Chapter Twenty

492 94 56
                                    

"Akhirnya saat ini tiba juga, [Name]." Ucap Raiden dingin, mengarahkan senapannya tepat ke kepala [Name]. "Akhirnya aku bisa membunuhmu."

"A-apa...?" Air mata [Name] mulai menetes. Ia sangat syok seperti dihantam batu besar. Ia masih berpikir positif. Mungkin Raiden hanya bercanda, atau semua ini hanya mimpi seperti biasanya. Bukankah dia sering memimpikan Raiden yang ingin membunuhnya? "Ya, ini hanya mimpi. Pasti." Pikir [Name]. Karena ia tahu bahwa Raiden yang ada di dunia nyata tidak mungkin seperti ini.

[Name] tertawa pelan, membuat Raiden bingung. "Apa yang kau tertawakan?"

"Ya... Mimpi seperti ini lagi ya?" Ucap [Name], menghapus air matanya. "Padahal waktu itu Raiden sudah berkata kalau aku tidak perlu merasa bersalah dan aku tidak akan bermimpi seperti ini lagi."

Raiden menyipitkan matanya menatap [Name]. "Kau pikir ini mimpi?"

[Name] menatap Raiden, masih tersenyum. Kemudian ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Kembali ia buka matanya, namun tidak seperti yang ia kira, ia masih ada di sana. Ia pun memejamkan mata lagi lalu membukanya lagi. Namun lagi-lagi tidak ada yang berubah. Ia tidak terbangun dari tidurnya. "Kalau begitu... Ini semua bukan mimpi?" [Name] bangun dari posisinya dengan raut wajah tidak percaya.

"Kau masih berpikir ini mimpi?" Raiden tertawa. "Konyol sekali..."

[Name] kembali menatap Raiden. Ketakutan dan keterkejutan kembali tergambar di wajahnya. Air mata kembali mengalir di pipinya. "Tidak mungkin...." Lirihnya. "Kenapa..... Kenapa, Raiden?"

"Tidak ada gunanya menjelaskan pada orang yang akan mati. Setelah dirimu adalah pamanmu." Jawab Raiden bersiap untuk menarik pelatuknya. "Selamat tinggal, [Name],"

'DOR'

[Name] memejamkan matanya. Jantungnya seperti berhenti untuk sesaat.

"Apa-apaan?!" [Name] dapat mendengar suara Raiden. Ia pun membuka matanya dan melihat Raiden sedang menoleh ke arah pepohonan. [Name] mengikuti arah pandang Raiden. Ia sangat terkejut ketika melihat Pangeran Ushijima yang sedang mengarahkan senapannya pada Raiden. Ujung senapan itu berasap menandakan ia baru saja menembak. [Name] pun melihat ke tanah di dekat kaki Raiden dimana ada bekas tembakan.

"Pangeran Ushijima?" Raiden mengarahkan senapannya pada Ushijima. "Apa kau ingin berlagak menjadi pahlawan sekarang?" Ejek Raiden.

"[Name], lari!" Teriak Ushijima.

Seolah tersadar dari lamunannya, [Name] buru-buru berdiri dan mencoba kabur, namun ia tidak bisa berlari karena perutnya yang sakit ditambah lagi kepalanya yang berdenyut hebat. Raiden pun menangkap [Name] dengan mudah.

"[Name]!" Seru Ushijima.

Raiden memiting leher [Name] dan mengarahkan senapan itu ke pelipis [Name]. "Jatuhkan senapanmu, Pangeran, kalau kau tidak mau melihat istrimu mati!" Ancam Raiden.

Ushijima hanya menatap tajam Raiden untuk sesaat. Ia melirik [Name] yang menggelengkan pelan kepalanya, mengisyaratkan agar Ushijima tidak menuruti perkataan Raiden. Tampaknya wanita itu tidak bisa berkata-kata sangking syoknya. Namun pada akhirnya Ushijima menaruh senjatanya di tanah dan mangangkat tangannya, tanda menyerah.

Raiden tertawa, "Mudah sekali!"

"Lepaskan dia!" Ucap Ushijima tegas.

Raiden menyeringai, "Memangnya siapa yang bilang kalau aku akan melepaskan [Name] jika kau menyerah?"

Ushijima melotot menatap Raiden. Sementara Raiden tetap berwajah santai. "Hmm..." Ia berpikir. "Siapa yang harus kubunuh duluan ya?"

"Aha! Kurasa pangerannya harus kubunuh duluan. Karena pangeran memiliki senjata. Selain itu, aku ingin [Name] menyaksikan kematian suaminya." Raiden pun mengarahkan senapannya pada Ushijima. Ushijima mencoba mengambil kembali senjatanya, namun Raiden sudah lebih dulu menarik pelatuknya.

•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang