Chapter Six

1K 171 18
                                    

"Mereka kandidat yang bagus. Yang Mulia pasti suka." Ucap Norio selagi [Name] membaca dokumen-dokumen data diri kandidat selir dari Inarizaki. "Bukankah mereka sesuai kriteria anda? Ah, tidak, saya rasa justru melebihi kriteria anda. Mereka tampan, tinggi dan bukan hanya berpendidikan, tapi jenius."

"Miya Atsumu, Miya Osamu, Kita Shinsuke. Ada saudara kembar, jadi Yang Mulia harus memilih salah satunya."

[Name] melirik Norio yang masih tersenyum padanya. "Apa ini hanya perasaanku?" Batinnya yang merasa ada yang aneh dengan Norio. Seakan Norio berusaha untuk terlalu mengaturnya. [Name] menggelengkan kepalanya pelan. "Tentu saja dia mengaturku. Walaupun aku adalah seorang Ratu, aku tetap masih muda dan kurang pengalaman. Selain itu dia adalah pamanku. Pasti ia mengkhawatirkanku dan hanya ingin yang terbaik untukku."

"Memang kandidat yang bagus." [Name] tersenyum. "Aku menantikan mereka. Dan juga senjata itu." Tambahnya.

›››‹‹‹

[Name] melepaskan jas putih mewahnya, melemparnya ke sembarang arah dan Nara menangkapnya, lalu melepas satu kancing kemeja putihnya. Menghela nafas tipis, ia berdiri bertumpu pada meja kerjanya, membiarkan rambut panjangnya jatuh menutupi wajahnya.

"Yang Mulia baik-baik saja?" Tanya Michimiya.

"Michimya... Siapkan kudaku."

"Apa? Yang Mulia mau kemana?"

"Hanya ke hutan dekat istana. Aku ingin menghirup udara segar."

"Kalau menghirup udara segar bisa di balkon saja, Yang Mulia." Ucap Michimiya.

"Kubilang siapkan kudaku!" [Name] mengangkat wajahnya, memperlihatkan matanya yang melotot tajam.

"B-baik, Yang Mulia." Michimiya segera pergi untuk melaksanakan perintah [Name].

Beberapa menit kemudian, [Name] telah sampai di halaman istana yang luas dengan kuda putih kesayangannya. Ia mengelus surai kuda itu sejenak lalu naik ke atasnya. Ia menoleh ke belakang. Senyumnya menghilang saat melihat enam orang pengawal yang siap mengawalnya.

"Ck, apa perlu rombongan pengawal seperti ini?" Ucap [Name] gusar.

"Tentu perlu Yang Mulia." Jawab Romeo, pengawal pribadi [Name].

[Name] hanya bisa menghela nafas pasrah lalu mulai memacu kudanya.

Sebenarnya hutan itu sangat dekat dengan istana. Hanya butuh beberapa menit hingga mereka sampai di hutan yang indah itu. Hutan itu bukanlah hutan belantara yang penuh pepohonan rimbun dan binatang buas. Tetapi hutan itu lebih seperti taman yang luas. Mungkin pantas disebut hutan buatan. Para ahli tumbuhan dan arsitek Kaizen yang membangun dan merawatnya hingga jadi sedemikian rupa. Para kalangan bangsawan pun menamai hutan itu Miracle Forest karena bagi mereka hutan buatan ini adalah keajaiban. Keajaiban dari buah pikiran dan keterampilan arsitek Kaizen.

Sesampainya di sana, [Name] disambut oleh kupu-kupu berwarna kuning yang terbang di dekatnya. [Name] memacu pelan kudanya di sepanjang jalan kecil yang sisinya ditumbuhi bunga. Ia menghirup dalam-dalam udara yang beraroma khas. Berjalan-jalan di Miracle Forest selalu bisa meredakan stress [Name].

Suara air terjun mulai terdengar. [Name] pun melihat sungai yang mengalir jernih. Ia tersenyum senang melihat seekor rusa yang sedang minum di pinggir sungai. Lalu pandangannya beralih pada seorang pemuda yang sedang duduk di atas batu di pinggir sungai sambil memerhatikan rusa. Tangannya memegang sebuah buku yang cukup besar. [Name] mengenali pemuda itu. Ia pun segera menghampirinya.

•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang