Meskipun Yang Mulia tidak ingin melakukan apapun dengan mereka, mereka mungkin saja merayu Yang Mulia atau bahkan..." Michimiya menggantungkan kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•
Fanfiction[15+] / [17+] !Cerita ini tidak mengandung unsur LGBT, bukan cerita BxB atau BL! Murasaki [Name] yang merupakan Ratu Kerajaan Kaizen terpaksa harus menikah dengan pangeran kerajaan tetangga untuk menambah kekuatan kerajaannya di tengah perang melawa...