"Onii-chan! Onii-chan! Tidak... Jangan bawa kakakku!" Gadis kecil dengan pakaian lusuh itu mencoba melepaskan diri dari para prajurit yang menahannya. Ia mencoba meraih kakak laki-lakinya yang dibawa paksa oleh para prajurit Kaizen.
"Diamlah, anak kecil sialan!" Prajurit itu mendorong kasar tubuh si gadis kecil hingga berlutut di tanah.
"Kumohon... Kumohon jangan bawa kakakku! Dia satu-satunya keluarga yang kupunya..." Isak gadis kecil itu, masih berusaha mendapatkan belas kasih para prajurit.
"Ella, jangan khawatirkan aku." Ucap si kakak mencoba menenangkan adiknya. "Aku akan baik-baik saja. Kau tahu? Aku dibawa untuk jadi prajurit juga, jadi jangan sedih ya," Pemuda itu memaksakan senyum.
"Tapi... Kapan Onii-chan akan kembali?" Tanya si gadis kecil.
"Onii-chan pasti akan sering menemuimu. Tapi, aku mungkin akan sibuk karena harus berlatih untuk jadi prajurit yang kuat."
"Oi, cepat masuk ke kereta kuda!" Salah satu prajurit menarik pemuda itu dan memasukkannya ke kereta kuda yang sudah penuh sesak. Pintu kereta kuda pun tertutup dan mereka berangkat. Sementara keluarga para pemuda dan pria yang dijemput paksa hanya bisa menangisi kepergian keluarga mereka.
"Ella... Jangan menangis ya, mulai sekarang kamu bisa tinggal dengan bibi," seorang wanita menghampiri gadis kecil itu dan mencoba menghiburnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Bisik seorang ibu-ibu pada temannya. "Dua bulan lalu tiba-tiba Ratu meninggal dunia, lalu digantikan pamannya. Lalu sekarang tiba-tiba diadakan wajib militer dan para pria dibawa paksa. Sebenarnya ada apa?"
"Aku tidak menyangka Ratu akan meninggal dunia secepat itu..." Balas ibu-ibu lainnya. "Bukankah beliau masih sangat muda?"
"Suami dan para selir Ratu juga menghilang. Bukankah mencurigakan?"
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi aku memiliki firasat buruk tentang Raja Norio."
"Ssst! Jangan bicara begitu, bagaimana kalau ada yang melaporkanmu? Kau bisa dipenggal!"
"Eh? Separah itu hukumannya?"
"Sepertinya Raja Norio adalah tipe yang otoriter tidak seperti Raja Erick atau Ratu [Name]."
"Benar, aku dengar ada seorang pemuda yang dieksekusi karena mengatakan kalau Ratu dibunuh oleh Raja Norio."
"Hah? Astaga... Kita harus berhati-hati mulai sekarang!"
Seorang wanita mengintip kerumunan keluarga para pria yang dijemput paksa dari jendela sebuah gedung perpustakaan. Ia kembali menutup tirai jendela lalu menatap teman-temannya. "Ini benar-benar tidak betul," ucapnya serius.
"Wajib militer? Padahal sekarang pasukan Kaizen lebih banyak daripada Hoshimi setelah bergabungnya Inarizaki, Seijoh dan Fukurodani. Apalagi katanya Kerajaan Hi juga akan membantu. Kalau begitu bukankah wajib militer tidak dibutuhkan?" Kata wanita lainnya.
"Aku sama sekali tidak mengerti apa yang dipikirkan Raja Norio." Ucap seorang mahasiswi. "Sekarang di kota ini hampir tidak ada pria lagi. Semuanya dibawa pergi untuk wajib militer."
"Padahal Ratu [Name] sebelumnya sudah berusaha agar tidak ada wajib militer. Beliau tidak mau melibatkan warga sipil dalam perang. Tapi, apa-apaan pamannya ini?"
"Aku merasa nasib Kaizen akan semakin buruk kalau dipimpin Raja Norio." Ujar seorang penjaga perpustakaan.
"Tapi... Apa kalian percaya kalau Ratu sudah meninggal? Maksudku... Apakah mungkin dia meninggal begitu saja?" Tanya si mahasiswi.
KAMU SEDANG MEMBACA
•𝐇𝐚𝐢𝐤𝐲𝐮𝐮 𝐇𝐚𝐫𝐞𝐦 𝐂𝐚𝐬𝐭𝐥𝐞•
Fiksi Penggemar[15+] / [17+] !Cerita ini tidak mengandung unsur LGBT, bukan cerita BxB atau BL! Murasaki [Name] yang merupakan Ratu Kerajaan Kaizen terpaksa harus menikah dengan pangeran kerajaan tetangga untuk menambah kekuatan kerajaannya di tengah perang melawa...